Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Seri Reshuffle Kabinet-6: Ayo Pak Presiden, Tunggu Apa Lagi…?

27 Juli 2015   13:58 Diperbarui: 2 Agustus 2015   20:40 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bahkan, walau bukan datang dari kalangan pengusaha, dia juga (harusnya) amat paham makna melejitnya dolar bagi perusahaan swasta yang menjaring dana berdenominasi dolar yang akrab disapa Greenback. Kalau peta industri yang begitu basic saja pak menteri tidak tahu, bagaimana mungkin kita berharap dia mampu menyelesaikan berbagai problem ekonomi bangsa yang lebih besar lagi?

Apa boleh buat, cuma KW-3

Pelajaran apa yang  bisa kita ambil dari pernyataan-pernyataan Sofyan dan yang sejenisnya dari para pejabat publik kita? Saya sulit memilih diksi yang agak disopan-sopankan, selain mengatakan mereka memang tidak mengerti persoalan. Padahal, problem yang dihadapi negeri ini, khususnya di bidang ekonomi, teramat berat.

Celakanya lagi, justru kapasitas dan kapabilitas di bawah banderol yang tengah dipertontonkan dengan sangat telanjang oleh para menteri di jajaran ekonomi. Tidak mengherankan bila seorang jenderal purnawirawan yang juga petinggi Parpol menyebut para menteri itu sebagai KW-3. Anda paham maknanya, kan?

Buat sebagian besar rakyat, ekonomi menjadi hal teramat penting. Rakyat (nyaris) tidak peduli dengan adu otot dan adu licik di ranah politik. Apa yang dipertontonkan para elit tidak lebih dari pamer keculasan dan khianat. Faktanya, dengan tanpa malu mereka cuma sibuk beseteru sambil asyik menggembungkan pundi-pundi sendiri. Rakyat? Silakan berjibaku dan termehek-mehek mengatasi segala beratnya beban hidup.

Pada titik ini, kita sangat berharap presiden Jokowi segera bertindak. Sebagai presiden, dia harus menyelamatkan Indonesia. Kali ini dia harus menggunakan hak prerogatifnya secara penuh. Jangan terpengaruh, apalagi merasa terintimidasi oleh maneuver parpol-parpol di sekelilingnya.

Lakukan reshuffle kabinet. Rombak tim ekonomi. Ganti dan isi dengan orang-orang yang berkompeten. Mereka harus paham masalah dan tahu solusi yang dibutuhkan. Hanya mereka yang punya kapasitas, kapabilitas, dan integritas dengan rekam jejak teruji yang boleh memangku jabatan amat penting ini.

Satu lagi yang tidak kalah penting, para pengganti itu harus membuang jauh-jauh mazhab neolib yang selama puluhan tahun diterapkan dan terbukti gagal. Para pengganti itu harus meninggalkan tradisi mengutang, menjual BUMN, dan menaikkan harga-harga manakala kepepet seperti yang selama ini jadi habit mereka. Para pembantu Presiden nantinya haruslah orang-orang yang kreatif, getol mencari dan melahirkan kebijakan terobosan yang cepat dan tepat. Mereka itu haruslah para penganut dan pejuang ekonomi konstitusi, yang berpihak kepada kepentingan nasional, kepada sebagian besar rakyat Indonesia.

Kalau saja Jokowi mau membuka mata hatinya, niscaya dia masih bisa menemukan orang-orang yang memenuhi kriteria itu. Orang-orang yang setia dengan kepentingan rakyat. Merekalah yang rekam jejaknya terbukti secara terus-menerus dan konsisten memperjuangkan ekonomi konstitusi.

Jika memang Jokowi yakin dengan Trisakti dan Nawacita yang menjadi jualannya sepanjang kampanye Capres, maka kepada orang-orang seperti inilah dia boleh menggantungkan harapannya. Ayo pak Presiden, tunggu apa lagi…? (*)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun