Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sofyan-JK; Who Is The Real President?

26 Oktober 2014   19:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:40 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam buku Transformasi BUMN Menuju Pentas Global, Sofyan menulis, salah satu kunci sukses BUMN adalah dalam proses perekrutan direksi. Rekrutmen harus menghindari intervensi politik, sehingga para direksi akan fokus untuk bekerja ketimbang bermain politik.

Namun gagasan cemerlang tadi, seperti diakuinya, bukan asli miliknya. Paling tidak, itulah pengakuan yang disampaikannya kepada saya ketika mengobrol santai di kantornya, saat masih menjadi Deputi Menteri BUMN, Tanri Abeng. Waktu itu dia mengakui, bahwa konsep itu sebenarnya datang dari sang bos.

'Biasa saja' dengan sejumlah catatan

Pencalonan Sofyan sebagai calon Menko Perekonomian berasal dari JK. Ini tidak aneh. Dia orang dekat JK. Sofyan diketahui sudah membantu JK ketika bertarung di konvensi Capres Partai Golkar dan terlibat dalam Tim Lembang 9.

“Pak JK minta saya menjadi manajer kampanye saat Konvensi Capres Partai Golkar. Awalnya saya memang direkrut sebagai profesional. Namun seiring waktu, ternyata beliau merasa cocok dengan saya. Itulah sebabnya saya kemudian bergabung sebagai relawan saat pak JK menjadi Cawapres SBY,” ujar Sorfyan kepada saya suatu ketika.

Kedekatan mantan Menteri BUMN itu juga tergambar ketika JK mengajaknya menjadi salah satu anggota tim penyelesaian konflik Aceh pada perundingan di Helsinki. Singkat kata, tidak keliru jika dikatakan Sofyan adalah orangnya JK.

Latar belakang akademik Sofyan adalah pasar modal. Dia adalah pemegang gelar Master of Arts in Law and Diplomacy (MALD) dari The Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts University, Medford, Massachusetts, AS, dengan bidang studi International Economic Relation. Kemudian, dia juga menyabet gelar Doctor of Philosophy (Ph.D), dari kampus yang sama dengan bidang studi International Financial and Capital Market Law and Policy.

Jadi, dengan semua latar belakang dan fakta seperti itu, bagaimana mungkin JK memaksakan Sofyan untuk posisi Menko Perekonomian? Pak JK, sekali lagi saya ingin mengingatkan Anda, bahwa menjadi orang baik saja tidak cukup untuk membenahi gawatnya persoalan ekonomi negeri ini. Ada persyaratan lain yang harus dipenuhi.

Mengutip ekonom senior, untuk menjadi pejabat publik ada tiga hal yang dibutuhkan. Pertama, harus punya pemahaman dan kemampuan memecahkan masalah. Kedua, harus berani mengambil tindakan terobosan yang memang dibutuhkan. Ketiga, ini sangat penting, harus tidak punya konflik kepentingan.

Dari tiga kriteria tersebut, sekali lagi dengan segala hormat dan mohon maaf, Sofyan belum mengantongi barang sebiji pun. Keilmuan kemampuannya ‘masih terbatas’ pada bidang pasar modal. Padahal, persoalan ekonomi Indonesia hari ini dan ke depan jauh lebih besar dan lebih kompleks.

Janganlah kita menyerahkan pesawat besar dan canggih kepada pilot yang belum berpengalaman. Kalau sampai dia salah pencet tombol-tombol di kokpit, maka akan sangat gawat akibatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun