Mohon tunggu...
Edy Gunarto
Edy Gunarto Mohon Tunggu... Relawan - atasan langsung

manusia nomaden di abad modern, menulis apa saja yang kira-kira tahu...

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Salah Kaprah Nama Arab

5 Maret 2012   09:06 Diperbarui: 4 April 2017   17:04 35598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_175040" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Berkembangnya Islam banyak mempengaruhi budaya masyarakat indonesia, termasuk dalam pemberian nama seseorang. Lihat saja saat ini, banyak nama orang Indonesia namun menggunakan nama orang arab maupun serapan dari kosakata arab. Ambil contoh saja nama tokoh  nasional dari dulu sampai sekarang, misalnya Muhammad Yamin, Natsir, Hasyim Asy'ari, Amir machmud, BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid, Syafii Maarif, Amin Rais dan lain-lain. Nama-nama beliau sepenuhnya terpengaruh nama dan kosakata arab. Pengaruh arab dalam pemberian nama anak ini sebagian ada yang murni mengadopsi tatanama orang arab dan bertahan hingga beberapa generasi, dan kebanyakan orang hanya sekedar menggunakan kosakata arab saja dan mengabaikan ketentuan-ketentuannya. ~~ Dalam budaya arab, nama seseorang hanya terdiri 1 kata saja. Kemudian karena di arab menganut sistem kekerabatan patrilineal (garis keturunan bapak), maka dalam nama seseorang juga disertakan garis keturunannya dari ayah dan berlanjut ke atasnya yaitu kakek, buyut, canggah, wareng, udheg-udheg, gantung siwur, gropak senthe (ini istilah tingkatan generasi dalam Bahasa Jawa) dan seterusnya yang dituliskan dengan ...  bin/bintu ... bin .... bin..bin .... bin..bin .... hingga beberapa generasi yang menunjukkan leluhur orang tersebut. Misalnya Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ (terkenal dengan nama Imam Syafi'i). Nama orang ini hanya "Muhammad" saja, sedangkan Idris, Al-Abbas, Utsman dan Syafi'i adalah nama bapak, kakek, buyut dan canggah orang tersebut. Secara singkat, biasa hanya ditulis nama seseorang bersama nama bapaknya saja. Nama yang hanya 1 kata ini pun tidak selalu ada artinya. Misalnya nama Idris, Utsman, Hudzaifah, Ibrahim, Ismail, Yusuf, Zaid, Usamah, Aisyah, Zainab, Fatimah, dan lainnya : apakah arti nama-nama tersebut ? tidak ada. Selain itu, orang arab juga mengenal kun-yah, yaitu panggilan seseorang dengan (biasanya) menisbatkan pada nama anak pertamanya (abu ..... atau ummu ... artinya bapaknya... atau ibunya ...) atau bapaknya/salah satu leluhurnya ( ibnu... --artinya anaknya ...). Walaupun tidak/belum menikah dan punya anak, seseorang boleh memiliki kun-yah abu... atau ummu.... .  Kun-yah biasanya diletakkan di depan nama. Ditambah lagi, nama seseorang juga dirangkaikan dengan nisbat orang tersebut yang menunjukkan daerah asal orang tersebut, klan/marganya dan/atau paham yang dianutnya. Contohnya al-Baghdadi (orang Baghdad atau lahir di Baghdad), al-Muthallibi (keturunan Muthallib), al-Hanbali (orang yang bermadzhab Ahmad bin Hanbal). Nisbah diletakkan di paling belakang dari rangkain nama. Kemudian seseorang juga seringkali memiliki julukan/gelar, misalnya al-Imaam, al-Hafidz dan seterusnya. gelar ini di tulis paling awal dari rangkaian nama. Jadi, nama lengkap seorang arab adalah julukan (jika ada)+kunyah+nama+nasab (leluhur)+nisbat. Nama 'asli' seseorang hanya 1 kata saja, sedangkan selebihnya adalah tambahan. Salah satu tujuan penyebutan rangkaian nama yang cukup panjang tersebut adalah agar nama tersebut benar-benar spesifik mengarah ke orang tersebut, tak akan salah orang karena kebetulan namanya sama sekaligus juga langsung dapat diketahui asal-usul orang tersebut. Kemudian dalam penyebutan singkat, seseorang bisa terkenal dengan salah satu unsur rangkaian namanya saja karena dipandang 'unik', misalnya Abu Hurairah (nama : Abdurrahman bin Shakhr), Abu Hanifah (nama : Nu'man bin Tsabit), Ibnu Umar (nama : Abdullah bin Umar bin Khaththab), Ibnu Taimiyah (nama : , Anas bin Malik (nama asli), Ahmad bin Hanbal (nama asli),  Muslim (nama : Muslim bin al-Hajjaj),   al-Bukhari (nama asli : Muhammad bin Ismail), An-Nawawi (nama : Yahya bin Syaraf). ~~ Kembali ke masalah orang Indonesia yang mengadopsi nama arab. Bagi warga keturunan arab dan lingkungan keluarga pesantren, ketentuan mengenai nama tersebut sudah diikuti. Nama seseorang hanya 1 kata, diikuti nama di belakangnya adalah nama bapaknya. Contoh yang paling jelas adalah dalam keluarga Gus Dur. Nama beliau Abdurrahman, sedangkan Wahid (bin Hasyim) adalah nama bapaknya, dan Hasyim bin Asy'ari adalah nama kakeknya. Syaifullah Yusuf (wagub Jatim, sepupu  Gus Dur) pun  unsur namanya adalah Syaifullah bin Yusuf bin Hasyim bin Asy'ari sehingga dengan penyebutan seperti ini dapat diketahun bahwa bertemunya nasab Gus Dur dan Syaifullah Yusuf adalah pada Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdhatul Ulama (NU). Di sisi lain, kebanyakan nama orang Indonesia yang 'berbau arab' biasanya tidak mengikuti kaidah di atas, yang penting berbau arab dan artinya harus bagus, walaupun di mata orang arab nama tersebut malah asing dipakai. Kelompok pertama adalah orang yang diberi nama dengan 'nama populer' orang shaleh/ulama, misalnya orang yang diberi nama Imam Syafi'i, Turmudzi, Sufyan Atstsauri, Ibnu Hajar, Bukhari, Abdul Qadir Jailani, Abu Bakar, Nawawi, Abu Hanifah dan lainnya. Harapan orang tuanya mungkin agar si anak dapat mengikuti keilmuan dan keshalihan orang-orang tersebut. Ada pula orang yang diberi nama tokoh-tokoh politik di timur tengah, seperti Saddan Husain, Husni MubaraK, Yasir Arafat,  Usamah bin Laden, Muamar Qadafi, Khomeini, dan selainnya. Entah apa  maksud orang tuanya. Kelompok kedua adalah orang yang diberi nama dari kosakata bahasa arab sehingga ada/jelas  artinya namun di arab sendiri (secara tradisional) tidak umum sebagai nama orang. Contohnya Wahyu, Hidayat, Nur (ul), Anwar, Munawar, Nawir, Taufik, Alimin, Ridwan, Isnaini, Laili, Amalia, Jannah, Syaiful, Ulil albab, ulil absor, Fikri, Ansor, Muhajirin, Arif, dan sebagainya dan termasuk kombinasi-kombinasinya karena nama orang arab aslinya hanya 1 kata. Nama-nama anak yang berasal dari bahasa arab yang banyak terdapat di kamus nama anak baik buku maupun internet kebanyakan termasuk kelompok ini. Di telinga orang arab, mungkin seperti kita orang Indonesia mendengar seseorang bernama Cahaya Surga (=Nur Jannah),  Cahaya Matahari (=Nur Syamsi), Orang Pintar (=Alimin), Malam (=Laili), Siang (=Nahar), kekasihku (=Habibi), Anakku (=Walidi), dsb. Kelompok ketiga mirip kelompok kedua, namun memiliki makna berlebihan. Contohnya nama-nama yang mengandung kata ....din (Zainuddin, Nashisruddin, Muhyidin, Syamsudin, dll), khairu... (Khairunnisa, khairurijal). Nama-nama yang mengandung makna berlebihan seperti ini dibenci (=makruh). (Penjelasannya di sini) Demikianlah, tujuan baik dengan memberikan nama yang baik jangan sampai malah menjadi aneh, berlebihan, dan seterusnya. Alangkah lebih baik jika trend pemberian nama berbau arab oleh pasangan-pasangan muda saat ini juga diimbangi dengan pengetahuan  ilmu/aturan memberi nama, agar hasilnya juga baik. Dan lebih baik lagi jika orang tua juga tahu/bisa berbahasa arab, agar nama anak juga tudak menabrak kaidah-kaidah/grammar bahasa arab (nahwu sharaf)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun