Banyak sekali contohnya. Waktu bermain di MU, duet striker Andy Cole dan Teddy Sheringham sama sekali tak mau bertegur sapa. Akan tetapi, masalah itu tidak membesar karena saat itu keduanya tetap rajin mencetak gol dan MU meraih berbagai gelar. Kasus LVG juga. Di Bayern Muenchen gayanya yang 'sengak' tak menjadi masalah saat Bayern masih bisa meraih gelar juara Bundesliga, tapi kemudian meledak dan berujung pemecatannya ketika posisi Bayern di klasemen melorot.
Kasus pemecatan Benitez pun demikian. Andaikan Madrid terus meraih kemenangan, pemecatan itu mungkin saja tidak terjadi, atau paling tidak Florentino Perez akan menunggu hingga akhir musim seperti ketika memecat Fabio Capello atau Vincente Del Bosque setelah meraih gelar La liga.
8. Kalau anda pernah dipecat, sangat mungkin itu bukan terakhir yang akan anda alami
Sebagaimana keberhasilan, kegagalan pun perlu 'pembiasaan'. Oleh karena itu, penting untuk bekerja dengan baik sedari awal. Karena kalau anda pernah dipecat, tempat bekerja anda yang baru akan lebih 'enteng' memecat anda, karena mereka berfikir: "Ah, dia kan memang sudah pernah dipecat di tempat lain...".
Dalam istilah lain, itulah pentingnya reputasi.. Reputasi buruk tidak akan langsung menjadi masalah, tetapi ketika anda menghadapi masalah, masalah itu akan menjadi lebih serius.
Dalam kasus Benitez, pemecatannya sebagai pelatih di Inter Milan sama sekali tidak membantu. Karena pemecatan itu diiringi oleh kasak-kusuk bahwa dia kehilangan kendali di ruang ganti, alias tak sepenuhnya bisa mengendalikan para pemainnya.
9. Sangat tidak mudah menggantikan orang hebat, karena anda akan selalu dibandingkan dengannya
Kalau bisa memilih, lebih baik kita diminta menggantikan orang yang prestasinya buruk. Mengapa? Karena dengan demikian akan relatif mudah untuk terlihat baik dan melebihi prestasi pendahulu kita.
Akan menjadi tantangan berat kalau yang kita gantikan adalah orang hebat, karena harapan orang menjadi sangat tinggi, yaitu agar kita bisa menyamai atau bahkan melebihi orang yang kita gantikan.
Dalam hal itu, Benitez sungguh tidak beruntung. Di Inter Milan, dia masuk ketika Mourinho meninggalkan Inter dengan status pemegang gelar tiga gelar (treble: Serie A, Coppa Italia dan Liga Champions). Di Madrid, dia menggantikan Carlo Ancelotti. Ancelotti memang gagal mempersembahkan gelar di musim terakhirnya bersama Madrid, tapi dialah yang membawa gelar Liga Champions ke-10 alias La Decima untuk Madrid. Selain itu, Ancelotti sangat dekat dengan para pemain karena pembawaannya yang cenderung rileks. Tak mengherankan jika para pemain sebenarnya masih sangat menyayangkan pemecatan Ancelotti.
Jadi bisa dibayangkan betapa beratnya tantangan yang dihadapi Benitez sebagai pelatih baru di Madrid. Dan, sayangnya, dia gagal mengatasi tantangan itu.