Mohon tunggu...
Edwison Setya Firmana
Edwison Setya Firmana Mohon Tunggu... Administrasi - as simple as es puter

belajar berbagi lewat tulisan dan gambar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tantangan Membesarkan Anak Generasi Alpha

21 September 2019   18:03 Diperbarui: 23 September 2019   13:15 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lahir di era "teknologi dalam genggaman," Generasi Alfa sangat mudah terpapar teknologi. Hal paling sederhana dari teknologi adalah mudahnya penyebaran informasi. Mulai dari kanal berita, blog, hingga video di youtube. Oleh sebab itu, orang tua anak Generasi Alfa harus mau berpikiran terbuka atas keterbukaan informasi. 

Anak sangat mungkin mendapat berbagai informasi di internet. Mulai dari informasi positif seperti persaingan NASA dan SpaceX, teknologi dirgantara terbaru, peran mangrove terhadap daratan, tips diet sehat, dan lokasi-lokasi wisata alam terbaru; hingga informasi yang anak-anak belum perlu tahu seperti kejadian pelecehan seksual, tindak kejahatan yang brutal, kecelakaan tragis lengkap dengan gambar tangan dan kaki putus dari badannya, dan gedung berhantu.

Memiliki anak yang dapat mengakses beragam informasi tersebut, maka kita harus melakukan dua hal, yaitu mengajarkan mereka untuk selektif memilih sumber informasi dan menjadi rekan diskusi mereka.

Internet menyediakan banyak kanal untuk kita dan anak-anak membaca tulisan-tulisan ringan namun bermanfaat tentang apa saja. Hal yang perlu kita pedomani adalah sumber tulisannya. Carilah website yang memiliki tim penulis yang cukup baik. Atau bila kita tahu nama seorang penulis dan bidang yang ditulisnya, kita bisa googling nama penulis dan kata kuncinya sekaligus. Beberapa tulisan di blog gratisan itu cukup baik, namun banyak yang hanya menjual sensasi. Kita bisa belajar memilah tulisan yang baik untuk anak kita baca atau bekal kita berdiskusi dengan anak.

Selain mendidik anak mencari sumber informasi yang kredibel, kita juga perlu menjadi rekan diskusi anak karena ada banyak hal yang tidak tersampaikan dalam artikel-artikel positif sekali pun. Dan orang tua biasanya memiliki cara pandang terhadap setiap hal dan mau agar cara pandang itu dijadikan pedoman anaknya.

Misalnya ketika anak mulai belajar tentang seks. Maksud saya di sini bukan anak sedang belajar bagaimana berhubungan seks. Belajar seks di sini adalah belajar perbedaan biologis antara laki dan perempuan, bagaimana bayi bisa lahir, bagaimana anak laki harus bersikap ke teman lawan jenis, dan lain-lain yang semacam itu. Anak bisa belajar dari internet tentang siklus menstruasi, proses pembuahan, perubahan bentuk tubuh manusia saat puber, dll. Tapi bagaimana seorang anak laki-laki harus menghormati teman perempuan atau seorang anak perempuan harus menjaga diri di lingkungannya adalah hal-hal yang biasanya tergantung cara pandang orang tua. Itulah kenapa orang tua harus aktif berdiskusi dengan anak.

Bila kita menganggap suatu hal itu tabu dan tak perlu dibicarakan, itu tidak akan menghentikan anak melakukan pencarian informasi. Dan karena anak tidak mendapatkan cukup informasi di rumah, dia akan mencari di luar. Biasanya anak akan membahasnya dengan teman sebaya di sekolah.

Membahas suatu hal yang tidak dipahami dengan orang yang sama-sama tidak paham ibarat orang buta menuntun orang buta. Saya ingat teman-teman di bangku kelas 6 SD dulu sudah mulai penasaran dengan perubahan bentuk tubuh lawan jenis dan membahas dengan pengetahuan yang entah didapat dari mana. Hasilnya benar-benar ngaco dan tidak berfaedah sama sekali. Bahkan bisa menyesatkan bila mereka mulai berpacaran dan menggunakan "hasil diskusi" dengan teman sebaya sebagai bekal berinteraksi tubuh dengan pacarnya.

Jadi, jangan sampai mereka mendapatkan informasi yang salah karena berdiskusi dengan orang yang salah termasuk teman sebaya yang sama-sama awam. Oleh sebab itu, orang tua harus dapat menjadi rekan diskusi anak tentang hal-hal yang mereka sedang cari. Tentang apa saja, tidak hanya soal seks. Hal penting lainnya yang perlu dibahas dengan anak adalah bagaimana anak menerima orang lain dari latar belakang etnis, agama, dan kondisi ekonomi yang berbeda. Bagaimana anak bisa bekerjasama dengan anak lain yang berbeda agama.

Mengetahui kita tidak bisa seketat kamera CCTV dalam mengawasi anak kita, termasuk dalam hal apa saja yang dibicarakan anak kita dengan temannya, bisa membuat kondisi semakin rumit. Jangan sampai itu terjadi. Berpikir terbuka dan menyiapkan hati untuk rela membahas berbagai hal sensitif dan baru bagi kita adalah langkah awal yang sangat baik. Awali dengan niat dan kerelaan untuk membahas hal yang mungkin kita sendiri menabukan hal itu sebelumnya.

Tantangan lain membesarkan anak generasi alfa adalah kerusakan lingkungan. Anak generasi alfa lahir di mana sumber daya alam semakin terbatas, lingkungan semakin rusak, dan sampah karena kegiatan manusia jauh lebih tinggi dari kemampuan manusia mengolahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun