Mohon tunggu...
Edwin P. Hartanu
Edwin P. Hartanu Mohon Tunggu... Lainnya - Stroke Survivor / Aneurysm Survivor

Tuhan ingin supaya kita bisa menjadi alat-Nya untuk menyaksikan perbuatan-Nya yang ajaib 📖 Yohanes 9:1-3

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Aktivitas Saya Sebagai Pasca Stroke Setelah Wisuda

21 November 2020   16:17 Diperbarui: 24 November 2020   08:43 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

images-28-5fbc64d08ede4813e9638554.jpeg
images-28-5fbc64d08ede4813e9638554.jpeg

Setelah saya membeli dan membawa tisu itu ke mess, Manajer Accounting bilang, "kok mahal?". Padahal harga tisu yang biasa dia beli harganya cuma lebih murah 2,000 rupiah. Saya bisa membeli tisu yang harganya lebih murah, tetapi ada biaya bensin dan biaya parkir. Tisu yang sudah saya beli, saya memang tidak melampirkan biaya bensin dan biaya parkir ke dalam pembukuan.

AC di kamar saya di mess yang hawanya tidak dingin lagi, saya minta persetujuan dari Manajer Accounting untuk dilakukan service oleh karyawan sendiri bagian Produksi. Waktu itu sudah bisa saya tebak pasti tidak diizinkan untuk dilakukan service. Walaupun yang akan melakukan service adalah karyawan sendiri. Alasan Manajer Accounting, "tidak ada budget". Karena di daerah tersebut hawanya panas sekali, jadi saya tidur di kamar sebelah. Kapasitas satu kamar seharusnya hanya untuk dua orang. Karena saya tidur di kamar sebelah jadi tiga orang yang tidur di kamar itu.

Manajer Accounting yang seperti ini menurut saya pelit, bukan irit. Mungkin juga dia sentimen dengan saya. Dari masalah satu bungkus nasi putih, masalah mie instant, masalah tisu yang hanya beda harga 2,000 rupiah, dan masalah AC. Yang menerima saya bekerja di sana adalah Manajer Acconting yang lebih tinggi kedudukannya, bukan dia.

Setiap pagi biasa Manajer Accounting yang bangun dan mandi terlebih dahulu. Saya biasa mandi diurutan kedua. Alangkah terkejutnya saya ketika masuk ke kamar mandi, ada "sesuatu" yang tertinggal di dalam kloset. Tidak mungkin Manajer Accounting tersebut tidak mengetahuinya, karena kloset dalam keadaan terbuka. Walaupun memang dia menggunakan kacamata yang tebalnya seperti alas botol kecap, dan dia tidak menggunakan kacamata ketika masuk ke kamar mandi. Sungguh memalukan. Saya tidak mandi diurutan kedua, saya mempersilahkan Staf Accounting yang lain untuk mandi terlebih dahulu, sekaligus menyiram air ke dalam kloset sampai "sesuatu" itu tenggelam.

Dalam bekerja, saya dan satu Staf Accounting yang lain, yang katanya sudah senior, membuat Laporan Keuangan atas satu perusahaan yang merupakan anak perusahaan. Tapi Laporan Keuangan yang kita buat berdua selalu telat dari tanggal deadline. Menurut saya yang katanya sudah senior ini kerjanya lambat dan lelet. Buktinya ketika ada mutasi kerja, dan saya bersama Staf Accounting yang lain yang menangani Laporan Keuangan perusahaan tersebut, laporan kita tidak pernah lewat dari tanggal deadline.

Pernah dua kali di hari Sabtu, Manajer Accounting yang kedudukannya lebih tinggi mengajak para Staf Accounting makan siang di sebuah restoran di Medan.

images-1-5fbc64ee94d5fd6e964fae44.png
images-1-5fbc64ee94d5fd6e964fae44.png

Seperti kebiasaan di Medan pada umumnya, walaupun kita duduk di satu meja bundar, tetapi Manajer dan Staf yang lain tidak menggunakan bahasa nasional, mereka menggunakan bahasa yang tidak saya mengerti. Jadi saya dan satu orang Staf Accounting yang lain, yang tidak mengerti bahasa itu juga, hanya mengobrol berdua, padahal kita semua duduk di satu meja bundar. Begitu juga di kantor.

Padahal bahasa nasional di negara kita adalah bahasa Indonesia, sesuai dengan isi Sumpah Pemuda tahun 1928 alinea ketiga, "...menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia."

Itu merupakan salah satu alasan saya tidak betah tinggal di Medan. Saya, Mama dan Papa bukan berasal dari Medan. Kita berasal dari Palembang. Tinggal di Medan sejak Januari 1993.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun