Saya akan ditempatkan di Desa Karang Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Di sana saya akan tinggal di mess kantor. Staf Accounting berangkat setiap hari Senin dijemput oleh pengemudi dari kantor, dan pulangnya hari Jumat dijemput oleh pengemudi dari kantor juga.
Ini merupakan mukjizat dari Tuhan. Sebagai pasca stroke yang kondisi fisik saya tidak pulih 100%, namun saya bisa diterima bekerja di anak perusahaan yang induknya cukup besar dan terkenal itu. Ini juga pertama kali dan satu-satunya saya melamar pekerjaan, dan langsung diterima.
Waktu mulai bekerja di hari Senin, lima orang Staf Accounting dijemput di rumah masing-masing dengan satu mobil. Waktu sampai di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, kita membeli makanan yang dibungkus untuk makan siang. Rata-rata jam 11:00 WIB sampai di Desa Karang Gading, lokasi tempat saya bekerja. Mess dan kantor berada di satu lokasi. Satu mess khusus untuk Accounting termasuk Manajer.
Walaupun hari Senin bekerja dari siang, tapi kita sering lembur. Apalagi lokasinya berada di lingkungan tambak, tidak bisa ke mana-mana, tidak ada kendaraan umum, harus menggunakan kendaraan pribadi jika ingin ke rumah penduduk setempat. Namun ada juga karyawan yang merupakan penduduk dari desa itu. Lokasi saya bekerja berada di pedesaan yang jauh dari rumah penduduk.
Makan malam dan seterusnya sampai makan siang hari Jumat kita disediakan oleh juru masak. Bahan-bahannya dibeli oleh Manajer Accounting dari pasar di Medan. Biayanya dibagi rata antara Manajer dan semua Staf Accounting.
Menurut saya jauh lebih enak makanan di warteg di Jakarta, daripada makanan di Mess Accounting. Nasi setelah dimasak menjadi seperti antara nasi dan bubur. Dibilang nasi tidak seperti nasi, dibilang bubur tidak seperti bubur. Ayam setelah digoreng pun masih kelihatan darah ayamnya. Hanya Manajer Accounting yang makannya lahap, kadang sampai tambah nasi putih. Mungkin istrinya tidak pernah masak, atau tidak bisa masak. Istrinya dulu bekerja di cabang Medan, di grup perusahaan yang sama.
Selama beberapa minggu setelah saya bekerja di situ, saya terasa lapar mulai hari Rabu malam atau Kamis pagi, karena saya hanya makan di hari Senin siang yang dibeli bungkus dari Kecamatan Stabat. Itupun Manajer Accounting bilang tidak boleh beli dengan nasi, soalnya nasi sudah disediakan di mess. Walaupun nasinya seperti antara nasi dan bubur. Padahal berapa harga satu bungkus nasi putih? Dan belinya hanya setiap hari Senin siang.
Kadang sarapan di mess disediakan nasi goreng. Nasi gorengnya biasa masih ada sampai makan siang. Cuma itu yang bisa saya makan, walaupun nasi gorengnya pun tidak enak. Hari Jumat malam ketika sampai di rumah, saya baru bisa makan.
Mama jadi membawakan nasi goreng untuk dimakan di hari Senin malam. Hari Selasa hingga Jumat siang saya hanya makan mie instant. Lagi-lagi Manajer Accounting bilang, "pantesan persediaan mie instant cepat habis". Padahal menurut saya, walaupun jadi lebih sering membeli mie instant, tetapi membeli bahan makanan yang untuk dimasak bisa dikurangin, karena saya tidak makan makanan yang dimasak. Disediakan nasi gorengnya pun hanya satu kali dalam satu minggu.
Karena tidak boleh makan mie instant setiap hari, atau tidak disediakan lagi mie instant, jadi Mama membawakan beberapa burger dari rumah. Burgernya Mama yang membuat sendiri. Walaupun hingga hari Kamis burgernya sampai ada warna putih-putih seperti jamur, tetap saya makan. Soalnya saya baru bisa makan ketika sampai di rumah hari Jumat malam. Bukannya saya hanya bisa makan makanan yang enak saja, makanan di warteg pun saya suka.