Mohon tunggu...
Edwin P. Hartanu
Edwin P. Hartanu Mohon Tunggu... Lainnya - Stroke Survivor / Aneurysm Survivor

Tuhan ingin supaya kita bisa menjadi alat-Nya untuk menyaksikan perbuatan-Nya yang ajaib 📖 Yohanes 9:1-3

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stroke Pertama Saya Saat Usia 8 Tahun

17 September 2020   10:33 Diperbarui: 26 September 2020   22:36 2372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



Ini adalah kesempatan saya yang pertama untuk membuat sebuah tulisan.

Saya, Mama, dan Papa berasal dari Palembang. Saya bersekolah di Playgroup Tadika Puri dan TK Indriyasana. Tahun 1986, Papa dimutasi dari perusahaan tempatnya bekerja ke Samarinda. Mama dan saya juga ikut pindah. Saya memulai sekolah di SD Katolik 3 WR Supratman, Samarinda.

Saya mengalami stroke yang pertama pada tanggal 27/08/1988. Saat itu saya kelas 3 SD. Umur saya belum genap 8 tahun. Tiba-tiba pembuluh darah di otak saya pecah saat terjadinya stroke. Tidak ada tanda-tanda atau gejala sebelumnya. Sakit kepala/migren pun tidak.

Kejadiannya pada pagi hari di dalam kelas Sekolah Dasar. Ketika sedang menulis pelajaran Matematika, tiba-tiba tangan kanan yang saya gunakan untuk menulis jatuh, dan terasa berat untuk diangkat. Guru (Pak Colvinus) menggendong saya ke ruang kesehatan. Beberapa saat kemudian saya tidak sadar selama dua hari. Ketika sadar saya sedang terbaring di rumah, dan saya mengatakan kepada orang tua saya jika tangan dan kaki saya sebelah kanan tidak bisa digerakkan (lumpuh).

Kemudian saya dibawa ke Jakarta dengan posisi terlentang di dalam pesawat. Saya berobat dengan Dr. Priguna Sidharta, Spesialis Saraf, yang sekarang sudah profesor dan almarhum. Waktu itu saya di CT-Scan, ada pendarahan di otak saya sebelah kiri. Dr. Sidharta mengatakan kalau penyakit saya adalah penyakit yang langka.

Kemudian Papa konsultasi dengan keluarga di Singapura yang dokter umum, praktek di Rumah Sakit Mount Elizabeth. Saya disarankan untuk berobat dengan Dr. Devathasan Gobinathan, Spesialis Saraf & Neurologi, yang praktek di RS itu juga.

Sebelum ke Singapura saya sempat fisioterapi dengan fisioterapis dari Rumah Sakit Sumber Waras. Fisioterapis yang mengunjungi saya. Kebetulan saya tinggal di rumah keluarga yang jaraknya dekat dengan RS itu. Saya latihan menggerakkan tangan, kaki, termasuk jari-jari, latihan berjalan, belajar menulis dan memegang sendok dengan menggunakan tangan kiri. Tidak menggunakan garpu lagi.

Saat itu saya juga menggunakan kursi roda. Harus ada yang mendorongnya karena bagian tubuh saya sebelah kanan tidak bisa digerakkan. Saya memberanikan untuk berdiri dan berjalan walaupun orang tua merasa takut kalau saya sampai jatuh, atau bahkan jatuh membentur meja. Tidak sampai satu minggu saya menggunakan kursi roda, dan akhirnya saya bisa berjalan sendiri tanpa alat bantu.

Ketika di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, awalnya saya ditangani oleh Dr. Devathasan. Kemudian Dr. Devathasan memberi saran untuk berobat ke Dr. Robert Kwok, Spesialis Radiologi Diagnostik. 

Saya menjalani Magnetic Resonance Imaging (MRI) waktu ditangani oleh Dr. Robert. Ada pendarahan di otak kecil saya bagian sebelah kiri. Otak kecil (cerebellum) terletak di belakang kepala, di bawah otak besar (cerebrum).

images-2-5f6358d7097f3616014a6042.jpeg
images-2-5f6358d7097f3616014a6042.jpeg

Karena ini kasus yang langka (stroke di usia 8 tahun), maka Dr. Robert memberi saran untuk berkonsultasi juga dengan Dr. Pierre Lasjaunias, Spesialis Neuroradiologi Diagnostik, yang rutin datang dari Paris setiap 6 bulan. Dr. Pierre warga negara Prancis, dia beberapa kali jadi pembicara seminar di beberapa negara.

Ketika bertemu dengan Dr. Pierre dan melihat hasil MRI saya, Dr. Pierre berkesimpulan bahwa pendarahan di otak kecil saya disebabkan karena ada pembuluh darah yang lebih halus/lebih rapuh dari normal. Sejak saya lahir/dalam kandungan, pembuluh darah saya sudah seperti itu. Tetapi baru diketahui saat saya mengalami stroke. Saya mengalami stroke yang disebabkan karena Aneurisma.

Aneurisma adalah suatu area yang membengkak/menggelembung dan lemah di dalam arteri. Aneurisma sering terjadi di aorta, otak, belakang lutut, usus, atau limpa. Aneurisma jika pecah dapat mengakibatkan pendarahan internal, stroke, dan terkadang bisa berakibat fatal.

Padahal saat Mama mengandung dan melahirkan saya (1980), semua berjalan dengan normal. Saya pun dilahirkan secara normal, tidak di operasi. Sebelumnya saya juga tidak pernah jatuh yang membentur kepala, ataupun kena benturan.

Kondisi saya berangsur pulih, tetapi tidak pulih 100%, karena pembuluh darah saya sudah pecah. Penglihatan saya dengan mata sebelah kanan tidak seluas penglihatan dengan mata sebelah kiri, berbeda dengan penglihatan normal. Saya kalau berjalan agak pincang. Saya lebih aktif menggunakan tangan sebelah kiri, tetapi yang sebelah kanan masih bisa untuk digunakan, seperti untuk bersalaman.

Saya tetap melanjutkan sekolah seperti biasa. Saya bisa mengejar pelajaran yang tertinggal selama dua bulan saya tidak sekolah karena stroke. Dan saya tetap mendapatkan ranking 3 besar selama di Sekolah Dasar.

Tahun 1989, saat mengikuti Fashion Show
Tahun 1989, saat mengikuti Fashion Show "Si Kecil Berpesta" (tidak sampai 12 bulan setelah mengalami stroke)

Setiap dua kali dalam satu tahun saya pasti ke Singapura untuk berobat, bertemu dengan Dr. Pierre yang datang juga dari Paris.

Setelah hasil MRI saya diteliti (karena saya mengalami stroke saat usia masih 8 tahun), Dr. Pierre mengatakan kalau saya harus menjalani Angiografi dan Embolisasi (saat usia masih SD).

Angiografi adalah jenis pencitraan medis yang menggunakan sinar-X untuk memeriksa kondisi pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini akan dimasukkan kontras ke dalam pembuluh darah untuk menilai alirannya agar dokter dapat menilai di pembuluh darah bagian mana permasalahan yang menyebabkan seseorang menderita sakit.

Embolisasi dilakukan dengan memasukkan kateter melalui pembuluh darah arteri. Setelah  tiba di pembuluh darah yang hendak disumbat, akan dikeluarkan zat atau semacam balon untuk menyumbat pembuluh darah tersebut. Umumnya prosedur ini dilakukan selama satu hingga beberapa jam.

Tindakan Angiografi dan Embolisasi dilakukan oleh Dr. Pierre dan Dr. Robert di National University Hospital (NUH), Singapura, sebagai rumah sakit milik pemerintah Singapura.

Saya di bius total saat akan dilakukan Angiografi dan langsung di Embolisasi. Saya hanya bisa di Embolisasi karena pendarahan saya terletak di otak kecil.

Setelah di Embolisasi saya tetap rutin kontrol ke Singapura, bertemu dengan Dr. Pierre.

Pelajaran Matematika tetap menjadi favorit saya walaupun setelah mengalami stroke. Selain mengikuti semua senam dan olahraga di sekolah, termasuk berlari, saya juga rutin fisioterapi dan olahraga berenang. Saya mengikuti klub renang. Empat gaya renang bisa saya lakukan. Saya juga tetap bisa bersepeda roda dua.

Mei 1992, saat EBTA/EBTANAS (foto saya sebelah kiri)
Mei 1992, saat EBTA/EBTANAS (foto saya sebelah kiri)

Januari 1993, Papa di mutasi lagi oleh perusahaan ke Medan. Saat itu saya bersekolah di SMP Negeri 1, Samarinda. Kebetulan dari Medan ke Singapura jaraknya lebih dekat. Waktu melanjutkan sekolah di SMP St. Thomas 1, Medan, saya masih rutin kontrol ke Singapura. Dan waktu akhir sekolah di SMA St. Thomas 2 tidak kontrol lagi, karena selama rutin kontrol kondisi saya baik-baik saja.

Dan ternyata stroke yang saya alami dari tahun 1988 belum berakhir...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun