Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa suatu kegiatan pendakian akan selalu memiliki risiko yang cukup tinggi. Salah satunya yang paling berbahaya menyerang bagi seorang pendaki yakni hipotermia.
Beberapa kasus hipotermia bahkan sering mencuat menjadi berita nasional dan menjadi perbincangan hangat di kalangan para pendaki maupun masyarakat umum.
Oh iyah, sebelum lanjut, adakah dari pembaca yang pernah mengalami hipotermia? Atau bahkan pernah menangani korban dari hipotermia?
Jadi, yang sebenarnya kita atau pembaca pahami tersebut, hipotermia atau hanya sebatas kedinginan semata saja sih?
Perlu diketahui bersama, bahwa hipotermia terjadi ketika suhu inti tubuh atau body core temperature berada di bawah 35 derajat celcius.
Hipotermia sendiri dibagi menjadi dua jenis. Pertama, hipotermia primer yang merupakan hipotermia disebabkan oleh paparan dingin dari lingkungan.
Kedua, hipotermia sekunder yang merupakan penyakit yang mendasari, seperti pendarahan, hipoglikemi, tumor otak, obat-obatan, dll.
Nah, bagaimana sih hipotermia bisa terjadi?
Hipotermia akan terjadi ketika panas yang dihasilkan tubuh tidak sebanyak panas yang hilang.
Beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Cuaca yang terlalu dingin.
2. Berada di lingkungan dengan embusan angin yang kencang.
3. Berendam atau berenang di air dengan suhu dingin dalam waktu yang cukup lama.
Terus, bagaimana sih kita bisa tahu bahwa kita terkena hipotermia?
Untuk cara mengukur secara valid, kita harus menggunakan alat yakni thermometer raksa, lalu mengukur suhunya di pusat tubuh yang berada di dubur.
Hipotermia juga dapat diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi yang ada. Mulai dari Hipotermia ringan, hipotermia sedang, dan hipotermia berat.
Hipotermia ringan, memiliki ciri kepada penderitanya yakni munculnya gejala menggigil, akan tetapi masih dalam keadaan sadar diri.
Pada kasus hipotermia ringan, suhu tubuh akan berada pada 32 sampai dengan 35 derajat celcius.
Sementara itu, hipotermia sedang akan mengalami gejala seperti berbicara yang melantur atau ngomong sudah tidak jelas, seperti mengantuk, tidak bisa menggigil.
Suhu tubuh penderitanya pada hipotermia sedang yakni pada 28 hingga 35 derajat celcius.
Kondisi tidak sadar diri, terdapat pada hipotermia berat. Gejala yang ditimbulkannya yakni seperti tidak sadar dan tidak menggigil.
Suhu tubuh penderita hipotermia berat berada pada 10 sampai dengan 28 derajat celcius.
Lantas, bagaimana cara penanganan pada orang yang terserang hipotermia?
Untuk memulainya, kita harus tahu terlebih dahulu ke dalam kelompok atau klasifikasi hipotermia apa penderita tersebut.
Berikut ini cara penanganan hipotermia pada klasifikasi hipotermia ringan, sedang, dan berat.
1. Hipotermia Ringan
- Pindahkan ke tempat hangat, seperti shelter dan lain sebagainya.
- Penghangat pasif dan non invasif, seperti lingkungan yang hangat, baju, dan minuman hangat.
- Ganti pakaian yang basah ketika berada di lingkungan yang hangat.
- Berikan nutrisi berkarbohidrat tinggi.
2. Hipotermia Sedang
- Posisikan penderita horizontal dengan gerakan minimal.
- Penderita atau pasien harus ditangani secara lembut dan dipersiapkan transfer ke rumah sakit untuk mencegah aritmia atau detak jantung tidak beraturan.
3. Hipotermia Berat
Pra Rumah Sakit
- Evakuasi dan Transportasi
- Resusitasi jantung paru
Penanganan Rumah Sakit
- Infus cairan hangat
- Atasi aritmia
Dalam kasus seperti ini, sebelum naik gunung, kita harus memastikan tahu betul fasilitas kesehatan terdekat dari basecamp.
Setelah mengetahui penanganan hipotermia, kita pun harus tahu siapa saja yang beresiko mengalami hipotermia.
Penting digarisbawahi, bahwa hipotermia dapat dialami oleh siapa saja.
Akan tetapi, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami hipotermia.
Pertama, ada usia extreme seperti bayi dibawah lima tahun atau balita dan juga orang tua lanjut usia.
Kedua, seseorang yang mengalami malnutrisi atau bisa dibilang orang yang kurus.
Saat penanganan seseorang yang menderita hipotermia, kita harus memperhatikan beberapa hal berikut ini yang tidak boleh kiota lakukan.
Pertama, Alkohol. Adanya alkohol malah akan melebarkan pembuluh darah dan bisa melepaskan panas secara berlebihan.
Kedua, Caffeine. Zat satu ini akan meningkatkan produksi urine dan akan mengurangi cairan yang ada di dalam tubuh sehingga rentan dehidrasi.
Ketiga, Panas langsung ke tubuh. Dalam kasus ini, kita hanya boleh mengompress kering di bagian ketiak, leher, atau selangkangan.
Terakhir, tidak boleh memijat-mijat ujung-ujung tubuh penderita hipotermia.
Semoga sedikit bahasan mengenai hipotermia ini, dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua terutama bagi penulis sendiri. Aamiin. Wallahu A'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H