Mohon tunggu...
Edwin Bagus Joharta
Edwin Bagus Joharta Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang menulis...

Karyawan swasta. Senang membaca, namun sudah lama tidak menulis, naik gunung dan berlari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pandemi Tanpa Teknologi

4 Maret 2022   22:18 Diperbarui: 4 Maret 2022   22:25 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu begitu cepat berlalu, dan tak terasa kita sudah menjalani hidup berdampingan dengan virus selama kurang lebih dua tahun.  Selama dua tahun pula, terjadi perubahan besar-besaran dalam hal pola kehidupan dan kebiasaan manusia. Maka tak heran, jika tagline New Normal, semakin hari semakin nyata kita rasakan di kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh kenormalan yang baru tersebut adalah bagaimana hampir seluruh kegiatan sekarang ini dapat dengan mudah dijalankan secara daring atau online.  Begitu banyak hal yang sekarang ini dapat dilakukan secara digital.  

Menanggapi hal itu, salah satu hal yang menarik untuk diperhatikan adalah bagaimana kebiasaan baru tersebut berdampak pada kegiatan transaksional yang terjadi di era pandemi. Mengapa menarik? Jawabannya tentu saja karena kegiatan Supply and Demand adalah suatu kegiatan yang tak akan pernah berhenti terjadi di dalam kehidupan manusia. Jika keadaan dan kondisi sekitar tidak mendukung hal tersebut berjalan seperti biasa, maka manusia akan tetap beradaptasi supaya kegiatan tersebut tetap berjalan dengan menyesuaikan keadaan yang ada. 

Dalam hal ini, penyesuaian itu dilakukan antara para pelaku usaha, baik itu pelaku usaha skala Mikro, UMKM hingga Korporasi, dan kita sebagai konsumen atau pembeli produk maupun jasa yang mereka jual. Sebagai contoh, jika persaingan antar pelaku usaha atas produk mereka dulunya sebatas pada harga dan kualitas, kini mereka perlu memperhatikan mengenai layanan dan kemudahan akses serta kecepatan pengiriman bagi pelanggan-pelanggannya. 

Demikian juga dengan para pelanggan. Bukan hanya perihal harga atau seberapa menariknya suatu produk, namun beberapa hal yang saat ini kerap menjadi pertimbangan ketika hendak membeli adalah seberapa praktis proses pembelian itu dilakukan, seberapa cepat produk tersebut didapatkan dan seberapa terpercayanya suatu Brand atas produk maupun jasa yang mereka jual. Semua hal itu tentu saja terjadi di era sekarang ini, di mana semua hal serba digital.

Saya membayangkan, bagaimana jika di tahun-tahun sebelum pandemi, perkembangan teknologi digital tidak secepat dan semaju seperti sekarang ini. Bagaimana jika pemanfaatan media sosial, adanya platform toko-toko online serta kegiatan digital lainnya tidak sesanter saat ini, entah seperti apa adaptasi yang dilakukan manusia guna menghadapi keadaan yang penuh batasan seperti sekarang ini dalam memenuhi kegiatan Supply and Demand tersebut.

Misalnya saja, jika media sosial masih digunakan sebatas sebagai media interaksi dan hiburan semata, mungkin para pelaku usaha masih tetap harus memanfaatkan Televisi, Radio bahkan Surat Kabar untuk memperkenalkan dan menawarkan produk atau jasa mereka ke konsumen. Tentu saja hal itu sangat terbatas, baik dalam hal jangkauan perhatian dan kesadaran dari para target konsumen, serta besarnya biaya yang diperlukan untuk mempromosikan produk atau jasa lewat media-media tersebut tentu saja berpengaruh besar pada tiap-toap pelaku usaha. Lalu misalnya, jika platform toko-toko online belum pernah ditemukan seperti sekarang ini, bisa jadi kegiatan jual-beli berbasis teknologi masih sebatas dilakukan melalui kanal-kanal yang masing-masing dipilih oleh para pelaku usaha ini. 

Seperti penggunaan website produk yang mereka bangun sendiri atau bahkan masih melalui forum jual-beli semacam Kaskus yang begitu terbuka baik bagi para penjual maupun para pembeli. Dalam hal ini, tingkat kepercayaan, kualitas produk dan layanan yang diberikan oleh tiap-tiap pelaku usaha tidak terukur dengan jelas bagi para konsumen. Kemudian, andai gagasan mengenai ojek online belum pernah terpikirkan, baik itu sebagai media transportasi, maupun sebagai media pesan antar, mungkin tiap-tiap pelaku usaha akan berlomba mendapatkan perhatian pelanggan dengan pelayanan mereka sendiri-sendiri. 

Misalnya saja menggunakan fasilitas pesan antar via telepon dan sejenisnya yang dikerjakan oleh masing-masing pelaku usaha itu. Hal tersebut pasti sangat merepotkan, baik bagi pelaku usaha itu sendiri dan juga bagi pelanggan. Di luar dari pada itu semua, masih banyak hal lagi yang tentu saja akan semakin menyusahkan kehidupan manusia pada keadaan sekarang ini, apabila perkembangan dan kemajuan teknologi digital masih tertinggal jauh di belakang.  

Tetapi untung saja hal tersebut hanya terjadi dalam bayangan saya. Kenyataannya, perkembangan teknologi digital begitu pesat terjadi untuk mendukung kegiatan di saat pandemi seperti ini. Bahkan hari-hari ini, selalu saja ada pembaharuan-pembaharuan yang diperkenalkan untuk bisa terus kita ikuti. Kemajuan tersebut begitu memudahkan kegiatan-kegiatan sehari-hari manusia. Tentu saja, kemajuan-kemajuan ini terjadi hamper pada semua lini kegiatan manusia. 

Mulai dari teknologi penunjang pekerjaan dan pendidikan, kemudahan akses hiburan dan informasi, teknologi interaksi jarak jauh yang lebih real time, serta tentu saja tekonlogi digital untuk semakin memudahkan pemenuhan kebutuhan kita sehari-hari. Bahkan, hingga dikatakan, kita hanya tinggal duduk, tanpa keluar rumah, tanpa bertemu langsung dengan para penjual, kita bisa memilih barang yang kita inginkan di gawai kita, dan dalam sekali sentuh, barang-barang tersebut akan langsung dikirimkan ke depan rumah kita. Semudah itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun