Ini merupakan pendakian kedua saya ke Gunung Merapi. Dan kali ini pula saya dan 4 rekan saya berhasil mencapai puncak gunung tersebut. Berawal di hari Selasa, ketika mendapat sms dari Aris bahwa ia mendadak medapat libur 2 hari dari pabrik tempat ia bekerja. Dia mengajak saya kembali mendaki Gunung Merapi, dan dengan senang hati saya pun menerima ajakan tersebut. Dengan persiapan fisik dan logistik yang apa adanya, akhirnya pada hari Rabu, 14 Desember 2011 saya, Aris, Rena, Edi dan Ivan sepakat untuk berangkat menuju Basecamp Bara Meru di Selo. Waktu itu sekitar pukul 5 sore ketika kami mulai meninggalkan rumah, dan tampak hamparan mega yang keabu-abuan menggantung menutupi langit. Dengan cuaca yang agak murung seperti ini membuat kami yakin akan turun hujan malam itu. Dan seperti apa yang kami pikirkan, tepat sebelum kami berhasil mencapai Basecamp, hujan deras mengguyur tubuh kami. Seperti yang kami duga, Basecamp kala itu sangat sepi. Tak ada satu pun pendaki selain kami, maklum lah hari itu bukan hari libur sehingga jarang sekali ada pendaki. Akhirnya sambil menunggu hujan reda kami memesan nasi goreng dan teh panas kepada pemilik rumah. Setelah selesai makan, karena tidak ada tanda-tanda hujan akan reda, jadilah kami terkapar dengan perut cukup kenyang dan mengantuk. Sekian lama kami beristirahat menunggu radanya hujan, tak ada percakapan yang keluar dari mulut kami untuk beberapa jam. Terdiam dalam pikiran kami masing-masing, membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Dan dalam senyap itu pula, terdengar suara rintik-rintik hujan mulai memudar digantikan desiran angin yang lembut nan dingin. Saya pun bangkit, membuka pintu mencari tahu apa yang terjadi. Terlihat kabut putih tipis yang tadinya memenuhi seluruh pelataran Basecamp kini mulai turun dan hilang. Tinggal sisa rintik air hujan yang tak usah menunggu waktu lama pasti akan hilang juga. Kami pun segera bersiap. Melawan rasa nyaman dan kehangatan yang sudah kami terima saat beristirahat dan menggantinya dengan udara malam yang dingin dan basah. Setelah mengisi botol-botol minuman dengan air dan menyiapkan senter, kami pun berpamitan kepada penjaga Basecamp untuk mulai melakukan pendakian. Perlahan-lahan kami berjalan sambil membiarkan tubuh kami bereaksi dan menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar. Pukul 9 malam waktu kami mulai memasuki medan pendakian. Kami berjalan berbaris dengan ransel di punggung kami masing-masing dan saya berada di paling belakang. Dengan sangat telaten kami berjalan pelan namun pasti. Sesekali berhenti menghela nafas dan mengagumi gemerlapan lampu kota yang tadinya tertutup kabut. Gunung Merbabu di sebelah utara kami pun tampak gagah dengan awan yang menyelimuti sebagian tubuhnya. Sementara kami berhenti dan mengagumi pemandangan yang menhampar indah, kami pun bernyanyi yang lebih tepatnya berteriak. Menyadari bahwa tidak ada pendaki lain malam itu kami mencoba memecahkan keheningan dengan cara itu. Ada beberapa kejadian yang membuat pendakian kali ini cukup menegangkan. Yang pertama adalah ketika kami mencapai Pos pertama, tiba-tiba dari balik semak muncul seekor mamalia seperti musang dengan mata yang menyala dalam gelap. Dan hewan itu mengikuti kami dari Pos I hingga kami membuat tenda di Pasar Bubrah. Kemudian yang kedua, tepat sebelum Pos II kami menemukan terpal dan beberapa potong pakaian di semak-semak. Kami pun bertanya-tanya. Namun biar bagaimanapun kami juga berusaha berpikir positif. Saya mencoba berpikir dengan logika. Untuk khasus yang pertama itu adalah hal yang biasa di daerah seperti itu dan untuk yang kedua saya berpikir mungkin itu memang sengaja ditinggalkan oleh pendaki yang sedang turun kerena kelelahan atau susah untuk membawanya turun. Dan pada kenyataannya semua itu hanya berlalu begitu saja, tidak ada hal-hal lain yang terjadi. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya kira-kira jam 1 malam sampailah kami di Pasar Bubrah. Kami segera mendirikan tenda, membuat api unggun, memasak dan kemudian beristirahat. Hari masih sangat pagi ketika sayup-sayup terdengar percakapan dan beberapa orang berlalu lalang. Saya pun terbangun dan melihat keluar. Ternyata ada pendaki lain yang mendirikan tenda beberapa meter ke selatan dari tenda kami. Diperkirakan mereka datang ketika kami sudah pulas tertidur. [caption id="attachment_178066" align="alignleft" width="300" caption="Matahari Terbit - dari Pasar Bubrah"][/caption] Setelah kami semua bangun, membuat sarapan dan melakukan aktivitas kami masing-masing, kami pun segera bergegas untuk mencapai puncak Merapi pagi itu. Sekitar pukul 7 ketika kami meninggalkan tenda kami dan berangkat trekking ke puncak. [caption id="attachment_178067" align="alignleft" width="300" caption="Berjalan Menuju Puncak Gunung Merapi"]