Analisis:
 * Otonomi (Kebebasan Pengakuan): Widji Thukul dengan lantang menyuarakan aspirasi rakyat melalui puisi dan orasi. Ia memperjuangkan hak atas kebebasan berekspresi dan berpendapat. Namun, kebebasan ini kemudian dibungkam oleh rezim otoriter yang menganggapnya sebagai ancaman. Tindakan pembungkaman ini jelas bertentangan dengan prinsip keadilan sebagai kemerdekaan.
 * Distribusi: Puisi-puisi Widji Thukul seringkali menggambarkan ketidakadilan dalam distribusi kekayaan dan sumber daya. Ia menyuarakan keprihatinan terhadap nasib kaum buruh yang bekerja keras namun hidup dalam kemiskinan. Perjuangannya untuk mewujudkan keadilan sosial sejalan dengan prinsip keadilan sosial yang menuntut distribusi yang adil.
 * Responsibility: Sebagai seorang aktivis, Widji Thukul memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap sesama. Ia rela mempertaruhkan nyawanya demi memperjuangkan hak-hak orang lain. Sikapnya ini mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.
Implikasi bagi Masa Kini
Perjuangan Widji Thukul masih relevan hingga kini. Ketidakadilan sosial, pelanggaran hak asasi manusia, dan kesenjangan sosial masih menjadi permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia. Sebagai generasi penerus, kita perlu belajar dari semangat juang Widji Thukul dan meneruskan perjuangannya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan beradab.
Pertanyaan untuk Diskusi:
 * Bagaimana kita dapat meneruskan perjuangan Widji Thukul dalam konteks Indonesia yang semakin kompleks?
 * Apa saja tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan keadilan sosial di era digital?
 * Bagaimana peran pemuda dalam menjaga nilai-nilai Pancasila dan memperjuangkan keadilan?
Kesimpulan