Mohon tunggu...
Edwin Sholeh Rahmanullah
Edwin Sholeh Rahmanullah Mohon Tunggu... Insinyur - Green Technology antusiast and share idea...

Ideation, ideas for nation... Hanya sekumpulan ide untuk bangsa

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tepatkah Industri 4.0 bagi Indonesia?

26 Maret 2019   10:13 Diperbarui: 26 Maret 2019   18:04 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ringkasnya semua barang harus diproduksi di Tiongkok. Ada 10 sektor Utama yang menjadi target dan ada 3 tahap milestone yang ingin dicapai. Mereka juga memanfaatkan teknologi transformasi digital untuk mendukung ambisi ini. Mengapa Tiongkok memilih strategi ini? Jawabnya mudah, mereka memiliki sumber daya manusia terbesar di dunia, sebagai penggerak produksi sekaligus sebagai pasar terdekat bagi produk mereka. Dengan pasar yang besar dan skala produksi besar maka produk mereka akan menjadi sangat murah. Mereka juga memiliki luas wilayah yang luas dengan sumberdaya yang banyak. Maka untuk bersaing ke depan mereka menggunakan strategi ini.

Lantas strategi apa yang cocok untuk Indonesia? Indonesia 4.0? Smart City di seluruh kota besar di Indonesia? IoT? Cintailah Produk-produk Indonesia? Indonesia Emas? Banyak sekali wacana dan rencana yang pernah kita buat, namun apakah semua itu sudah tepat?

Membuat strategi sebuah Negara tidak bisa hanya dengan mengikuti apa yang sedang menjadi trend di dunia. Tidak pula bisa dengan hanya mengikuti apa yang dibuat oleh Negara lain, karena semata Negara tersebut lebih maju dari kita. Apa yang berhasil bagi Negara lain belum tentu bisa berhasil bagi kita.

Pertama kita harus pahami terlebih dahulu apa yang menjadi potensi dan kekuatan yang dimiliki Negara kita. Apa yang unik yang dimiliki Negara kita namun tidak banyak dimiliki Negara lain? Negara kita yang luas dengan sebagian besar wilayahnya adalah lautan adalah sebuah potensi unik yang kita miliki. Selanjutnya, Negara kita kaya akan ragam budaya juga merupakan sebuah potensi unik yang kita miliki. Jumlah penduduk yang banyak juga merupakan pembeda Negara kita dibanding nagara lain.

Berikutnya kita tentu harus menyadari kekurangan yang kita miliki. Ekonomi yang belum merata adalah salah satu kekurangan besar yang kita hadapi. Penduduk yang besar selain sebagai kekuatan juga sekaligus sebagai kekurangan jika penduduk tersebut justru menjadi beban ekonomi jika tidak cukup produktif mendorong pertumbuhan ekonomi.

Jika mengandalkan sektor industri manufaktur, Indonesia masih punya masalah pada terputusnya mata rantai dari bahan baku mineral dasar ke bahan baku siap olah yang industrinya belum mapan di Indonesia. Negara kita punya tambang mineral, namun semua itu harus diekspor terlebih dahulu ke beberapa Negara untuk diolah menjadi bahan baku siap produksi untuk mensuplai kebutuhan industri manufaktur Indonesia. 

Pada kenyataannya kita masih harus mengimpor bahan baku siap produksi. Jika kita menggenjot otomasi di sector industry, mungkin kita perlu timbang lagi imbasnya pada penyerapan tenaga kerja kita yang masih membutuhkan lapangan kerja. Harus dihitung dengan cermat kesetimbangan antara harga yang kompetitif dengan otomasi serta serapan tenaga kerja.

Melihat potensi yang dimiliki serta kekurangannya, maka kita seharusnya melihat 3 peluang yang harus dikembangkan; Ekonomi maritim, pariwisata dan industri kreatif. Pada 3 hal tersebut harusnya kita lebih fokus. Disitulah sebenarnya keunikan potensi yang dimiliki Indonesia yang tidak banyak dimiliki Negara lain. Tentu tetap dengan memanfaatkan teknologi informasi dan transformasi digital. 

Karena dengan teknologi informasi maka dengan mudah dan murah produk industri kreatif, produk maritim dan juga potensi destinasi pariwisata dapat dipasarkan. Namun, pemasaran melalui teknologi informasi yang massif tidak ada artinya jika tidak didukung dengan infrastruktur transportasi untuk memfasilitasi pergerakan manusia dan logistik barang.

Kesimpulannya mungkin perlu kita berfokus di 3 sektor Utama yakni maritim, pariwisata dan industri kreatif,  dengan 2 hal yang menjadi pondasi dasar yakni teknologi informasi dan infrastruktur. Mau dinamakan apa, terserah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun