Tidak perlu diperdebatkan lagi jika kemacetan adalah masalah pelik di Ibukota Jakarta. Berikut beberapa alternatif solusi yang bisa langsung dieksekusi atau dijalankan baik oleh Gubernur Jakarta saat ini, atau oleh siapapun yang akan terpilih sebagai Gubernur Jakarta berikutnya.
Pertama, optimalkan angkutan massal yang ada : TransJakarta. Sambil menunggu MRT dan LRT yang sedang dibangun, hendaknya angkutan massal yang ada yakni TransJakarta dioptimalkan. Bagaimana caranya? Buat target 1 bus TransJakarta untuk setiap 1 halte TransJakarta. Problem yang ada saat ini di TransJakarta adalah waktu tunggu penumpang yang lama dan penumpang berdesakan di dalam bus. Jadi, harus dibuat sistem setiap Halte ada 1 bus, jika bus didepan bergerak menuju halte berikutnya, maka bus di halte belakang bergerak juga, demikian seterusnya. Jika perlu, ada 1 bus di setiap halte, dan ada 1 bus di antara 2 halte, bus bergerak. Jika bus yang bergerak ini telah mencapai halte, maka bus yang berhenti di halte akan bergerak ke halte berikut. Jadi menggunakan “push pull system”. Ini untuk memastikan selalu ada bus di setiap halte. Dengan bus yang “rapat”, juga akan meminimalisir jumlah penerobos jalur busway. Saat ini, orang tertarik untuk menerobos jalur busway juga dikarenakan jalurnya kosong tidak ada bus yang melintas.
Darimana kita dapat uang untuk menambah armada TransJakarta? Pertama, wajibkan untuk 1 mal di Jakarta menyumbang 1 bus TransJakarta dan membangun halte busway terintegrasi dengan malnya. Memastikan mereka mendapatkan tambahan kunjungan dari pengunjung yang memanfaatkan TransJakarta. Kedua, setiap perusahaan otomotif menyumbang 1 bis TransJakarta. Ketiga, setiap pengembang Apartemen menyumbang 1 bis TransJakarta dan membangun halte terintegrasi busway di apartemennya. Keempat, setiap Hotel berbintang 4 ke atas menyumbang 1 bis TransJakarta. Selanjutnya, silahkan dipikirkan sendiri minta sumbangan ke mana lagi.
Langkah berikutnya, lakukan sterilisasi jalur busway. Banyak cara yang sudah dilakukan untuk sterilisasi jalur busway, sampai pada penilangan. Namun tidak ada satu pun yang sampai saat ini benar-benar manjur. Ide barunya adalah di setiap halte ditugaskan seorang petugas yang mengoperasikan mesin penyemprot cat untuk penerobos jalur busway. Tidak perlu ditilang, setiap kendaraan penerobos jalur busway cukup disemprot cat permanen menggunakan alat penyemprot. Sehingga setiap kendaraan yang menerobos jalur busway ada “tanda” cat di kendaraannya. Petugas yang bertugas mengoperasikan alatnya dari dalam halte TransJakarta. Sehingga tidak capek jika dibandingkan harus berdiri di jalur busway.
Kedua, hapus angkutan umum yang ada saat ini bus damri, metro mini dan angkot. Gantikan dengan Bajaj BBG berbasis aplikasi. Salah satu penyumbang kemacetan di jalan adalah bus atau angkot yang “ngetem” dijalan dan juga ugal-ugalan. Maka, saatnya dihapuskan. Para supir bus dan angkot dialihkan menjadi supir Bajaj berbasis aplikasi. Lakukan kerjasama dengan perusahaan berbasis aplikasi seperti Gojek, Grab dan Uber. Bajaj, akan standby di pool, jika ada penumpang yang membutuhkan maka akan dilakukan penjemputan dan mengantarkan penumpang. Bajaj berbasis aplikasi ini akan menjadi feeder bagi TransJakarta. Jadi, penduduk jakarta memanfaaatkan Bajaj dan TransJakarta kemanapun mereka pergi.
Akan dikemanakan bus, metro mini dan angkot yang selama ini ada? Pemerintah bantu untuk melelang kendaraan-kendaraan tersebut untuk dilempar ke daerah-daerah/ kabupaten yang masih membutuhkan angkutan umum konvensional. Lakukan kerjasama dengan pemerintah daerah setempat. Uang hasil lelang, kembali kepada supir bus dan angkot tersebut dan dapat digunakan untuk membeli Bajaj BBG berbasis aplikasi beserta smartphonenya.
Beberapa bus yang memungkinkan untuk direkondisi menjadi TransJakarta dapat dilakukan rekondisi dengan bekerjasama dengan Karoseri bus yang ada di Indonesia.
Ketiga, setelah angkutan umum diperbaiki, maka dimulailah langkah-langkah pembatasan angkutan pribadi. Wajibkan setiap mobil baru yang dibeli dan akan berplat nomor “B” dilengkapi dengan alat Transponder E-Toll Pass. Saat ini harganya sekitar 300 ribu. Jadi, masukkan tambahan 300 ribu dalam komponen Pajak Kendaraan bermotor, dan mobil otomatis akan terpasang Transponder E-Toll Pass. Untuk mobil lama, ketika melakukan perpanjangan STNK, berikan potongan Pajak Kendaraan Bermotor untuk periode tahun ini dan dibagikan Gratis Transponder E-Toll Pass yang harus dipasang di kendaraannya. Lakukan kerjasama dengan Bank BUMN dan BUMD (Bank DKI), untuk memberikan Kartu E Money nya kepada pemilik mobil dengan saldo tertentu. Target, setelah 1 tahun seluruh kendaraan ber-plat “B” akan terpasang Transponder E Toll pass. Manfaatnya, akan mengurangi antrian kendaraan di pintu Toll, tentunya dengan ditambahkan gardu-gardu toll otomatis untuk toll dalam kota Jakarta. Selanjutnya, dengan sudah dipasangkan transponder, maka akan mudah untuk segera diberlakukan sistem ERP di jalan-jalan sibuk di Jakarta. Percuma, dipasang alat ERP, jika kendaraanya tidak terpasang transponder.
Keempat, kita harus berpikir terbalik untuk tarif toll. Saat ini, tarif toll dihitung dari perhitungan beban jalan. Yakni Truk dan Bus harus membayar lebih mahal daripada kendaraan pribadi. Maka, harus diberlakukan sebaliknya. Kendaraan pribadi harus membayar paling mahal jika akan masuk Tol Dalam Kota dan Lingkar Luar. Sedangkan untuk semua kendaraan umum, seperti bus, taksi dan angkutan travel, diberikan gratis.
Kelima, tarif parkir semakin ke dalam kota maka akan semakin mahal, khususnya di mall. Maka akan memaksa orang menggunakan angkutan umum.
Keenam, kontribusi kemacetan juga berasal dari kendaraan pribadi yang mengantarkan anaknya sekolah, bahkan untuk sekolah-sekolah “orang kaya” satu kendaraan untuk satu siswa. Maka ini harus dihapuskan. Caranya, berlakukan sistem zona sekolah. Sekolah, hanya boleh menerima siswa dalam radius tertentu dari sekolah. Tidak boleh anak Jakarta Barat sekolah di Jakarta Pusat atau Jakarta Timur. Bahkan, kalau perlu tidak boleh lintas kecamatan atau kelurahan. Jaman, dahulu, anak berangkat dan pulang sekolah berjalan kaki atau naik sepeda. Maka harus kembali seperti itu. Khusus, untuk sekolah swasta “orang kaya”, berlakukan aturan larangan mengantar anak sekolah dengan kendaraan pribadi. Wajibkan mereka memiliki bis sekolah sendiri atau kendaraan antar jemput. Pembagian Zona sekolah ini juga disertai pemetaan ulang kediaman Guru ke Sekolah. Guru yang berkediaman di Jakarta Selatan hendaknya juga mengajar di Jakarta Selatan.