Setelah ide pertama dan sebagai dasar ide lain untuk bangsa yakni budaya senyum, maka mari kita bahas ide dasar berikutnya yang paling penting yakni masalah energi untuk bangsa. Energi adalah daya kita semua untuk bergerak, tanpa energi kita tidak bisa melakukan apa-apa. Untuk keberlangsungan bangsa ini.
Pemerintah saat ini sedang disibukkan mencari solusi dari permasalahan energi untuk rakyat alias BBM (Bahan Bakar Minyak). Bagaikan memakan buah simalakama, jikabersikeras tidak mengurangi subsidi akan menambah beban APBN. Namun, jika harus mengurangi subsidi pun masalahnya menjadi lebih pelik. Opsi pertama, menaikkan harga BBM bersubsidi, beresiko pada peningkatan inflasi sebagi salah satu indikator penting makro ekonomi. Opsi kedua, dengan pembatasan BBM bersubsidi masih kebingungan dengan cara implementasinya. Opsi ketiga, dengan berubah menggunakan BBG (Bahan Bakar Gas) belum didukung oleh infrastruktur dan alat konversinya.
Lalu, apakah tidak ada opsi lain? Untuk mencari solusi dari sebuah masalah, kata orang pintar, harus berpikir “out of the box”, “beside the box” atau bahkan “without the box”.
Kadang, kita berpikir rumit, jelimet dan berpikir keras karena masalah tersebut benar-benar sudah di depan mata. Negeri ini sudah lama tidak memiliki “road map” yang jelas tentang apapun termasuk kebijakan Energi ini.
Sudah terlalu banyak professor, doktor dan ahli-ahli di bidang energi yang kita punya, beberapa diantaranya sedang duduk di pemerintahan. Namun, solusi yang ditawarkan hanya solusi jangka pendek, hanya untuk memadamkan api yang berkobar saat ini saja.
Mari kita telaah lebih jauh mengenai masalah klasik energi ini. Semua sudah tahu bahwa energi yang paling banyak kita gunakan saat ini adalah energi yang tidak terbarukan, bahkan BBG pun, rasanya sejak saat SMP kita semua diajarkan tentang ini. Lantas, apakah sekarang kita sudah punya “road map” yang jelas jika suatu saat nanti tiada lagi energi BBM dan sejenisnya, kita akan menggunakan energi apa?
Memang untuk mencapai pada tahap pemanfaatan energi terbarukan membutuhkan waktu dan biaya riset yang tidak sedikit, dan sepertinya sudah ada yang memulai menuju kesana.
Nah, sambil menunggu hal tersebut, selayaknya pemerintah memiliki regulasi berupa insentif besar-besaran bagi siapapun dan apapun yang melakukan segala upaya penghematan energi sekecil apapun. Misal, jika ada perusahaan mampu mengurangi konsumsi energinya dalam porsi tertentu tanpa mengurangi produktifitas perusahaannya, maka akan diberikan insentif pajak. Contoh kedua, jika ada perusahaan otomotif meluncurkan produk baru yang memiliki fuel consumption sangat irit, dengan target yang bisa kita tentukan bersama, maka diberikan insentif pajak otomotif. Semakin irit suatu kendaraan maka pajaknya semakin kecil, artinya harganya semakin murah. Dan sebaliknya semakin boros kendaraan maka pajaknya semakin tinggi dan harganya semakin mahal. Yang artinya, masyarakat dapat lebih murah untuk membeli produk otomotif yang irit. Sebaliknya untuk yang memilih produk yang boros harus membayar kompensasi yang lebih mahal pula.
Insentif-insentif ini akan memberikan rangsangan bagi kita semua untuk menuju penghematan energi secara masif dan sistematis.
Solusi energi tebarukan adalah solusi jangka panjang, solusi insentif mungkin adalah solusi jangka menengah, lalu apa solusi jangka pendek yang bisa diambil?
Pemerintah mungkin lupa, bahwa semua pemilik kendaraan bermotor membayar pajak kendaraan bermotor tiap tahunnya. Nah, jika pemerintah khawatir tidak bisa memberikan subsidi BBM tepat sasaran, mengapa tidak kita manfaatkan instrument ini.
Sederhana saja, siapa saja yang akan kita beri subsidi? Misal, pengguna kendaraan umum, pengguna sepeda motor dan kendaraan dinas.
Ya, tinggal dipotong pajak kendaraan bermotornya untuk pemilik plat kuning, plat merah dan plat sepeda motor.
Sebaliknya bagi pemilik kendaraan pribadi kita beri pajak yang lebih tinggi untuk kendaraan pertama, dan berlaku progresif untuk kendaraan kedua dan seterusnya.
Artinya, boleh BBM dinaikkan harganya, tapi untuk golongan yang kita sepakati akan mendapat subsidi akan berkurang pengeluaran tahunannya dengan membayar pajak kendaraan bermotor yang lebih murah.
Tepat sasaran bukan?
Semoga terobosan ini dibaca oleh pengambil kebijakan saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H