Mohon tunggu...
Edwin Sholeh Rahmanullah
Edwin Sholeh Rahmanullah Mohon Tunggu... Insinyur - Green Technology antusiast and share idea...

Ideation, ideas for nation... Hanya sekumpulan ide untuk bangsa

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ide 5: Bank Sampah Indonesia

16 Juni 2014   15:38 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:32 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik





Sejak SD atau bahkan TK kita semua diajari untuk membuang sampah pada tempatnya. Di SD pula mungkin kita diberikan pelajaran, jika membuang sampah sembarangan akan mengakibatkan banjir. Terutama jika membuang sampah di saluran air, selokan atau bahkan sungai. Selain itu pada saat itu juga kita diajarkan bahwa kebersihan sangat berpengaruh pada kesehatan. Karena sampah yang dibuang sembarangan akan menimbulkan berbagai macam penyakit yang menyertainya.

Bahkan, di Agama Islam kembali diulang dan diajarkan bahwa kebersihan sebagian dari Iman. Artinya yang tidak menjaga kebersihan bukanlah orang beriman, atau mungkin setidaknya kurang sempurna imannya. Lalu, kemana semua ajaran itu sekarang? Apa yang terjadi dengan aplikasi nyatanya saat ini. Pelajaran tinggalah kenangan dan menguap begitu saja. Salah satu penyebab banjir dibeberapa kota besar, utamanya Jakarta harus diakui adalah karena masalah sampah. Masalah sepele, namun diabaikan. Bahkan, sudah diberikan peraturan dan sangsi tegas pun sepertinya tidak mempan. Bebal, mungkin itu kata yang tepat.

Sebuah terobosan massive harus dicari dan dilakukan untuk mengatasi hal ini. Cara massive yang mungkin bisa dilaksanakan adalah dengan membuat Bank Sampah Indonesia. Ide ini bukan ide baru, sudah banyak berulangkali dilontarkan, bahkan ada pula yang sudah menjalankan di beberapa tempat, namun masih secara lokal. Bahkan, ada pula yang memodifikasinya menjadi semacam asuransi kesehatan sampah. Salut, untuk yang sudah mengeksekusinya.

Untuk menjalankan secara massive tentunya perlu dilaksanakan secara nasional. Makanya dinamakan Bank Sampah Indonesia. Karena, memang harus dibuat Bank khusus berskala Nasional, bank BUMN tentunya, yang khusus bergerak dan mengelola "ekonomi sampah".

Mengapa disebut "ekonomi sampah"? Ya, karena sebenarnya sampah selain memiliki kuman dan bakteri penyakit, namun juga memiliki nilai ekonomi. Jika dipilah dengan benar dan baik, apapun bisa dihasilkan dari sampah. Yang bisa didaur ulang maka dilakukan daur ulang, yang bisa dibuat menjadi barang baru atau kerajinan bisa dirubah menjadi kerajinan, dan yang bisa dijadikan pupuk atau kompos organik maka bisa dimanfaatkan pula.

Dengan nilai ekonomis yang nyata, maka ada peluang untuk mengelola dengan baik "ekonomi sampah" ini. Saya yakin nilai nya besar jika dikelola secara massive. Makanya, saya mengusulkan dibentuk Bank, agar Bank ini juga menjadi sumber modal untuk menginvestasikan diri ke perusahaan-perusahaan pengelola sampah dan "industri sampah". Nantinya, perusahaan daur ulang, usaha-usaha mikro pengerajin daur ulang, dan perusahaan pupuk kompos berskala besar bisa diberikan modal oleh Bank ini.

Sebagai nasabahnya, tentunya adalah masyarakat umum secara luas, namun yang disetor ke Bank bukanlah uang namun sampahnya masing-masing. Sampah yang disetor kemudian dipilah dan dikonversi menjadi nilai uang tertentu, sehingga mungkin akan ada "kurs sampah" harian yang ditetapkan oleh Bank. Misal, sampah plastik perkilo hari ini senilai sekian rupiah, sedangkan untuk sampah organik perkilo hari ini senilai sekian rupiah dan seterusnya.

Diharapkan dengan dibentuk Bank Sampah berskala nasional ini, kepedulian masyarakat akan lebih baik. Karena, diera yang semakin kapitalis dan materialistis dewasa ini, dengan iming-iming bahwa sampah bisa bernilai uang tentunya akan sangat menarik bagi masyarakat. Maka, mungkin tidak perlu lagi ada tukang sampah keliling, namun semua masyarakat akan datang sendiri ke Bank-bank sampah terdekat yang disediakan mungkin di setiap RW atau bahkan RT. Tukang-tukang sampah akan beralih fungsi menjadi petugas Bank. Dengan, ini akan juga lebih menarik banyak tenaga kerja. Selain dari pegawai Bank, juga dari munculnya "industri sampah", kerajinan yang mengolah sampah, dimana bahan baku dan modalnya diberikan oleh Bank Sampah.

Namun, sekali lagi, ini hajat besar dan harus dilakukan berskala besar pula. Banknya harus dibuat oleh BUMN, karena menjadi Bank BUMN. Harus disupervisi Bank Indonesia dan Kementrian Keuangan. Industrinya yang bersakala besar harus difasilitasi dengan baik oleh Kemehntrian Perindustrian. Industri kerajinan berskala kecilnya harus dibina dan didukung secara sungguh-sungguh oleh Kementrian Koperasi dan UKM. Kepala-kepala daerah melalui Dinas Kebersihan dan juga melalui kelurahan dan desa harus pula bergerak mendorong masyarakat dan menggerakkan "ekonomi sampah" ini. Mungkin jika berhasil, inilah ekonomi kerakyatan sesungguhnya. Karena dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Rakyat menjadi lebih sejahtera dan lingkungan menjadi lebih bersih, lebih sehat  dan mengurangi resiko bencana banjir. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun