Hari-hari ini kita memprihatinkan rentetan kebakaran yang terjadi di Jakarta. Entah isu-isu yang beredar itu benar atau tidak (semoga tidak benar), yang jelas banyak warga yang telah menjadi korban dan memerlukan pertolongan dengan segera.
Penjelasan mengenai insiden-insiden kebakaran ini klise dan sangat acuh: hubungan pendek arus listrik! Itu saja penjelasan yang diberikan, oleh siapa pun dan jeleknya, penjelasan ini selalu dikutip media massa apa adanya. Tepat persis sama dengan kejadian-kejadian kebakaran sebelumnya, tanpa ada rasa empati yang mendalam terhadap korban, tanpa ada rasa menyesalkan mengapa kok selalu terulang, dan tidak ada semangat untuk mencegah insiden yang sama.
Dari pihak yang punya wewenang mengenai kelistrikan juga tidak menunjukkan gelagat-gelagat memberikan empati kepada korban dan niat memberikan edukasi kepada masyarakat. Seharusnya setiap insiden diikuti dengan penyelidikan mengenai sebab terjadinya dan ada aksi-aksi nyata untuk perbaikan. Dalam hal yang sudah jelas ini, yaitu hubungan pendek arus listrik, PLN harus turun tangan!
Lakukan penyelidikan mengapa kebakaran selalu dan selalu terjadi di Jakarta. Dan mengapa hubungan arus pendek selalu terjadi. Apakah karena kualitas kabel tidak memadai sehingga cepat panas, atau kualitas instalasi terlalu buruk sehingga ada kabel-kabel telanjang yang bisa saling bersentuhan. Ataukah instalasi sudah terlalu tua yang mengharuskan penggantian dengan segera. Jangan dibiarkan bung!
Penulis pernah menemui kualitas MCB atau miniature circuit breaker di panel distribusi rumah ternyata tidak bisa berfungsi. Padahal MCB itu baru lho. Selidik punya selidik, ternyata MCB itu tidak mempunyai sertifikasi SNI. Sejak di tokonya, MCB itu memang tidak bisa berfungsi. Tidak heran kalau perangkat ini tidak bisa memutus arus secara otomatis pada saat terjadi korsleting.
Ada lagi kasus di mana Penulis menemukan MCB dengan cap SNI atau PLN, tapi cap itu cap palsu. Pada saat dites, MCB itu tidak berfungsi dengan semestinya.
Peristiwa lain, ternyata rating ampere di MCB yang dipilih untuk dipasang terlalu besar. Rumah yang dayanya 900 watt misalnya, kalau dipasang MCB dengan rating 6 Ampere jelas kebesaran karena dengan tegangan 220 V, arus maksimal yang bisa mengalir hanyalah sekitar 4,5 Ampere. Kalau dipasang beberapa MCB di panel distribusi dengan rating 6 Ampere, jelas tidak ada gunanya.
Repotnya, kalau kita membeli MCB di toko-toko listrik, yang disodorkan selalu yang 6 Ampere, bahkan yang 10 Ampere. Kalau kita ajak diskusi penjaga tokonya tidak bisa menjelaskan. Kata-kata yang diberikan banyak mengandung "pokoknya" dan "pokoknya".
Sebenarnya edukasinya sangat mudah, kalau mau. Wong hitung-hitungannya hanya aljabar sederhana, dengan persamaan matematikan perkalian dengan dua variabel. Tidak lebih dari itu, dengan sedikit tambahan penjelasan bahwa peralatan-peralatan listrik di rumah mengalami penarikan arus yang lebih besar pada saat dinyalakan sehingga proteksi arus lebihnya diperlukan yang agak besar.
Dengan rasa keprihatinan mendalam akan adanya banyak kebakaran akhir-akhir ini, kita tunggu dan harapkan PLN untuk turun tangan. Pertama-tama dalam memeriksa instalasi listrik di rumah-rumah warga dan bangunan-bangunan lainnya. Kalau ditemukan kualitas instalasi yang mengharuskan penggantian, cepat lakukan penggantian. Yang kedua adalah PLN harus melakukan edukasi dengan kampanye, iklan dan brosur-brosur mengenai kesadaran akan instalasi listrik yang aman, pemilihan perangkat listrik yang tepat dengan standar SNI dan yang berfungsi dengan baik.
Pada saat menjelang musim mudik, PLN harus mengkampanyekan bahwa listrik di rumah yang ditinggal mudik harus dimatikan. Semua saklar diputus, dan MCB diturunkan. Dengan demikian tidak ada kemungkinan terjadinya hubungan arus singkat. Selain untuk keselamatan rumah dan rumah tetangga, mematikan listrik pada saat mudik akan sangat menghemat energi dan biaya.
Jadi bagaimana ini PLN? Apakah akan selalu diam saja? Tunjukkan dong kepedulianmu ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H