Mohon tunggu...
Edwin Dewayana
Edwin Dewayana Mohon Tunggu... -

.......... menyingkap fenomena di balik setiap peristiwa .........

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bandara Cengkareng Lebih Bersemangat Membuka Toko

5 Januari 2012   23:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:16 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_161621" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi: Suasana Terminal IA di Bandara Soekarno- Hatta, Tangerang, Banten. (KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO)"][/caption] Dari publikasi-publikasi dan media massa-media massa yang bisa kita baca, kita tahu bahwa bandara di Cengkareng sedang mengalami kongesti luar biasa karena pengembangan bandara yang jauh tertinggal daripada pertumbuhan penerbangan dan penumpang yang tidak bisa dikejar dengan pengembangan bandara oleh pengelola selama ini. Pertumbuhan yang cepat adalah fakta dan bagian dari tantangan. Sedangkan kongesti bandara adalah masalah akibat kelambatan perencanaan dan pelaksanaan pengembangan, dengan alasan apapun misalnya pertumbuhan cepat yang tidak diantisipasi, ketiadaan dana pengembangan, keterbatasan lahan, dan lain-lain. Masalah lain adalah tertinggalnya teknologi otomatisasi kontrol penerbangan yang dipakai di bandara ini. Dibandingkan dengan Changi, KLIA dan Sydney, tidak perlu dibahas lagi deh ..... Namun apa yang kita lihat di media-media? Kita baca rencana sekian tahun ke depan, dengan maket dan video master plan bandara Cengkareng. Yang ditampilkan? Lebih banyak cerita mengenai bahwa di bandara akan dibangun toko-toko modern sehingga menjadi aviopolis atau apalah namanya, yang intinya bandara juga akan menjadi pusat kegiatan non-aviasi masyarakat. Heran kan? Sedangkan berita mengenai fasilitas ada berapa gate yang akan ditambahkan untuk penumpang, ada berapa fasilitas kereta bandara, apa saja fasilitas untuk penumpang lansia dan difabel, teknologi kontrol penerbangan, fasilitas garbarata, teknologi check in penumpang, fasilitas parkir untuk berapa pesawat, fasilitas pesawat jumbo A-380, justru kebutuhan-kebutuhan yang lebih pokok untuk sebuah bandara seperti ini tidak disampaikan. Kesimpulannya: perencanaan bandara Cengkareng sampai saat ini kemungkinan besar belum memasukkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan penumpang dan airline. Perencanaan lebih ke membuat toko-toko dan restoran-restoran di bandara. Tidak ada juga cerita mengenai cara-cara mengurangi kongesti penumpang dan pesawat di bandara ini. Kita tahu bahwa hampir semua penerbangan pesawat jet di tanah air ini dilakukan lewat Jakarta. Misalnya dari Lampung akan ke Manado. Maka penumpang harus naik pesawat Lampung - Jakarta, kemudian Jakarta - Manado. Akibatnya? Jutaan penumpang dan ratusan pesawat yang berkongesti di Bandara Cengkareng. Akibatnya lagi? Efisiensi transportasi penumpang tidak efisien secara biaya, waktu, bahan bakar, keselamatan dan lingkungan. Dengan memeras otak sedikit, bisa dilakukan riset dan studi dan hasilnya kita akan terkejut menemukan bahwa ternyata potensi penumpang di tanah air yang tidak perlu transit di Jakarta jumlahnya bisa lebih dari 40% dari jumlah penumpang selama ini. Dengan dasar hasil pemikiran, riset dan studi ini, bisa dirancang rute-rute pesawat yang menerbangi kota-kota secara langsung tanpa semua harus transit di Cengkareng. Dengan demikian avtur-waktu-tenaga-uang-kselamatan-lingkungan bisa dihemat, dan ekonomi nasional lebih efisien. Tulisan ini tidak untuk mendiskreditkan pengelola bandara Cengkareng maupun Kemenhub atau siapa saja, namun untuk membuka mata dan wawasan akan hal-hal yang lebih wajib dilakukan dengan edukasi untuk keselamatan dan efisiensi masyarakat. Masukan penulis sudah banyak disampaikan selama ini misalnya pemakaian pesawat baling-baling untuk penerbangan kurang dari satu jam, pemakaian pesawat jet Embraer, dan lain-lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun