Maskapai favorit kita Garuda Indonesia banyak menggunakan pesawat Boeing 737-800 atau yang sering dikenal sebagai Boeing 737-NG. Pesawat baru Garuda ini kapasitasnya 160-an penumpang, termasuk kursi-kursi di kelas bisnis. Maskapai favorit kita yang lain, Lion Air menggunakan Boeing 737-900 (yang juga masuk dalam kategori Boeing 737 new generation), dengan kapasitas penumpang lebih banyak daripada kepunyaan Garuda. Selain tanpa kelas bisnis, pesawat Lion Air lebih panjang sehingga penumpang yang diangkut bisa melebihi 200 orang. Sedangkan maskapai favorit kita yang lain lagi, yaitu Sriwijaya Air saat ini masih banyak menggunakan Boeing 737-300 atau 400, tapi dengan safety performance yang mengagumkan. Mereka berencana membeli pesawat jet baru Embraer E-190 atau E-195. Menarik sekali memperhatikan rencana Sriwijaya Air ini. Selain dikenal sebagai maskapai yang paling safe karena hampir tidak pernah mengalami kecelakaan, Sriwijaya Air dikenal sebagai maskapai yang jeli dan inovatif dalam pengembangan bisnisnya. Embraer E-190 atau E-195 ini sebagai salah satu buktinya. Dengan kapasitas kursi penumpang 100 orang dan mesin lebih kecil yang lebih menghemat bahan bakar, pesawat ini akan lebih mudah memastikan untuk selalu terisi penumpang penuh dan biaya operasi lebih kecil. Harga per pesawatnya pun lebih murah daripada Boeing 737-NG. Dengan demikian lebih mudah memastikan kelangsungan keekonomian pengoperasian pesawat ini. Harga Embraer E-190 atau E-195 per buahnya "hanya" US$ 40 jutaan. Sedangkan harga Boeing 737-800 US$ 70 jutaan. Boeing 737-900 mendekati US$ 80 juta per pesawatnya. Sehingga maskapai yang mengoperasikan pesawat Embraer E-190 atau E-195 akan lebih mudah meraih keuntungan. Apalagi sekarang penumpang tidak terlalu suka dengan pesawat yang terlalu banyak penumpangnya karena ruang tunggu di bandara terlalu penuh, antrian boarding terlalu panjang, dan suasana di dalam pesawat menjadi lebih pengap. Ada baiknya untuk yang akan datang, Garuda dan Lion juga mempertimbangkan untuk membeli Embraer E-195 untuk rute jarak sejam perjalanan. Demikian juga maskapai-maskapai starter lainnya. Hanya, mungkin yang perlu dipertimbangkan adalah adanya backlog di jalur produksi pabrik pesawat Brasil ini karena saking populernya. [Catatan: Penulis adalah penggemar Garuda Indonesia (karena kredibilitas manajemen dan transformasi bisnisnya), Lion Air (karena ekspansinya mengimbangi LCC manca negara dan memenuhi kebutuhan transportasi udara di seluruh Indonesia), Sriwijaya Air (karena komitmen moral terhadap safety performance-nya yang mengagumkan), Boeing (karena keandalan pesawat-pesawatnya), mesin jet pesawat GE (juga karena keandalannya) dan juga akhir-akhir ini Embraer (karena inisiatif pengembangan ceruk jet 100 penumpang)]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H