Anugerah terindah yang dirasakan dengan penuh ucapan syukur banyak kita rasakan tiap hari. Anugerah itu banyak sekali, bisa berupa keselamatan perjalanan, kesehatan, kenaikan jabatan, keuntungan usaha, rumah baru, pernikahan, mantu, kelahiran anak, ulang tahun, makanan enak, kenaikan kelas, nilai yang baik, diterima di sekolah yang bagus, dan lain-lain.
Anugerah-anugerah itu kalau diamati sangat berorientasi kepada diri kita sendiri. Kita bersuka dan bersyukur karena kita atau keluarga kita menerima sesuatu. Ini tidak salah, dan memang seharusnyalah demikian yaitu kita bersyukur dan bersukacita.
Namun kita lupa anugerah yang lebih prinsip dan lebih penting yang kita terima dari Tuhan di mana kita lupa bersyukur, apalagi untuk bersukacita. Anugerah yang lebih besar adalah pada saat kita berhasil menolong orang lain. Misalnya menolong dengan membiayai sekolah anak miskin sampai tuntas sekolahnya. Setelah berhasil membiayai mereka, sukacita yang kita rasakan tidak lebih besar daripada saat kita sendiri berhasil lulus sarjana misalnya. Pernahkah kita mengadakan syukuran pada saat seorang anak miskin yang kita biayai sekolahnya sudah lulus dari perguruan tinggi?
Kita juga lupa anugerah lain yang utama, yaitu pada saat kita membaca Firman Tuhan dan memengertinya sehingga kita tahu untuk apa Tuhan menciptakan kita, untuk apa kita sekarang hidup. Inilah anugerah utama itu yaitu pada saat kita menerima Firman Tuhan dan memengertinya, saat itu seharusnyalah sukacita dan rasa syukur kita yang terbesar dari hati yang paling dalam (tidak dibuat-buat).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI