Cerita ini berawal dari kegelisahan akan makna hidup yang tidak ada artinya ini. Semua orang bertumbuh dan berkembang kemudian bekerja mencari uang dan kemudian bekerja keras menggapai cita-cita. Dan pada akhirnya meninggal dan tak tersisa apapun yang akan dibawa di ujung hidupnya. Setiap manusia hakikatnya hidup menurut tujuan dan mimpi yang sudah disusun berdasarkan lingkungan sosialnya. Mimpi dan tujuan hidup terbentuk seiring dengan perkembangan dari anak menuju dewasa dan sejalan berhadapan dengan realitas. Dalam menuju mimpi yang sudah ditetapkan maka akan dihadapkan dengan berbagai rintangan dan hambatan menuju ke tujuan akhir. Hal tersebut berguna agar menyiapkan kapasitas individu dalam melayakkan diri menuju tujuan hidup tersebut.
Baik suka maupun duka pasti ada di setiap cerita perjalanan hidup manusia. Terkadang kita terlalu munafik dan berlebihan dalam menyikapi setiap kejadian di dalam hidup. Respon tersebut membawa seseorang untuk jatuh ke dalam 2 lubang utama, apakah lubang kebahagian atau kedukaan. Tingkat kematangan emosional dan daya pikir seseorang dalam menanggapi sebuah kejadian tentu berbeda. Maka kita harus segera sadar dalam dunia yang fana ini semuanya akan berakhir pada kematian. Kebijaksanaan dalam menyikapi sebuah masalah tentu sangat penting. Tujuan, cita-cita ataupun harapan akan terus menyiksa kita untuk melalui proses yang panjang menuju harapan. Sebagai manusia bijaksana maka penting untuk selalu bersyukur agar dapat hidup bahagia di dalam hidup yang fana.
Bersyukur merupakan sikap berterima kasih atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidup baik dalam suka maupun duka. Bersyukur membawa untuk tetap sadar dan stabil dalam mencapai tujuan hidup tanpa rasa derita yang menghancurkan kebahagiaan di dalam dunia yang fana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H