Kita mengetahui bahwa dengan semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula biaya hidup yang harus dikeluarkan. Melansir dari artikel BBC News berjudul "Biaya Hidup Melejit, Jepang Dikejutkan Harga Makanan Ringan yang Melonjak 20%" yang dikeluarkan pada 12 Juni 2022, kekayaan Jepang mengalami stagnansi dari periode 1990-an.Â
Dalam artikel tersebut sang penulis yang bernama Mariko Oi menceritakan perspektif dari dirinya sendiri yang tumbuh dan besar di Jepang. Ia mengatakan bahwa dirinya sudah terbiasa untuk menabung sejak 1990-an, dikarenakan pasar properti yang kolaps pada periode itu yang berdampak pada nilai rumahnya yang ikut jatuh.
   Hal itu memang menyebabkan kerugian finansial yang sangat besar. Namun di satu sisi, harga kebutuhan harian yang tidak naik membuat masyarakat tidak terburu-buru untuk membelanjakan uang mereka. Hal ini semakin diperkuat dengan faktor perusahaan di Jepang tidak menaikan gaji para karyawannya, sehingga permintaan konsumen dan harga barang turun lebih jauh lagi. Hal inilah yang menyebabkan kekayaan Jepang mengalami stagnansi, yang juga didukung dengan data bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang tidak mengalami kenaikan sejak 1990-an.Â
Mengetahui hal ini, bank sentral Jepang sudah mengusahakan agar adanya inflasi yang terjadi di Jepang, dengan membuat warga Jepang "belanja lebih banyak, investasi lebih banyak, upah lebih banyak dan harga barang naik secara bersamaan", jelas Nobuko Kobayashi, konsultan dari EY-Parthenon.Â
Namun, kenaikan tersebut mayoritas disebabkan oleh biaya impor yang lebih tinggi dan kenaikan bahan baku dan energi secara global yang disebabkan oleh pandemi dan perang di Ukraina, dimana gaji karyawan juga tidak kunjung naik sehingga Kobayashi menyebutkan bahwa kenaikan harga itu bisa merupakan awal dari inflasi yang buruk.
2. Anak muda di Jepang fokus pada karir
Dari berita yang beredar, kita mengetahui bahwa anak muda sekarang atau biasa kita sebut Gen-Z sangat fokus pada perjalanan untuk meniti karir terlebih dahulu, bukan untuk mempunyai keluarga di usia dini. Kita banyak mendengar dan melihat contoh nyata dari ini pada artis/idol luar negeri, yang paling sering adalah Korea. Beberapa contohnya yaitu, Jisung dari NCT Dream yang debut pada usia 14 tahun, Leeseo dari IVE yang debut pada usia 14 tahun juga, Krystal dari f(x) yang debut pada usia yang sama juga yaitu 14 tahun
(mungkin memang usia yang umum untuk debut di Korea). Prinsip yang sama juga diterapkan oleh anak muda di Jepang, yang mempengaruhi angka kelahiran di sana. Dengan fokus meniti karir, anak muda tidak berpikir untuk menikah dan mempunyai keturunan. Imbasnya adalah seperti yang sudah disinggung di awal, orang dengan usia lanjut/ lansia jumlahnya lebih banyak dari anak muda sehingga tidak ada keberlanjutan. Jadi tidak seperti Indonesia yang kabarnya akan mengalami bonus demografi pada tahun 2045, Jepang tidak akan mengalami hal tersebut karena sangat kurangnya jumlah anak muda di sana. Anak muda fokus pada karir ini juga dipengaruhi oleh faktor biaya hidup yang semakin meningkat, yang sudah dibahas tadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI