Singkat cerita puan. Kali ini sudah dalam fase kelulusan. You know? Orang yang belum lulus pikir 'Beban gua ko berat banget, ga kaya lu cepet banget lulusnya'. Tertampar banget dengan kalimat seperti itu. Orang di luar sana gatau pengorbanan kita seperti apa, gatau proses kita. Bisa ga lidahnya disekolahin khusus attitude dulu. Ah sudahlah, aku sudah muak dengan orang-orang yang selalu menggampangkan apa yang kita lalui. Aku, hanya tersenyum. Satu yang harus tahu, ga ekspos kepedihan bukan berarti hidup kita ga pedih.
Fase selanjutnya, ku pikir bisa tenang dan ada jeda, ternyata banyak tuntutan dari luar sana. Aku ingin jeda, bolehkah? Fase dimana aku sangat muak dengan ketidakadilan dunia, ya cari keadilan dunia dari manusia, gaada. Perlu digaris bawahi 'Aku? Bukan tak usaha. Satu, dua CV sudah ku kirim ke berbagai email, bahkan lebih dari 5. Tapi apa? Takdir belum memihak.'
Aku? Bukan tak percaya kuasa Tuhan. Tapi setelah ku telusuri jalan cerita, ternyata privilege harus ada. Privilege? Iya, you know? Manusia yang punya orang dalam akan lebih cepat keterima dibanding orang yang gapunya. Rasanya dunia ga adil bagi orang yang gapunya. Aku? Percaya bahwa Tuhan adil, tapi tidak dengan manusia.
Aku? Sudah muak dengan keadaan, sampai ada di titik 'Udah, stop, bisa ga orang di luar sana (yang udah kerja jalur orang dalam) gausah speak bahwa dirinya pernah berjuang dan merasa paling menderita.'
Seperti kata lagu 'Pesawat Kertas'
Hidupku bagaikan pesawat kertas
Terbang dan pergi membawa impian
Sekuat tenaga dengan hembusan angin
Terus melaju terbang
Jangan bandingkan jarak terbangnya
Tapi bagaimana dan apa yang dilalui
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H