Masyarakat dunia kini tengah dilanda kekhawatiran dengan menyebarnya virus yang dilaporkan pertama kali ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina sejak tanggal 31 Desember 2019.Â
Novel Coronavirus (2019-nCoV) pertama kali diidentifikasi di Wuhan setelah 41 orang terjangkit pneumonia dengan penyebab yang tidak jelas. Pengobatan yang dilakukan kepada 41 penderita pneumonia tersebut pun tidak berjalan dengan efektif.Â
Sebenarnya, apa itu 2019-nCoV atau coronavirus? Dilansir dari laman WHO, Coronavirus adalah salah satu jenis virus yang menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Coronavirus adalah jenis virus yang belum pernah menyerang manusia sebelumnya. Â Â
2019-nCoV ini menyebar dengan sangat cepat. Dilaporkan sampai akhir Januari 2020, 2019-nCoV atau novel coronavirus ini telah menyerang hingga ribuan orang. Beberapa negara seperti Eropa, Amerika Utara dan Asia-Pasifik juga melaporkan adanya warga mereka yang terjangkit virus mematikan ini.
Masa inkubasi (sejak terpapar virus hingga timbul gejala) berlangsung sekitar 2 hingga 14 hari, namun ada bukti bahwa virus itu mungkin akan menular selama masa inkubasi dan mungkin juga selama masa pemulihan. Gejala apabila terjangkit 2019-nCoV meliputi demam, batuk dan kesulitan bernafas yang dapat berakibat sangat fatal.Â
Dikutip dari CNN, sampai artikel ini ditulis, 04/02/2020, 362 orang dilaporkan meninggal akibat 2019-nCoV dan lebih dari 17,300 orang dari seluruh dunia terjangkit coronavirus. 20,626 kasus 2019-nCoV sudah terkonfirmasi dan kini sudah hampir 60 juta orang tertahan di berbagai kota di Cina.
Para peneliti internasional berusaha sekuat tenaga untuk mengembangkan vaksin dan menghentikan penyebaran virus 2019-nCoV, dan mengurangi dampak masif dari virus ini.Â
Sejak tanggal 29 Januari 2020, Department of Health mengeluarkan saran kesehatan bagi warga yang tinggal di Australia dan merekomendasikan agar: Â
- Bagi warga yang telah melakukan kontak langsung dengan mereka yang positif terjangkit coronavirus harus diisolasi di rumah mereka selama 14 hari; dan
- Wisatawan yang kembali ke Australia setelah meninggalkan provinsi Hubei, Cina, harus diisolasi di rumah mereka selama 14 hari.
Kampus-kampus di Australia, terutama TAFE sebagai kampus yang dimiliki secara langsung oleh Pemerintah Australia telah memberikan saran ke seluruh pelajar di TAFE terkait merebaknya 2019-nCoV di Australia. Berikut adalah saran yang dikeluarkan:Â
- Jika pelajar baru saja kembali dari Provinsi Hubei, Cina, mereka tidak diperkenankan untuk menghadiri studi mereka di TAFE. Pelajar tersebut harus tetap terisolasi di rumah mereka selama 14 hari, kecuali mereka melakukan perawatan medis secara mandiri.
- Jika pelajar telah melakukan perjalanan ke daratan Cina dan belum mengalami gejala apa pun, mereka dapat menghadiri studi mereka di TAFE.
- Semua pelajar harus terus memantau kesehatan mereka dengan cermat selama 14 hari setelah kembali dari Cina dan melaporkan perkembangan gejala apa pun kepada dokter mereka.
- Pelajar TAFE di Australia yang telah melakukan kontak langsung dengan mereka yang positif 2019-nCoV atau coronavirus dikonfirmasi untuk tidak akan menghadiri kuliah mereka. Mereka harus tetap terisolasi di rumah mereka selama 14 hari kecuali mereka melakukan perawatan medis secara mandiri.
Selain TAFE, beberapa kampus besar di Australia juga memberlakukan beberapa aturan bagi mahasiswa mereka. Dimana The USyd Student Representative Council (SRC) mengumumkan bahwa akan ada beberapa pembatalan pertemuan face-to-face antara para staf dan siswa, dimana mereka akan menggantinya dengan pertemuan via skype. Sedangkan untuk pelajar internasional yang terkena dampak atas penyebaran virus tersebut dan tidak bisa bepergian ke Australia akan diberikan opsi untuk menunda kuliah mereka ke semester berikutnya atau meminta membatalkan studi mereka dan meminta pengembalian dana dari pihak kampus. Â