Mohon tunggu...
Ahmad Zain Sarnoto
Ahmad Zain Sarnoto Mohon Tunggu... Dosen - pemerhati pendidikan, psikologi dan agama

Dosen Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Direktur Lembaga Kajian Islam dan Psikologi (eLKIP)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini Semua Salahnya Corona

25 Mei 2020   05:33 Diperbarui: 25 Mei 2020   07:33 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

RAMADHAN telah berakhir, dengan setumpuk kenangan, masih terngiang hari-hari penuh dengan semangat membaca Al-Qur'an, sholat, berzikir, berinfak serta amalan lainya.

Kini itu semua tinggal kenangan, ramadhan telah berlalu, pergi meninggalkan kita dan masih dalam suasana wabah pandemi covid-19, jika ditahun sebelumnya, ketika ramadhan berakhir dan masuknya syawal menjadi hari yang menggembirakan karena berhasilnya umat Islam menjalankan tugas spiritualnya dengan ibadah puasa.

Namun, tahun ini lebaran 1 Syawal seolah "hampa", walaupun pemerintah daerah khususnya kota bekasi, telah memberikan izin melakukan sholat idul fitri di sebagian kelurahan, tetapi sebagian masyarakat justru kuatir akan menjalarnya wabah covid-19 ditengah pelaksanaan sholat Idul Fitri.

Ini semua salahnya corona,  yang biasanya takbiran keliling di malam lebaran, dari gang-gang dan jalan-jalan menjadi meriah dan  ramai  kini ditiadakan, sehingga anak-anak yang biasa berekspresi meluapkan kegembiraan lebaran menjadi sirna.

Ini semua salahnya corona, masjid dan lapangan yang biasa digunakan sholat idul fitri sepi, kalaupun ada semua dalam suasana kuatir,  sehingga sholat idul fitri dirumah dengan imam dan khotib dadakan, para ayah/bapak yang bisa jadi baru terjadi selama hidup.

Ini semua salahnya corona, kita tidak bisa lebaran bersama keluarga, tetangga, teman dan sahabat untuk saling bersalaman, bahkan tidak bisa mudik lebaran, padahal lebaranlah moment berkumpul dan berbahagia bersama mereka.

Ini semua salahnya corona, biasanya jalan-jalan disemua sudut kota, kabupaten dan provinsi macet termasuk tol, karena semangat lebaran, sekarang sepi, pemeriksaan dimana-mana, ribuan mobil dan motor yang mudik lebaran dihalau untuk putar balik ke rumah masing-masing.

Ini semua salahnya corona, kue-kue lebaran yang biasanya tersedia bermacam-macam jenis di setiap meja rumah-rumah penduduk, kini tidak tersedia bahkan rumah-rumahpun "tertutup" untuk dikunjungi.

Ini semua salahnya corona, hotel dan tempat wisata tutup, sehingga tidak bisa berlebaran bersantai dan berlibur menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta, padahal sudah berbulan-bulan menabung mengumpulkan uang untuk liburan masa lebaran ini.

Ini semua salahnya corona, para penjual baju lebaran menjadi sepi pembeli, karena takut tertular, padahal para pedagang biasa merauk untung besar saat lebaran.

Ini semua salahnya corona, para artis yang biasa manggung live di televisi nasional dengan kontrak  yang "mahal" , dengan berdandan rapi seperti "para santri" yang berpenampilan Islami sesaat. Gara-gara corona semua media mengikuti kebijakan pemerintah untuk membatasi kerumunan, sehingga bisa jadi "kontrak" jutaan bahkan milyaran rupiah para artis untuk manggung saat lebaran di batalkan.

Ini semua salahnya corona, para penyanyi yang telah menciptakan lagu khusus lebaran dan siap manggung dengan konser lebarannya, harus batal karena penontonnya takut tertular virus, sehingga pendapatan mereka menurun dratis.

Ini semua salahnya corona, para buruh di PHK padahal berharap mendapat THR saat lebaran, maka pengangguran dimana-mana, jangankan THR untuk makan sehari-hari saja sulit, buruh kehilangan pekerjaan dan bos-bos mereka kehilangan omset.

Ini semua salahnya corona, para dokter dan tenaga medis lainnya, saat lebaran tiba masih harus berkutat mengurus pasein covid-19 dengan protokoler yang ketat, padahal mereka mempunyai keluarga yang menanti dirumah saat lebaran tiba.

Ini semua salahnya corona, barangkali kalimat inilah yang paling mewakili ungkapan sebagian masyarakat saat menyambut lebaran di tengah wabah pandemi covid-19. 

wallahu 'alam

Bekasi, 1 syawal 1441 H/24 Mei 2020

(penulis adalah Dosen Tetap Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Direktur Lembaga Kajian Islam dan Psikologi (eLKIP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun