Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pembelajaran Diferensiasi, Potret Keunikan Siswa dan Kualitas Guru

25 Januari 2022   22:05 Diperbarui: 26 Januari 2022   08:37 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembelajaran diferensiasi (sumber: Dokumen pribadi)

Oleh. Eduardus F. Lebe

Membahas topik tentang pendidikan memang tiada akhir. Pendidikan akan tetap menarik dan penting selama manusia hidup. Sebab, salah ujung tombak keberhasilan manusia adalah pendidikan.

Persoalan pendidikan di Indonesia semakin intens dibicarakan mana kala pandemi covid 19 melanda. 

Di beberapa sekolah proses pembelajaran seperti mati suri. Sebab, selama pandemi covid 19 pendidikan di Indonesia mengalami apa yang disebut dengan learning loss

Learning loss (Kehilangan Pembelajaran) merujuk kepada sebuah kondisi hilangnya sebagian kecil atau sebagian besar pengetahuan dan keterampilan dalam perkembangan akademis yang biasanya diakibatkan oleh terhentinya proses pembelajaran dalam dunia pendidikan

Pemerintah berupaya mengembalikan proses pendidikan seperti semula. Dengan memberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM) 100%, diharapkan pendidikan di Indonesia kembali normal. 

Selain itu, perubahan paradigma pembelajaran harus segera dilakukan. Perubahan paradigma pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidkan.

Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang bisa memberikan dan memfasilitasi kebutuhan dari setiap siswa. Pendidikan di Indonesia masih belum banyak perubahan. 

Penerapan proses pembelajaran lama yang menganggap semua anak adalah sama, lebih berpusat pada guru, tanpa memberikan kesempatan kepada setiap untuk berpartisipasi aktif dalam belajar. 

Untuk itu pemerintah ingin menerapkan pembelajaran diferensiasi yang diharapkan dapat mengakomodasi seluruh potensi dari masing-masing siswa.

Pembelajaran diferensiasi diharapkan mampu mengembalikan kemampuan dan keterampilan siswa yang hilang akibat proses pandemi covid 19. Sebab, arah pembelajaran diferensiasi menitikberatkan pada pendekatan potensi masing-masing siswa.

Sekilas tentang pembelajaran diferensiasi

Beberapa literasi mendefinisikan pembelajaran diferensiasi adalah adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut. 

Pengertian ini mengarahkan pembelajaran yang berfokus pada siswa sebagai subyek bukan lagi sebagai obyek. Pendekatannya tidak lagi teacher center melainkan student center.

Dasar pemikiran pembelajaran diferensiasi adalah keragaman siswa dalam suatu kelas. Keragaman tersebut mengacuh pada perbedaan karakter siswa, minat siswa wa dan dan pengalaman belajar siswa.  

Maka dari itu, guru dalam kelas yang diferensiasi akan memahami kebutuhan dari masing-masing siswanya untuk membantu siswa meningkatkan tanggungjawab pada perkembangan mereka sendiri.

Sejalan dengan itu, Gregory dan Chapman (2007:2) mengungkapkan hal-hal yang mendukung pandangan atau filosofi mengenai pembelajaran diferensiasi adalah sebagai berikut.

  1. Semua siswa pada dasarnya memiliki kekuatan dalam bidang-bidang tertentu
  2. Semua siswa memiliki bidang yang butuh untuk dikuatkan
  3. Setiap otak siswa adalah unik seperti suatu sidik jari (fingerprint)
  4. Tidak ada kata terlambat untuk belajar
  5. Ketika memulai suatu topik yang baru, siswa membawa dasar pengetahuan mereka sebelumnya dan pengalaman
    dalam belajar
  6. Emosi, perasaan, dan sikap berpengaruh pada belajar
  7. Semua siswa dapat belajar
  8. Siswa-siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda pada waktu yang berbeda-beda pula.

Dalam kelas diferensiasi, siswa harus aktif dan mengevaluasi keputusan yang mereka lakukan serta melatih peserta didik dalam bertanggung jawab juga berbagi dengan teman lain pada saat mereka bekerja kelompok dengan berbagai variasi kelompok. 

Dalam hal ini juga mengajarkan mereka untuk menyiapkan kehidupan mereka sendiri. Selain itu, dalam kelas diferensiasi juga guru harus memperhatikan 3 elemen penting dalam pembelajaran diferensiasi di kelas yaitu:

  1. Content  (input) yaitu mengenai apa yang siswa pelajari, termasuk persiapan materi apa yang tepat untuk masing-masing siswa
  2. Proses yaitu bagaimana siswa akan mendapatkan informasi dan membuat ide mengenai hal yang dipelajarinya, strategi guru disesuikan dengan potensi masing-masing siswa
  3. Product (output), bagaimana murid akan mendemonstrasikan apa yang sudah mereka  pelajari. 

Jadi, ketiga elemen tersebut di atas akan dilakukan modifikasi dan adaptasi berdasarkan asesmen yang dilakukan sesuai dengan tingkat kesiapan murid, ketertarikan (interes) dan learning profile.

Berikut ini beberapa kegiatan yang harus dilakukan guru dalam tiga elemen penting pembelajaran diferensiasi:

a. Content/ Konten

Konten berhubungan dengan apa yang akan siswa-siswa ketahui, pahami dan yang akan dipelajari. Dalam hal ini guru akan memodifikasi bagaimana setiap siswa akan mempelajari suatu topik pembelajaran. Setiap materi yang akan diajarkan kepada siswa disesuaikan kemampuan siswa. 

Misalnya seorang guru fisika ingin mengajarkan konversi satuan. Ada pun contoh soal seperti pada gambar berikut:

Contoh soal konversi satuan (sumber: dokumen pribadi)
Contoh soal konversi satuan (sumber: dokumen pribadi)

Pembahasan:

Pembahasan soal konversi satuan (sumber: dokumen pribadi)
Pembahasan soal konversi satuan (sumber: dokumen pribadi)

Sepintas materi ini berkaitan dengan materi di pelajaran lain yaitu matematika. Tepatnya materi perpangkatan. Persoalan muncul tidak semua siswa memahami perangkatan. 

Ada siswa yang sudah memahami perpangkatan sehingga mudah memahami materi konversi satuan. Ada siswa yang sama sekali belum memahami perpangkatan, sehingga siswa harus memahami terdahulu materi pemangkatan. Hal ini agar siswa tersebut memahami materi konversi satuan.

Bagi siswa yang tingkat kesiapannya sudah siap dan mengerti akan konten yang akan dipelajarinya, hal ini tidak menjadikan masalah bagi siswa untuk belajar hal yang sama sesuai dengan konten yang sudah ditentukan. 

Bagi tingkat kesiapannya belum memahami mengenai konten tersebut, guru perlu melakukan modifikasi dan adaptasi berdasarkan tingkat kesiapan siswa tersebut.

b. Process/Proses

Proses merupakan cara siswa mendapatkan informasi atau bagaimana siswa belajar. Dalam arti lain adalah aktivitas murid dalam mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan berdasarkan konten yang akan dipelajari. Hal ini merupakan proses lanjutan dari elemen pertama. 

Aktivitas akan dikatakan efektif apabila berdasarkan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan murid. 

Setiap siswa memilki perlakuan (treatment) yang berbeda-beda sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Maka dari itu, siswa akan bisa mengerjakan dengan sendirinya dan berguna bagi diri mereka sendiri.

c. Product/produk

Produk merupakan bukti apa yang sudah mereka pelajari dan pahami. Para siswa akan mendemostrasikan atau mengaplikasikan mengenai apa yang sudah mereka pahami. Produk akan merubah murid dari “consumers of knowledge to producer with knowledge”.

Potret Keunikan Siswa dan Kualitas Guru

Pada dasarnya setia siswa tidak sama. Ini bukan masalah, melainkan anugerah yang mesti disyukuri. 

Guru akan menemukan fakta bahwa setiap siswa adalah unik dan berbeda-beda satu dengan yang lainnya.  

Ada siswa yang tidak betah duduk diam berlama-lama.  Ada siswa yang senangnya berbicara tanpa mengenal waktu. Ada juga siswa yang sibuk memainkan benda di tangannya. 

Ilustrasi ragam keunikan siswa (sumber: republik.co.id)
Ilustrasi ragam keunikan siswa (sumber: republik.co.id)

Selain itu kemampuan siswa pun berbeda-beda. Sekali mendengarkan penjelasan guru langsung memahami. Ada juga siswa yang harus dijelaskan secara berulang agar memahami materi ajar.

Pengalaman belajar seperti pun berbeda-beda. Ada siswa yang sudah mempelajari materi yang akan diajarkan siswa seperti mengikuti privat. Ada juga siswa yang belum sama sekali mempelajari materi yang akan dipelajarinya. Itulah keunikan siswa walaupun 

Kualitas guru sangat menentukan keberhasilan pemebelaran diferensiasi. Agar pembelajaran diferensiasi berhasil guru harus memperhatikan beberapa hal beriukut:

  1. Pembelajaran diferensiasi harus proaktif, di mana guru mempunyai asumsi atau pandangan bahwa siswa yang belajar bersamanya mempunyai cara belajar yang berbeda, kebutuhan yang berbeda dan perencanaan pembelajaran yang berbeda pula.
  2. Pembelajaran diferensiasi mementingkan kualitas dari pada kuantitas. Hal ini dimaksudkan bahwa hasil belajar tidak dilihat dari banyak atau sedikitnya tugas yang telah dikerjakan, tetapi berdasarkan kualitas dari pemahaman siswa itu sendiri. Sehingga akan lebih efektif dalam membantu anak berkebutuhan khusus dengan memberikan sesuatu yang mereka butuhkan atau sesuai dengan kebutuhannya.
  3. Pembelajaran diferensiasi juga menggunakan multiple approaches dengan menggunakan berbagai pendekatan pada proses pembelajaran baik dalam isi, proses (bagaimana anak menangkap suatu informasi) ataupun dari produk yang dihasilkan sebagai evaluasi (bagaimana anak mendemonstrasikan sesuatu yang sudah mereka pelajari)
  4. Pembelajaran diferensiasi adalah student centered (berpusat kepada anak), di mana akan memotivasi siswa untuk terus belajar karena mereka belajar sesuai dengan kemampuannya, berhubungan dengan apa yang mereka butuhkan dan yang paling penting adalah belajar yang menyenangkan.
  5. Pembelajaran diferensiasi adalah “organik” yang berarti bahwa  guru akan berfikir bagaimana cara siswanya untuk bisa belajar dan mengadaptasi apa yang bisa dilakukan di kelas disesuaikan dengan kemampuannya dan kebutuhannya. Selaian itu pembelajaran diferensiasi juga merupakan suatu proses yang dinamik, di mana guru akan selalu memonitor apa dan bagaimana siswa-siswanya dalam belajar serta mengadaptasi kelas sesuai dengan kebutuhan dari masing masing siswa.

Daftar Bacaan :
1. Gregory, G. H., & Chapman, C. 2007. Differentiated Instructional Strategies. Thousand Oaks: CA Corwin Press.
2. McLeskey, James & Waldron, Nancy L. 2000. Inclusive Schools in Action. Alexandria:
ASCD

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun