Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Anak Jaksel Tak Ada yang Larang, Asal Saja....

24 Januari 2022   09:44 Diperbarui: 24 Januari 2022   21:28 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang karya tulis ilmiah (sumber: sevima.com)

Oleh. Eduardus F. Lebe

Layaknya suatu bidang ilmu, bahasa selalu mengalami perkembangan. Perkembangan bahasa sangat dipengaruhi salah satu kultur masyarakat setempat. Fenomena migrasi bahasa suatu negara, merupakan hal biasa seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang kian pesat.

Pada dasarnya setiap negara memiliki bahasa resmi yang menjadi rujukan bagi setiap warga negara dalam berkomunikasi. Di Indonesia misalnya menggunakan bahasa resmi yaitu bahasa Indonesia. Dilansir dari situs Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Tepatnya, lahir di hari Sumpah Pemuda.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Indonesia juga menggunakan bahasa daerah setempat. Atau biasa dikenal dengan bahasa ibu. Seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Betawi dan lain sebagainya.

Setiap bahasa daerah yang digunakan memiliki corak tersendiri seperti tatanan kata dan dialek yang berbeda-beda setiap daerah. Hal inilah juga ikut mempengaruhi seseorang yang ketika hendak menggunakan bahasa Indonesia. Dari dialek yang digunakan kita bisa tahu dari mana orang itu berasal.

Di era modern bahasa juga bisa menjadi pembeda status pendidikan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula bahasa yang digunakan. Sekalipun, kita ketahui bahwa kemampuan seseorang menguasai bahasa diperoleh melalui pergaulan atau secara otodidak dapat dipelajarinya.

Kita tentu pernah melihat atau mendengar seseorang dapat menguasai beberapa  bahasa asing. Bukan melalui pendidikan formal, melainkan secara otodidak belajar melalui internet atau belajar saat berinteraksi dengan orang lain. Sehingga tidak heran ada orang yang bisa berbahasa asing lebih dari satu bahasa.

Setiap orang belajar bahasa tentu memiliki tujuannya masing-masing. Yang paling utama adalah kepentingan dunia kerja. Sebab, hampir pasti, banyak pekerjaan atau dunia usaha yang membutuhkan seorang pekerja menguasai bahasa asing.

Dinamika penggunaan bahasa juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan infotmasi. Akibat perkembangan teknologi dan informasi eksistensi Bahasa lokal atau bahasa daerah mulai tergerus. Bukan tidak mungkin suatu saat eksistensi bahasa Indonesia pun perlahan akan ditinggalkan oleh generasi penerus.

Fenomena bahasa anak Jaksel menunjukkan bahwa adanya gejala menuju pergeseran pemakaian bahasa. Bahasa tidak lagi hanya dipandang sebagai sarana informasi semata, melainkan menunjukkan jati diri dan eksistensi seseorang.  Penggunaan bahasa menjadi ciri khas pembeda dari mana seseorang berasal, berinteraksi, dan berkomunitas.

Bahasa anak jaksel merupakan tren bahasa campur-campur antara bahasa Indonesia dan bahasa asing seperti bahasa Inggris. Pro kontra bahasa anak Jaksel ini terjadi di kalangan masyarakat terutama para netizen. Bagi kalangan yang kontra, penggunaan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris secara bersama seperti "bahasa anak Jaksel" merupakan bentuk pelecehan terhadap bahasa Indonesia. Singkatnya bahwa orang yang menggunakan bahasa anak Jaksel kehilangan rasa nasionalisme.

Namun, tidak dengan orang yang pro dengan bahasa anak Jaksel. Sebagian orang menilai bahwa penggunaan bahasa seperti bahasa anak Jaksel akan memudahkan seseorang belajar bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Pro kontra semacam ini sudah biasa di Indonesia. Masing-masing memiliki dalil, yang berangkat dari pengalaman pribadi. Sebagai misala, mungkin saja orang belajar bahasa Inggris dengan cara seperti menggunakan bahasa anak Jaksel.

Penulis sendiri tidak pada posisi Pro maupun kontra. Berangkat dari konsep berpikir tentang bahasa sebagai bahasa formal dan non formal. Penulis beranggapan bahwa bahasa anak Jaksel merupakan bahasa non formal yang digunakan dalam aktivitas keseharian.

Maka dari itu penggunaan bahasa disesuaikan dengan batasan-batasan tertentu. Tidak semua bahasa layak digunakan. Bahasa memiliki standar etika masing-masing kelompok yang berada di suatu tempat. Sebagaimana bahasa anak Jaksel tentu hanya berlaku pada ruang lingkup tertentu serta komunitas tertentu.

Bahasa anak Jaksel tak ada yang larang asal saja.....

1. Tidak digunakan dalam forum resmi

Sah-sah saja setiap orang menggunakan bahasa anak Jaksel. Akan tetapi, sudah diuraikan sebelumnya bahwa penggunaan bahasa anak Jaksel terbatas untuk kalangan dan keadaan tertentu. Ini yang harus diperhatikan oleh setiap orang yang menggunakan bahasa anak Jaksel.

Ilustrasi seseorang sedang melakukan presentasi (sumber: hipwee.com)
Ilustrasi seseorang sedang melakukan presentasi (sumber: hipwee.com)

Bahasa anak Jaksel tidak boleh digunakan dalam forum resmi. Forum resmi itu seperti presentasi ilmiah, perkuliahaan, seminar nasional dan sebagainya. Sebab, forum resmi biasanya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar atau juga lebih dikenal dengan bahasa ilmiah.

Salah satu ciri khas komunitas akademik adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Termasuk menggunakan bahasa ilmiah sesuai dengan kententuan ketatabahasan yang benar. Bahasa anak Jaksel sama sekali tidak merepresentasikan bahasa ilmiah.

2. Tidak digunakan dalam karya tulis ilmiah

Namanya juga karya ilmiah tentu bahasa yang dituliskan pun bahasa ilmiah. Bahasa ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Bahasa Indonesia harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat dan sistematis.

Ilustrasi tentang karya tulis ilmiah (sumber: sevima.com)
Ilustrasi tentang karya tulis ilmiah (sumber: sevima.com)

Perlu dipahami bahwa bahasa ilmiah tidak sama dengan bahasa asing. Bahasa ilmiah bisa saja berupa bahasa serapan dari bahasa asing. Namun tidak semua bahasa asing adalah bahasa ilmiah.

Penulis memiliki pengalaman sendiri dengan mahasiswa saat menulis karya ilmiah. Ada mahasiswa yang menggunakan kata bahasa inggris di hampir setiap kalimat. Padahal tidak urgen. Fenomena semacam ini juga sebenarnya sudah ada termasuk dilembaga pendidikan. Alasannya sederhana, agar kelihatan keren sebuah tulisan maka dimasukan banyak istilah-istilah asing terutama istilah bahasa Inggiris.

3. Tidak mengurangi rasa cinta terhadap bahasa Indonesia

Menggunakan bahasa anak jaksel jangan sampai kebablasan. Ini juga yang dikawatirkan oleh kelompok yang kontra terhadap penggunaan bahasa anak Jaksel. Mereka menyadari bahwa keseringan menggunakan bahasa Indonesia yang campur dengan bahasa asing, akan melunturkan nilai bahasa Indonesia itu sendiri.

Tentu ini tidak diharapkan oleh kita sebagai orang Indonesia. Kita mengharapkan orang Indonesia yang mencintai bahasa Indonesia namun di sisi lain juga menguasai bahasa asing dengan baik dan benar. Bagi penulis mencintai bahasa Indonesia berarti menguasai dengan baik dan benar.

Menguasai bahasa asing tidak berarti kita harus mengabaikan penggunaan bahasa Indonesia. Penulis berharap kepada kelompok yang menggunakan bahasa anak Jaksel, ketika dihadapkan pada situasi formal tidak kebablasan menggunakan bahasa anak Jaksel. Sebab jika itu terjadi, maka penggunaan bahasa anak Jaksel secara sadar telah menggeserkan makna dan hakikat dasar bahasa Indonesia.

Penulis menyadari bahwa penggunaan bahasa anak Jaksel adalah fenomena biasa di tengah arus globalisasi. Tentu kekhawatiran masyarakat terhadap fenomena semacam ini merupakan hal yang biasa juga. Seringkali arus globalisasi tidak selalu selaras dengan pikiran dan keinginan masyarakat. Bahkan acap kali arus globalisasi berdampak pada pergeseran nilai budaya dan bahasa.

Pembaca Kompasiana yang Budiman, bahasa adalah jati diri bangsa Indonesia. Untuk itu marilah kita semua merawat bahasa Indonesia. Biasakan komunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sekian!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun