Proses transplantasi organ hewan ke dalam tubuh manusia bukanlah hal baru. Bertahun-tahun ilmuwan mencoba melakukan eksperimen yaitu melakukan rekayasa genetik agar organ tubuh hewan dapat didonorkan kepada manusia. Namun eksperimen tersebut berkali-kali juga mengalami kegagalan.
Transplantasi dua organ yang berbeda spesies disebut dengan xenotransplantasi. Secara praktis disebut transplantasi dari binatang ke manusia merupakan transplantasi dari sel, jaringan, ataupun organ yang masih berfungsi baik untuk kehidupan dari satu spesies ke spesies lainnya. Sebagai contoh organ jantung dari hewan babi, ke manusia untuk menggantikan organ jantung manusia yang rusak sehingga tidak berfungsi.
Xenotransplantasi sebenarnya sangat berpotensi bagi terapi untuk kegagalan organ yang terminal. Namun, rawan gagal karena penolakan karena sel induk akibat perbedaan struktur sel dan jaringan. Yang tidak kalah penting adalah permasalah non medis seperti legal dan etika.
Pro kontra transplantasi jantung babi misalnya, masih ada terutama umat muslim. Pro kontra tersebut dianggap wajar karena babi adalah binatang yang haram. Bahkan ada sebagian orang beranggapan bahwa, transplantasi pada organ hewan seringkali menjadikan hewan sebagai kelinci percobaan. Penolakan ini seringkali disuarakan oleh kelompok pencinta hewan.
Terlepas dari pro kontra tersebut eksperimen tentang transplantasi sudah berlangsung sejak lama. Â Sejarah aplikasi klinis transplantasi antar spesies pertama tercatat pada awal abad 20. Yaitu adanya upaya transplantasi ginjal dari kelinci, kambing, domba, primata dan babi. Namun, semua rangkaian uji coba (eksperimen) tersebut menemui kegagalan.Â
Sejak kegagalan tersebut para ilmuan sering melakukan uji coba hingga pada tahun 1963 Reemtsma dan kawan-kawan berhasil
mencangkokan ginjal simpase ke sejumlah resipien manusia. Sekalipun operasi tersebut berhasil, namun pasien hanya sanggup bertahan hidup paling lama adalah 9 bulan.
Selanjutnya, xenotransplantasi jantung untuk pertama kali dilakukan oleh Hardy dan kawan-kawan dari University of Missisippi pada tahun 19645 dengan mencangkokan jantung simpase ke manusia. Namun belum menunjukan hasil yang memuaskan. Sejak itu delapan kali xenotransplantasi telah dilakukan, lima menggunakan jantung donor primata, tiga simpase dan dua baboon.
Pada tahun 1992, yang merupakan perkembangan terbaru dari uji coba pencangkokan dengan organ babi. Seorang bernama  Zaplicki dan kawan-kawan mencangkokan jantung babi kepada seorang penderita sindroma marfan. Kemudian tim ini mengidintifikasi tidak terbentuknya respon penolakan hiperakut selama masa bertahan hidup yang hanya mencapai 24 jam saja. Protokol tersebut melibatkan juga teknik perfusi jantung babi yang akan digunakan dengan darah resipien dalam rangka menghilangkan anti-bodi anti babi sebelum pencangkokan jantung babi secara orthotopik tersebut.
Harian Japan Times yang terbit di Jepang pada tahun 1995 memberitakan keberhasilan transplantasi katub jantung babi ke tubuh seorang anggota senat di Amirika Serikat. Hingga tahun 2004 senator tersebut masih bertahan hidup. Penggunaan katup jantung babi sebagai pengganti katup jantung manusia menjadi sering dilakukan dalam praktiknya di Amirika Serikat.
Babi sebagai sumber organ donor bukanlah merupakan pilihan tanpa alasan ilmiah. Banyak pertimbangan yang digunakan seperti memiliki kemiripan dengan organ manusia. Fakta ilmiah menunjukan beberapa organ tubuhnya memiliki bentuk dan ukuran yang sama dengan organ manusia, seperti halnya hati babi yang memiliki kemiripan dengan hati manusia kemudian ukuran dan fungsi-fungsinya nyaris identik.
Berdasarkan  pada tingkat ketersediaannya organ babi jauh lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan organ yang berasal dari manusia atau primata lainnya. Suka atau tidak, binatang donor yang menguntungkan dan memungkinkan adalah babi. Sebab, babi bereproduksi dengan cepat dan beranak banyak, dan juga organ babi yang berukuran sama dengan organ manusia.