Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Kesiapan Dunia Pendidikan Menyambut Era Metaverse

10 Januari 2022   20:53 Diperbarui: 11 Januari 2022   13:32 5040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi metaverse dan kesiapan dunia pendidikan. Sumber: Envato Elements/Twenty20Photos

Pendidikan dan teknologi merupakan dua hal yang saling berkaitan erat satu dengan yang lain. Keduanya membangun dua pola sebab-akibat yang tidak bisa terelakkan. Pendidikan bisa mempengaruhi teknologi yang berkembang. Begitu pun demikian,  teknologi juga berpengaruh terhadap sistem pendidikan yang berlaku.

Perlahan tapi pasti dunia mengalami perubahan yang cukup pesat. Terutama di bidang pendidikan dan teknologi. Peradaban manusia pun mengalami perubahan di setiap periode waktu. Praktisnya, manusia mengalami transisi hidup yang lebih maju berkat teknologi yang diciptakan.

Di sisi lain, perkembangan teknologi juga berdampak pada kehilangan nilai dan warisan budaya yang dimiliki oleh manusia. Kehidupan manusia cenderung pragmatis, dan egosentris pun meningkat. Inilah era disrupsi yang mendapatkan perhatian khusus dari sebagian kalangan terutama penggiat pendidikan dan teknologi.

Ini tantangan peradaban manusia baru. Suka atau tidak, manusia harus siap dengan segala konsekuensi yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi. Kesiapan itu harus dimanivestakan dalam setiap program kehidupan teutama di dunia pendidikan.

Pada prinsipnya dunia pendidikan merupakan modal utama pengembangan bidang kehidupan yang lain. Dunia pendidikan memberikan ruang riset (penelitian) bagi ilmuwan untuk kemajuan teknologi. Seperti halnya pengembangan teknologi termutakhir yang seringkali kita dengar yaitu metaverse.

Sekilas tentang Metaverse

Metaverse adalah sebuah konsep masa depan dalam dunia teknologi. Gagasan yang tidak sekedar  menjadikan teknologi sebagai peganti aktivitas manusia, bahkan menvirtualisasi konsep ruang dan waktu. Itu berarti manusia nantinya akan berada dalam ruang dan waktu pada dimensi virtual tanpa mengenal batas.

Diskursus mengenai metaverse menjadi hangat setelah salah satu platform media sosial terbesar, Facebook melakukan rebranding menjadi Meta Platforms Inc, atau disingkat Meta. Dengan rebranding yang dilakukan Facebook, akan hadir dengan ide-ide futuristik dengan membawa tema metaverse. Gagasan ini menjadi arah  baru bagi dunia teknologi masa yang akan datang.

Metaverse bukan istilah baru dalam dunia teknologi. Orang pertama yang terkenal telah menciptakan istilah metaverse adalah Neal Stephenson. Ia menyebutkan istilah tersebut pada novelnya di tahun 1992 yang berjudul Snow Crash. Istilah metaverse merujuk pada dunia virtual 3D yang dihuni oleh avatar orang sungguhan.

Ilustrasi tentang metaverse sumber (suara.com)
Ilustrasi tentang metaverse sumber (suara.com)

Sebenarnya tidak ada pengertian yang bagus tentang metaverse. Penulis memahami konsep metaverse sebagai aktivitas kehidupan yang divirtualisasikan dalam dunia maya dengan bantuan internet. Sekiranya konsep ini dibangun atas dasar pemahaman tentang dunia virtual 3D.

Perlu dicatat bahwa metaverse merupakan gagasan tentang kemajuan teknologi di masa yang akan datang. Jadi hal ini belum tentu terwujud. Akan tetapi ada tanda-tanda menuju ke sana.

Sebagai pencinta game online free Fire pasti memahami setiap karakter game tersebut. Beberapa karakter dalam game free fire seperti Adan, Eve, A124, Andrew dan lain sebagainya. Karakter tersebut dapat dikendalikan secara langsung oleh para gamer. Sensasi yang sungguh luar biasa seakan kita sendiri berada dalam karakter tersebut.

Di dalam dunia metaverse bukan karakter lagi yang akan memainkan peranan. Kita sendiri secara langsung akan di bawah dalam dimensi virtual. Tentu bukan fisik, melainkan keberaadan kita yang diarahkan dalam ruang virtual.

Kita diarahkan untuk bersosialisasi, berniaga, berkomunikasi, dan berinteraksi ke dalam ruang maya layaknya dikehidupan nyata. Semua serba virtual berbasis pada digitalisasi. Itulah masa depan dunia Metaverse.

Konsep Metaverse secara praktis merujuk pada dunia virtual persisten yang berkelanjutan, mencakup virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) yang menggabungkan aspek dunia fisik dan digital. AR dapat dijelaskan sebagai bentuk realitas virtual di mana dunia nyata diperluas atau ditingkatkan melalui penggunaan elemen virtual. 

Perangkat AR memiliki tampilan, perangkat input, sensor, dan prosesor. Perangkat ini dapat berupa monitor, layar yang dipasang di kepala, kacamata, lensa kontak, konsol game, bahkan sekadar ponsel pintar atau smartphone.

virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) (sumber: tekno.tempo.co)
virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) (sumber: tekno.tempo.co)
Sedangkan VR merupakan lingkungan yang dihasilkan komputer yang memungkinkan pengguna mengalami realitas yang berbeda. Perangkat VR biasanya disematkan di kepala, dan secara visual memisahkan pengguna dari ruang apa pun yang saat itu ditempati secara fisik. 

Gambar yang dihasilkan perangkat VR diumpan ke mata pengguna dari dua lensa kecil. Melalui VR, pengguna dapat melakukan banyak hal mulai dari mendaki gunung, berkeliling negara, menikmati film seolah-olah menjadi bagian film tersebut, dan bahkan membenamkan diri dalam video game tanpa meninggalkan sofa.

Sebenarnya, dalam bentuk yang sederhana, metaverse sudah bisa ditemukan di kehidupan sheari-hari. Hanya saja, banyak yang tidak sadar akan hal tersebut. Contoh sederhana adalah aplikasi game online.

Kesiapan Dunia Pendidikan Menyambut Era Metaverse

Sekalipun metaverse hanya merupakan ide untuk teknologi masa depan namun perlu direspon secara baik. Butuh persiapan yang matang agar tidak terbawah oleh arus teknologi. Dunia pendidikan seyogyanya merespon cepat terhadap isu-isu perkembangan teknologi yang mutakhir.

Bagi dunia pendidikan, perkembangan metaverse tidak boleh dianggap hanya sebagai ilusi. Perkembangan teknologi bukan hal yang mustahil bagi para ilmuwan. Selama manusia masih berpikir selama itu teknologi akan terus berkembang.

Pendidikan selalu merespon seluruh perkembangan teknologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan. Suka atau tidak proses pendidikan mengarahkan peserta didik untuk melek teknologi. Sebab, masa depan dunia akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi.

Dalam menyambut era metaverse, pendidikan harus melakukan transformasi secara masif. Sistem pendidikan harus mengedepankan proses pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Untuk itu beberapa hal yang harus diperhatikan dalam dunia pendidikan untuk menyambut era metaverse.

1. Pendidikan yang mengarah pada penguasaan teknologi

Saatnya dunia pendidikan meninggalkan sistem lama yang kurang inovatif dan kurang kreatif. Sistem pendidikan yang cenderung berorientasi pada hasil. Yang mengabaikan seluruh aspek "proses" sehingga tidak menghasilkan individu-individu yang melek teknologi.

Pengenalan siswa pada teknologi yang mutakhir menjadi sangat penting. Tidak sampai di situ, siswa diharapkan mampu menguasai teknologi secara baik dan benar. Penggunaan teknologi yang tepat akan menghasilkan kinerja kerja yang baik. Pola kerja manusia modern selalu berbasis teknologi.

Kegiatan laboratorium merupakan pengenalan terhadap teknologi (sumber: pediailmu.com)
Kegiatan laboratorium merupakan pengenalan terhadap teknologi (sumber: pediailmu.com)

Jika orientasi pendidikan adalah penguasaan teknologi, maka pelaksanaan pembelajaran seharusnya berada di laboratorium. Proses pembelajaran era modern lebih banyak berlangsung di laboratorium. Sebab dalam laboratorium, siswa diperkenalkan dengan alat-alat teknologi yang mutakhir. Tentu kembali lagi bergantung pada kesiapan dari masing-masing sekolah. 

Selain itu, guru juga dituntut untuk melek teknologi. Mempelajari tentang teknologi bukan perkara mudah bagi seorang guru. Akan tetapi, kemudahan mengakses informasi sangat membantu para guru. Guru akan dengan mudah mempelajari berbagai macam teknologi terbaru secara otodidak.

2. Pendidikan yang mengarahkan pada kecerdasan emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional mengarahkan setiap individu untuk bertindak bijaksana.

Dalam kaitanya dengan metaverse, kecerdasan emosional berlaku untuk setiap individu yang bergabung. Tekanan dalam dunia metaverse akan lebih besar bila dibandingkan dengan dunia nyata. Sebab, dalam dunia virtual seperti metaverse semua orang yang bertindak tanpa batas sesuai dengan apa yang dipikirkannya.

Kematangan emosional setiap orang ketika bergabung dalam dunia metaverse harus terus diasah. Jangan sampai orang merasa kesepian, merasa sendiri dalam hingar-bingar keberhasilan teknologi. Inilah langkah yang harus diantisipasi oleh dunia pendidikan.

Kegiatan kelompok melatih kecerdasan emosional siswa (sumber: edukasi101.com)
Kegiatan kelompok melatih kecerdasan emosional siswa (sumber: edukasi101.com)

Oleh karena itu, pembelajaran harus melibatkan interaksi siswa secara langsung. Terutama melibatkan interaksi antara siswa dalam satu kelompok kerja. Melatih siswa untuk berkomunikasi secara baik dan bertanggung jawab.

Selain itu, melatih siswa dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapinya ataupun kelompok. Kegiatan semacam ini akan mematangkan emosional siswa. Dalam dunia metaverse, kecerdasan emosional digunakan saat seseorang bersosialisasi dengan yang lain.

3. Pendidikan yang mengarah pada pengembangan Iman dan Taqwa

Iman merupakan kepercayaan total terhadap sang empunya kehidupan Tuhan Yang Maha Esa. Iman merupakan jalan bagi seseorang untuk mencapai taqwa. Tanpa iman tak mungkin seseorang akan mencapai taqwa.

Taqwa adalah kemampuan seseorang dalam menjalankan segala perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya. Hal ini penting, agar manusia dalam dunia metaverse harus tetap menyadari eksistensinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Alhasil apa yang dikerjakan dan dilakukannya dalam dunia metaverse tidak melanggar batas dan norma agama yang dianutnya.

Pendidikan harus menekankan nilai dan norma agama yang dianut. Pendidikan Tidak hanya sekedar bicara surga dan neraka atau hal-hal yang simbolik. Lebih dari itu, pendidikan mengarahkan seseorang untuk bertindak/ berbuat sebagaimana perintah dan latangan di dalam agamanya masing-masing.

Menguatkan pesan bahwa perkembangan teknologi adalah anugerah terindah dari Tuhan. Teknologi dan agama berjalan beriringan untuk mencapai tujuan hidup yang maksimal. Teknologi diharapkan menguatkan iman seseorang akan Tuhan yang disembah.

Para pembaca Kompasiana yang Budiman, dunia metaverse memang masih dalam tahapan ide. Dalam dunia teknologi perubahan pasti akan terus berlangsung. Oleh karena itu, persiapan adalah langkah pertama dalam menghadapi arus perubahan tersebut. Salah satunya melalui dunia pendidikan. Sekian!

Oleh. Eduardus Fromotius Lebe

(Penulis, Konsultan Skripsi dan Dosen)

Daftar Bacaan:
1. Mengenal Metaverse yang Kini Populer di Kalangan Gen Z

2. Mengenal Apa Itu Metaverse dan Bagaimana Cara Kerjanya

3. Mengenal AR dan VR, Batu Loncatan Pahami Konsep Metaverse

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun