Perlahan kabut tersebut akan hilang kala matahari mulai meninggi. Kabut akan kembali lagi di waktu sore hari. Inilah alasan mengapa orang menjuluki wae rebo sebagai desa di atas awan.
2. Memiliki Tujuh Rumah Utama
Menarik dari desa wae rebo adalah rumah adat nya yang memiliki nilai arsitektur yang luar biasa. Rumah adat Mbaru Niang di Desa Wae Rebo dianggap sangat langka dan berlokasi jauh di atas pegunungan. Memiliki bentuk yang cukup unik, yaitu seperti lumbung kerucut dan hanya berjumlah tujuh buah saja.
Rumah adat Mbaru Niang ini merupakan bangunan terdiri dari 5 lantai dengan bentuk mengerucut keatas.
- Lutur atau tenda lantai dasar, digunakan sebagai tempat tinggal sang penghuni.
- Lobo berfungsi sebagai gudang tempat menyimpan bahan makanan dan barang.
- Lentar berfungsi untuk menyimpan benih tanaman untuk bercocok tanam.
- Lempa Rae berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan stok cadangan makanan yang berguna disaat paceklik atau gagal panen.
- Hekang Kode berfungsi sebagai tempat sesajen untuk para leluhur mereka.
Kontruksi bangunan rumah adat Mbaru Niang ini hanya menggunakan sistem pasak dan pen lalu diikat dengan rotan sebagai penguat setiap tulang fondasinya.
3. Memiliki Hari Spesial
Setiap bulan November, warga di Desa Wae Rebo merayakan Upacara Adat Penti. Â Bagi orang Manggarai, upacara adat penti merupaan perayaan untuk mengucapkan rasa syukur berkat hasil panen yang didapatkan dalam setahun serta memohon keharmonisan dan perlindungan. Upacara penti pertanda dimulainya masa bercocok tanam bagi orang Manggarai bukan hanya masyarakat desa Wae Rebo.
Berikut ini adalah sejumlah rangkaian kegiatan selama Upacara Penti di Wae Rebo berlangsung:
Pemberkatan sumber mata air, meminta keselamatan bagi kampung, terutama dari roh jahat
Persiapan benih tanaman di awal tahun
Seluruh kegiatan akan diiringi nyanyian Sanda
Dilanjutkan dengan tarian Caci. Tarian Caci merupakan jenis permainan orang Manggarai untuk adu ketangkasan.
Penyembelihan ayam dan babi
4. Penduduk Wae Rebo adalah Keturunan Minang
Warga desa Wae Rebo mengklaim bahwa mereka adalah keturunan Minang dari Sumatera Barat. Empo Maro, nenek moyang Wae Rebo berasal dari Minangkabau yang merantau hingga ke Flores. Pada saat itu kehidupan nenek moyang  berpindah-pindah tempat tinggal hingga akhirnya menetap di kawasan yang sekarang menjadi Desa Wae Rebo ini.
Walaupun mereka merupakan keturunan Minang, namun nama-nama penduduknya tidak seperti nama orang Minang kebanyakan. Sampai saat ini memamg belum ada riset yang membuktikan bahwa masyarakat Wae Rebo berasal dari Minangkabau. Kendati pun demikian, warga masyarakat Wae Rebo meyakini bahwa mereka berasal dari Minangkabau.