Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

"Betu" dan "Wonga" Anjing Kesayangan Kakek

12 November 2021   08:59 Diperbarui: 12 November 2021   09:09 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kakek merasa ada yang aneh karena hari itu dikampung kami ada orang yang meninggal dan sudah dikuburkan. Tradisi kami sangat tidak etis membawa daging mentah ketika ada kematian. Maklum unsur-unsur mistis masih dipercaya oleh Kakek.

Kakek lantas menyuruh ibu menggoreng sepotong daging tersebut untuk Betu dan Wonga. Namun setelah diberikan, Betu dan Wonga tidak mau makan. Kakek menyuruh ibu untuk membuang daging tersebut karena menurutnya Betu dan Wonga tahu bahwa daging tersebut tidak layak untuk dimakan.

3. Sebagai pengingat yang baik

Betu dan Wonga adalah pengingat yang baik. Sering kali kakek lupa dimana ia menaruh barang. Betu dan Wonga memberikan petunjuk kepada kakek agar bisa menemukan barangnya. Beberapa kali kakek merasa sangat terbantu dengan kecerdasan Betu dan Wonga ini.

Selain sebagai pengingat, Betu dan Wonga sering kali memberikan tanda-tanda bahaya kepada kakek. Salah satu contoh memberikan tanda kalau disekitar nya ada ular atau binatang buas. Beberapa kali kakek pernah ditolong saat sedang menggembala sapi. Beberapa kali juga Betu dan Wonga digigit ular berbisa. Bagi kakek pengorbanan Betu dan Wonga sungguh luar biasa.

Kehilangan Hewan Kesayangan karena Diracun

Malam itu suasana di kampung meriah. Masyarakat sedang merayakan hajatan budaya "dero" (dero = tarian adat yang dibarengi dengan nyanyian berbalas pantun). Aktivitas masyarakat sangat sibuk karena hajatan dero tersebut.

Betu dan Wonga tiba-tiba loyo dan linglung. Dari dalam mulut keluar busa. Kakek berusia mengobati dengan akar-akar tanaman sebagaimana sering kali dilakukan kakek kala Betu dan Wonga sakit. Namun sayangnya, nyawa Betu dan Wonga tidak bisa tertolong.
Kakak berusaha mencari tahu apa penyebabnya. Dari dalam mulut Betu dan Wonga tercium bau racun tikus dan ikan asin. Kakek menyimpulkan kalau Betu dan Wonga mati karena keracunan.

Kematian Betu dan Wonga membuat kakek merasa kecewa. Kakek kecewa karena harus kehilangan hewan kesayangan dengan cara diracun oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Hari-hari kakek tidak lagi ditemani Betu dan Wonga. Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun