Secara sederhana ini membuktikan bahwa gerakan partai tak akan memiliki efek berarti dalam menaikkan daya tawar ketokohan seseorang. Bukti kekuatan partai PDI-P tidak mampu memenangkan pileg di tahun 2004. Padahal, sebelumnya PDI-P adalah partai pemenang pemilu di tahun 1999 dan Megawati Soekarnoputri adalah presiden RI.Â
Tidak berarti mengkerdilkan peran partai, namun hanya ingin mengingatkan bahwa partai politik milik anggota partai. Tidak juga bermaksud membela Ganjar Pranowo, namun PDI-P tidak bisa dilihat secara terpisah ala Bambang Pacul. Secara organisasi PDI-P juga milik Ganjar Pranowo dan jangan salah PDI-P juga milik konstituen. Ini yang perlu dipahami oleh Bambang Pacul.Â
Pendukung Bambang Pacul mencoba mengungkit peran Bambang dalam meningkatkan suara partai di Jawa Tengah saat pileg dan pilpres di 2019. Jika itu rujukan yang dipakai maka  variabel tersebut sulit untuk di uji kebenaran nya. Di Jawa tengah dikenal kandang banteng, gubernur Jawa Tengah kader PDI-P, dan salah satu calon presiden adalah Joko Widodo yang juga merupakan kader PDI-P. Bagaimana dapat menyimpulkan bahwa Bambang Pacul berperan penting.
Kembali ke topik utama, Megawati Soekarnoputri memang memiliki otoritas penuh dalam memberikan dukungan kepada kader yang layak menggantikan Joko Widodo. Baik Ganjar Pranowo maupun Puan Maharani adalah kader partai. Namun, Ibu Mega harus melihat realita politik saat ini. Siapa yang paling diinginkan rakyat, itulah yang dipilih. Tidak perlu lagi memikirkan siapa yang banteng sejati atau tidak. Bukan kah dua-duanya adalah hasil didikan PDI-P. Kesan bahwa Ganjar Pranowo bukan kader sejati sangatlah tidak patut apalagi hanya dijadikan alasan untuk menyingkirkannya dari bursa calon presiden.
Lalu, Bagaimana bila Bukan Ganjar?
Potret hari ini elektabilitas Ganjar Pranowo masih tinggi dan diprediksi akan terus naik. Seiring dengan popularitas yang semakin meningkat maka tingkat elektabilitas pun demikian. Inilah satu-satunya harapan PDI-P, jika elektabilitas Puan Maharani masih dibawah angka 3 persen.
Jika bukan Ganjar, tentu Puan Maharani yang akan di pilih. Langkah selanjutnya ada memastikan elektabilitas Puan Maharani naik seiring waktu. Pertanyaan apakah pendukung Ganjar Pranowo beralih ke puan Maharani? Belum tentu. Bisa saja mereka akan lebih memilih golput. Dan jika ini terjadi maka sudah pasti calon presiden yang diusung PDI-P akan kehilangan banyak suara.
Bagaimana mungkin pendukung Ganjar Pranowo harus rela kehilangan tokoh yang mereka jagokan. Bisa jadi, mereka akan berubah dukungan karena kecewa. Perlu dicatat, potret hari ini pendukung Ganjar Pranowo itu banyak dan sudah membentuk relawan di mana-mana. Â
Potret hari ini juga, simulasi calon presiden dari kader PDI-P diluar nama Ganjar Pranowo tidak menggembirakan. Menurut salah satu lembaga survei, jika Puan Maharani berpasangan dengan Prabowo Subianto pun akan kalah dengan pasangan yang lainnya. Memang 2024 masih jauh, namun kalkulasi politik harus sudah mulai dari sekarang.
Penulis berharap bahwa elit partai banteng ini tidak mengeluarkan statement yang seolah menyudutkan Ganjar Pranowo. Seolah-olah Ganjar Pranowo memiliki dosa besar terhadap PDI-P. Jangan sampai ada kesan yang pada publik, PDI-P menganaktirikan Ganjar Pranowo dan menganakemaskan Puan Maharani.
PDI-P jangan terlalu percaya diri bahwa siapa pun yang akan dicalonkan dengan modal kekuatan partai pasti akan memenangkan pilpres di 2024. Ingat PDI-P pernah kalah di pilpres 2004 dan 2009 karena figur nya tidak mendapatkan dukungan mayoritas rakyat Indonesia.Â