Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sumpah Pemuda: Ikrar di Dunia Maya, Ingkar di Dunia Nyata

28 Oktober 2021   13:42 Diperbarui: 29 Oktober 2021   13:14 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sumpah Pemuda (sumber: medcom.id)

Jawaban hanya kita sendiri dan Tuhan yang tahu. Di media sosial serempak kita kompak berkomentar, kami saudara mu Pace, kami sahabat mu Mace. Di kehidupan nyata kita menghindari pergaulan dengan saudara-saudara kita dari Papua. Namun, kita perlu berbangga dengan anak-anak muda yang masih memegang teguh ikrar para leluhur dengan tetap bergaul dan berkomunikasi dengan siapa saja tanpa memandang suku, agama, daerah dan golongan.

Sorotan lain, netizen Indonesia pernah menyerang Miss World Malaysia Lavanya Sivaji karena mengklaim batik milik negara Malaysia. Hal ini langsung direspon oleh netizen Indonesia dengan menyerang. Alhasil, membuat Lavanya Sivaji meminta maaf atas tulisannya di media sosial yang  mengklaim batik berasal dari Malaysia. Sekali pun cara yang dilakukan netizen Indonesia sedikit bar-bar namun dalam hal tertentu kita membutuhkannya.

Mayoritas Netizen Indonesia adalah kaum muda karena yang paling banyak menggunakan media sosial adalah kaum muda. Di media sosial, kaum muda menunjukan kecintaan nya terhadap batik sebagai identitas bangsa. Namun hal itu kontradiksi dengan kehidupan riil. Berapa banyak kaum muda yang menggunakan batik saat mengikuti  event atau acara. Tidak perlu data yang bertumpuk-tumpuk untuk menjawab pertanyaan ini.

Kaum muda lebih banyak mengikuti trend busana luar negeri. Tidak lagi mencintai produk dalam negeri seperti yang di gembar-gembor kan dalam media sosial. Inilah standar ganda rasa nasionalisme kaum muda. Lain di media sosial, lain di kehidupan riil.

Gaya hidup kaum muda juga sangat dipengaruhi oleh budaya asing. Termasuk dalam hal penggunaan bahasa. Kaum muda tidak dilarang untuk mempelajari bahasa asing  sebagai tuntutan dalam menyambut industri 4.0. Akan tetapi bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa nomor satu untuk kita orang Indonesia.

Kaum muda paling sering menggunakan bahasa Indonesia dengan rasa keinggris-ingrisan. Baik dari intonasi maupun dialek yang digunakan nya. Tidak ada yang salah, namun menurut saya masih ada yang kurang tepat karena kita masih memiliki bahasa yang luar biasa yaitu bahasa Indonesia.

Selain itu, penggunaan sebagai bahasa asing dalam percakapan berbahasa Indonesia sudah tak asing kita dengar. Saya masih on the way, by the way kita kemana hari ini, merupakan sederetan kata yang sering dipakai oleh kaum muda atau mungkin kita juga pernah menggunakannya. Sepintas tidak ada masalah, namun ada kesan kita mau mengabaikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Di hari peringatan sumpah pemuda ini, sebagai marilah kita  merefleksikan kembali ikrar kita kepada bangsa dan negara yang kita cintai ini. Sekiranya pikiran dan tindakan kita merefleksikan kaum muda yang inovatif, visioner dan terbuka dalam rangka menyambut generasi emas Indonesia 1945. Selamat bagi rakyat Indonesia yang memperingati hari sumpah pemuda 28 Oktober 2021. Semoga.

Mengeruda, 28 Oktober 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun