Oleh. Eduardus Fromotius Lebe
(Penulis, Konsultan Skripsi dan Dosen)
Pilpres memang masih 2 tahun lagi, namun genderang politik mulai ditabuh. Sikut-sikutan antara para pendukung calon presiden menghiasi layar kaca. Dari statement yang biasa-biasa saja sampai yang nyeleneh. Inilah riak-riak politik menyambut pilpres 2024.
Dinamika politik menjelang pilpres 2024 memang semakin panas. Ada calon yang secara terbuka menyampaikan niat maju di pilpres 2024. Ada juga yang masih malu-malu kucing untuk menyatakan kesiapan maju di pilpres 2024. Namun berbagai relawan sudah melakukan manuver-manuver politik untuk mendukung calon presiden di pilpres 2024.
Baliho tokoh-tokoh politik bertebaran di pinggiran jalan. Terpampang wajah tokoh-tokoh politik yang gagah, yang cantik dan yang perkasa seakan ingin menarik pandangan mata pengguna jalan. Dari yang melabeli diri paling agamis sampai yang paling nasionalis menghiasi bahu jalan. Inilah ornamen-ornamen politik menuju pertarungan di pilpres 2024.
Isu terakhir yang tidak kalah menarik adalah perseteruan relawan Ganjar Pranowo dengan petinggi partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Petinggi partai PDIP geram dengan kader partainya yang ikut bergabung dalam relawan Ganjar Pranowo. Bagai petinggi partai PDIP, apa yang dilakukan oleh kader partai tersebut tidak sejalan dengan arahan Ibu Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
Dalam dinamika Partai PDIP, peran Megawati Soekarnoputri sangat sentral untuk menentukan calon presiden 2024. PDIP memberikan mandat penuh kepada Ketua Umum untuk menentukan calon presiden yang akan diusung oleh partai. Itu berarti, Megawati Soekarnoputri memiliki hak prerogatif untuk menentukan calon presiden.
Kader dianggap tidak menghargai keputusan partai, bila mendeklarasikan calon presiden yang belum mendapatkan dukungan dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Bagi petinggi PDIP, semula kader harus tunduk pada titah ketua umum Megawati Soekarnoputri. Jika tidak mereka bukan banteng sejati.
Melalui petinggi partai Babang Pacul, PDIP memberikan signal kepada para kader Partai untuk taat pada instruksi partai.”Adagium di PDIP itu yang di luar barisan bukan banteng, itu namanya celeng (babi hutan). Jadi apapun alasan itu yang deklarasi, kalau di luar barisan ya celeng,” tegas Bambang (seperti dikutip dari Solopos.com--jaringan Suara.com.).
Pernyataan ini sontak memantik reaksi dari relawan Ganjar Pranowo. Perang urat syaraf antar petinggi PDIP dan relawan Ganjar Pranowo semakin sering terdengar. Tentu ini tidak menguntungkan PDIP kata sebagian kalangan pengamat politik. Kira-kira akan menjadi bumerang bagi partai berlambang banteng tersebut.
Sebagai respon atas pernyataan Bambang Pacul tersebut muncul barisan celeng berjuang. Bagi sebagian kalangan, melihat ini sebagai gerakan kader Partai melawan elit partai. Kondisi ini dianggap akan sangat berbahaya bagi PDIP. Suara akar rumput harus di kalkulasi dengan cermat agat tidak membias dan tidak terjadi berkepanjangan sampai tahun 2024. Jangan sampai peperangan terjadi di internal partai PDIP sendiri.
Bagi penulis, sah-sah saja dinamika seperti ini terjadi dalam partai. Sebagai partai yang memegang teguh prinsip demokrasi maka perbedaan pendapat itu biasa saja. Namun, PDIP harus memastikan bahwa perbedaan pendapat tidak lantas mengarah pada perbedaan pilihan. Jika ketua umum sudah menentukan pilihan maka kader partai harus tunduk pada keputusan partai.
Kader partai sepakat bahwa Ketua Umum Megawati Soekarnoputri memiliki otoritas dalam menentukan calon presiden pada pilpres 2024. Sebelum menentukan calon presiden oleh ketua umum, maka sah-sah saja para kader menyuarakan pendapat siapa yang layak untuk dicalonkan dari PDIP. Akan tetapi setelah ditentukan oleh Megawati Soekarnoputri, sosok yang akan maju di pilpres 2024, maka semua kader wajib tunduk pada keputusan tersebut. Karena keputusan ketua umum tersebut adalah representasi keputusan partai PDIP.
Menanti Titah Megawati Soekarnoputri
Setidaknya ada dua sosok kader PDIP yang diprediksi akan maju sebagai calon presiden di 2024. Ada Ganjar Pranowo dan Puan Maharani yang dijagokan oleh kader-kader PDIP. Ganjar Pranowo sebagai gubernur Jawa Tengah dan Puan Maharani sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Sama-sama memiliki karir politik yang prestisius.
Orang boleh saja menduga bahwa pernyataan Bambang Pacul tersebut merupakan refleksi sikap Megawati Soekarnoputri terhadap keinginan sebagian kader untuk mencalonkan Ganjar Pranowo di pilpres 2024. Bisa saja benar dan bisa tidak tidak. Sebab, rekam jejak ibu Megawati Soekarnoputri dalam menentukan calon presiden, gubernur, bupati atau pun wali kota juga tetap mempertahankan suara-suara arus bawah.
Selalu mencermati dinamika yang berkembang di kalangan masyarakat. Pengalamannya dalam percaturan politik di Indonesia mengantar Megawati Soekarnoputri pada kepribadian yang tenang dan konsisten. Setiap keputusan nya selalu dinantikan oleh kader partai termasuk rakyat Indonesia.
Masih ingat dalam benak kita, bagaimana Megawati Soekarnoputri memilih Joko Widodo sebagai calon presiden pada tahun 2014. Megawati Soekarnoputri melepaskan egonya untuk tidak maju kembali menjadi calon presiden kala itu. Walaupun kita tahu bahwa peluang Megawati Soekarnoputri untuk maju kembali sebagai calon presiden di 2014 masih cukup besar. Apalagi ada trend kenaikan elektabilitas partai PDIP yang sebelumnya di tahun 2009 hanya berada di posisi ketiga setelah partai Demokrat dan partai Golkar.
Joko Widodo kala itu sebagai gubernur DKI Jakarta dicalonkan sebagai calon presiden 2014 bukan tanpa penolakan dari kader partai. Penolakan datang dari petinggi partai PDIP Taufik Kiemas yang juga merupakan suami Megawati Soekarnoputri. Namun, pada akhirnya Megawati Soekarnoputri tetap merekomendasikan Joko Widodo sebagai calon presiden di pilpres 2014 yang lalu.
Bagaimana sikap Megawati Soekarnoputri terhadap Puan Maharani dan Ganjar Pranowo? Semua keputusan mengenai calon presiden 2024 ada di tangan Megawati Soekarnoputri. Secara personal hubungan Megawati Soekarnoputri dengan Puan Maharani memang sangat dekat. Selain sebagai orang kepercayaan partai PDIP, Puan Maharani juga putri dari ketua umum Megawati Soekarnoputri. Sepintas kita dapat diambil kesimpulan bahwa Megawati Soekarnoputri akan memilih Puan Maharani. Benarkah demikian?
Rekam jejak Megawati Soekarnoputri mengambil keputusan strategis selalu mengedepankan aspek kehati-hatian. Tidak menutup kemungkinan Megawati Soekarnoputri merekomendasikan Ganjar Pranowo maju di bursa pilpres 2024. Atau merekomendasikan orang lain diluar nama selain Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. Tidak ada yang mustahil bagi Megawati Soekarnoputri, karena dia lah pemegang prerogatif dalam menentukan calon presiden 2024 di PDIP.
Bagi Megawati Soekarnoputri bukan sekedar Puan Maharani atau Ganjar Pranowo. Kekompakan kader partai dalam memenangkan pemilu di 2024 adalah yang paling utama. Oleh karena itu, Megawati Soekarnoputri diprediksi akan mengambil keputusan yang memiliki dampak resistensi paling rendah.
Tentu bagi seorang ketua umum partai, yang ditargetkan adalah memenangkan pemilu. Untuk PDIP, tahun 2024 merupakan tahun penentuan apakah masih bisa mempertahankan kekuasaan atau tidak. Keputusan Megawati Soekarnoputri akan sangat mempengaruhi dinamika di internal PDIP. Namun, prediksi penulis adalah ketika titah itu dibuat maka semua kader akan patuh. Itulah karakter banteng sejati seperti yang diagung-agungkan oleh para kader.
Sejauh ini kader PDIP sangat percaya dengan keputusan yang dibuat oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Apa pun alasannya nanti, keputusan Megawati Soekarnoputri harus ditindaklanjuti oleh seluruh kader tanpa terkecuali. Jika melawan berarti siap keluar dari PDIP. Kita berharap keputusan Megawati Soekarnoputri berdampak pada kualitas demokrasi di Indonesia.
Menunggu Restu Joko Widodo
Joko Widodo tidak akan lagi ikut dalam kompetisi di pilpres 2024 karena undang-udang dasar (UUD) mengamanatkan seseorang boleh menjabat presiden 2 periode atau 10 tahun. Itu berarti Joko Widodo tidak akan lagi menjabat sebagai presiden setelah pilpres 2024. Namun Joko Widodo masih memiliki kepentingan untuk mengamankan program kerja yang belum tuntas.
Jokowi Widodo tentu menginginkan penggantinya kelak adalah orang yang memiliki visi-misi yang sama. Secara politik yang tidak berseberangan dengan ide-ide besar pemerintah saat ini. Atau secara praktis yang dapat melanjutkan program-program kerja pemerintah saat ini.
Ini tidak mudah, namun presiden Joko Widodo menyadari bahwa gagasan besarnya tidak boleh terhenti setelah dirinya tidak lagi menjabat sebagai presiden. Harus ada sosok yang mau melanjutkan cita-cita besar untuk kemajuan bangsa Indonesia. Maka satu-satunya cara adalah mendukung calon presiden yang sekiranya mampu mewujudkan dan melanjutkan cita-cita besar presiden Joko Widodo saat ini.
Gaya politik Joko Widodo yang tenang memang membuat kita sulit menebak arah kemana berlabuh restunya. Pernah bersama Ganjar Pranowo, pernah bersama Puan Maharani dan pernah juga bersama Prabowo Subianto saat melakukan kunjungan di berbagai daerah. Signal politik presiden Joko Widodo seperti tidak terpolarisasi dengan baik sehingga sulit ditebak.
Citra politik Joko Widodo belum luntur dan masih memiliki magnet elektoral kuat untuk pilpres 2024. Arah dukungan presiden Joko Widodo di pilpres 2024 akan mengubah peta politik di antara calon presiden yang maju. Sebab, pendukung setia Joko Widodo masih setia sampai saat ini.
Joko Widodo memang tidak memiliki peranan apa pun di PDIP dalam menentukan calon presiden di 2024. Sebagai presiden dua periode masukkan Joko Widodo akan sangat bernilai bila dibandingkan dengan kader yang lain seperti Babang Pacul. Megawati Soekarnoputri pasti juga akan mempertimbangkan masukkan dari presiden Joko Widodo.
Tidak hanya itu, barisan relawan Joko Widodo sampai saat ini masih tetap eksis. Bahkan Joko Widodo mengakui bahwa relawan Joko Widodo masih seksi dan menjadi rebutan. Relawan Joko Widodo memang sudah teruji selama pilpres baik saat memenangkan Joko Widodo di periode pertama maupun periode kedua. Sekali Joko Widodo merestui pilihannya, maka saat itu relawannya turun gunung memenangkan calon yang diinginkan Joko Widodo.
Pembaca yang budiman, dalam kaca mata ideal seharusnya titah ibu Megawati Soekarnoputri mendapatkan restu pula dari presiden Joko Widodo. Jika tidak maka resistensi dalam partai berlambang banteng itu akan semakin bergejolak. Sekali kita sangat yakin bahwa presiden Joko Widodo tidak akan secara frontal melawan keputusan Megawati Soekarnoputri.
Berbeda jika Joko Widodo merestui apa yang dititahkan oleh sang Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Resistensi dalam tubuh partai PDIP dengan sendirinya segera meredam. Mesin partai akan bergerak maksimal untuk meraih dukungan yang maksimal. Sebab, jika titah Mega mendapatkan restu Jokowi maka tidak akan ada lagi celeng, yang ada cuman banteng sejati. Sekian.
Mengeruda, 18 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H