Di Indonesia, efek kejut terjadi pada pilpres 2004 yaitu munculnya tokoh Susilo Bambang Yudhoyono yang mampu mengalahkan Megawati Soekarnoputri. Berlanjut pada pilpres 2014 kehadiran Joko Widodo yang cukup fenomenal dan dalam sekejap mampu menyaingi popularitas Prabowo Subianto dan memenangkan pilpres 2014.
Bisakah hal itu terjadi 2024? Sangat mungkin terjadi. Akan tetapi sejauh ini konstelasi politik masih relatif datar-datar saja. Belum ada tokoh baru yang muncul sebagai "kuda hitam" untuk memenangkan pilpres 2024. Efek kejut biasanya selalu datang di injury time.
Menanti Titah Sang Presiden Joko Widodo untuk Pilpres 2024
Pilpres 2024 memang bukan ajang untuk presiden Joko Widodo. Namun faktor Joko Widodo di pilpres 2024 masih cukup berpengaruh. Apa lagi jika pemerintah Joko Widodo berakhir dengan legasi yang baik dan tanpa catatan buruk yang berarti.Â
Presiden Joko Widodo memang tidak memiliki jabatan struktural di PDIP. Artinya, dalam hal menentukan calon presiden dari partainya, Joko Widodo sama sekali tidak memiliki otoritas untuk itu.Â
Berbeda dengan Susilo Bambang Yudhoyono saat itu, sebagai presiden juga sebagai Ketua Dewan Pembina partai yang memiliki legitimasi untuk menentukan calon presiden.
Namun perlu dicatat, presiden Joko Widodo masih memiliki kekuatan politik dalam kepemerintahannya. Kekuasaan Joko Widodo dalam mempengaruhi para pemilik suara masih cukup efektif. Tentu kita tidak mengharapkan Joko Widodo menggunakan kekuasaan untuk mengarahkan publik memilih salah satu calon di pilpres 2024.
Tidak kalah penting adalah Joko Widodo memiliki pendukung yang tergabung dalam beberapa relawan. Salah satu relawan yang dianggap paling efektif dalam memenangkan Joko Widodo saat itu adalah Projo (pro Jokowi).Â
Joko Widodo sendiri mengakui bahwa relawannya tersebut sangat seksi dan menjadi rebutan dari berbagai pihak.
Lalu bagaimana jika PDIP tidak merekomendasikan calon yang disukai Joko Widodo? Kepribadian Joko Widodo yang tenang akan sulit ditebak. Namun penulis meyakini bahwa Joko Widodo akan patuh dengan pilihan partai tersebut namun akan lebih bersikap pasif. Pada posisi ini, penulis menginginkan Joko Widodo ambil sikap netral dalam pilpres 2024.