Peradaban manusia tentu saja belum mencapai Tipe III. Pertama, kita harus memulai dengan sebuah langkah kecil, yaitu memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia di planet kita tanpa tersisa. Kemudian kita akan didorong untuk mencapai peradaban Tipe II untuk menambang dan menyalurkan energi Matahari kita yang luar biasa. Jika kita masih mampu bertahan sebagai suatu spesies, mungkin kita akan mencapai Tipe II selama kurun waktu ribuan tahun yang akan datang.
Energi yang Luar Biasa Dahsyat
Matahari menghasilkan energi dalam jumlah yang tak terbayangkan. Menurut NASA, hanya dalam satu detik, Matahari menghasilkan energi setara dengan 5x10^23 tenaga kuda yang cukup melelehkan jembatan es selebar dua mil dan setebal satu mil yang membentang dari Bumi ke Matahari, atau setara dengan ledakan satu triliun bom 1 megaton. Satu detik energi dari Matahari sudah cukup memberikan daya bagi seluruh dunia selama setengah juta tahun.
Jumlah yang sangat luar biasa dahsyat. Setiap detik, Bumi menerima sekitar 400 triliun triliun (tidak, 400 triliun triliun, bukan salah ketik) watt daya dari Matahari. Namun, mengingat faktor jarak dan arah cahaya merambat, sebagian besar energi Matahari tidak sampai ke planet kita. Jadi, mengelilingi Matahari dengan sebuah megastruktur spheroid merupakan cara yang sangat efisien untuk menambang energi Matahari.
Kita bisa membangun bola Dyson yang kokoh di sekitar Matahari untuk menangkap setiap cahaya yang terpancar. Megastruktur yang mencapai 550 juta kali lipat ukuran planet kita akan menangkap semua energi Matahari untuk dikirim ke Bumi sebagai sumber daya mentah.
Mewujudkan struktur hipotesis semacam ini tentunya sangat sulit, sebab harus mampu mengendalikan tantangan gaya gravitasi Matahari. Secara singkat, sangat sulit menjaga agar Matahari tetap terpusat di dalam bola Dyson. Jika gagal, Matahari bisa saja menabrak dan menghancurkan bola Dyson.
Terlebih lagi, kesulitan ekstrem lainnya adalah menemukan bahan baku untuk membangunnya, karena membutuhkan lebih banyak material daripada yang tersedia di tata surya kita. Meskipun akhirnya kita menemukan cukup bahan baku untuk membangun bola Dyson yang kokoh, kualitasnya juga harus hebat, jika tidak maka akan tercerai-berai.
Dilema Dyson
Alam semesta sebenarnya adalah tempat yang dingin dan tidak ramah. Begitu menghabiskan seluruh sumber energi berbasis Bumi, kita tentu akan memikirkan cara agar tungku dan lemari es kita tetap menyala. Dan Matahari adalah pembangkit listrik luar biasa yang bisa menghangatkan dan memberi kita kehidupan yang lebih baik. Inilah cara terbaik untuk melanggengkan spesies manusia dan untuk berkembang menjadi peradaban yang lebih maju.
Saat ini, kemampuan kita masih terlalu jauh untuk mewujudkan bola Dyson dalam konsep apa pun. Jika kita memilih untuk menambang Merkurius, misalnya, maka kita membutuhkan teknologi robot yang belum ada saat ini. Robot harus dioperasikan dari jarak yang sangat jauh tanpa campur tangan manusia, bekerja selama puluhan tahun untuk merakit bahan baku menjadi teknologi pengumpul energi. Berarti upaya untuk menambang bebatuan dan logam berharga, entah bagaimana caranya, semua dilakukan tanpa bantuan manusia di Merkurius.
Dan jangan lupakan tantangan untuk mengarahkan kembali energi yang telah terkumpul ke Bumi, sehingga bisa menyalakan televisi kita. Kabel ekstensi yang sangat panjang mungkin dirasa mustahil. Banyak yang menggagas penggunaan sinar laser atau gelombang mikro untuk tujuan ini. Tapi laser kehilangan efisiensi setelah melaju kurang dari satu mil. Gelombang mikro efektif pada jarak yang lebih jauh (hampir 161 kilometer), tapi tetap masih sangat jauh untuk menstransfer energi ke Bumi.