Mohon tunggu...
Eduardo Edho.R
Eduardo Edho.R Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang pribadi yang ingin selalu berkembang dan belajar hal-hal baru, belajar menulis, berpetualang mencari setiap pengalaman hidup yang bermakna!.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik(us) yang Menggelitik

20 April 2012   06:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:23 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Binatang yang disebut “Tikus” seringkali diidentikan sebagai binatang yang kotor, jijik, dan menggelikan, serta suka tinggal ditempat yang gelap, lembab dan sedikit basah. Ekuivalen dengan definisi diatas, Koruptor yang terjerat kasus korupsi atau dengan sah melakukan tindakan memperkaya diri sendiri, juga sering dilambangkan dengan seekor tikus. Anehnya lagi para koruptor kita dulunya adalah bekas aktivis yang (dulunya) juga dengan lantang menyuarakan aspirasi rakyat. namun, yang sangat disayangkan setelah mereka melakukan metameforsa dari seorang aktivis mahasiswa (kemanusiaan) menjadi politikus atau kader politik, idealisme mereka pun menukik tajam menjadi seorang yang penuh dengan ‘kebusukan’ politik, haus dengan jabatan, kuasa dan uang serta transaksi politik yang memanipulasi setiap kebijakan.

Menggembosi APBN adalah hobi terfavorit para poltikus (kata”us” dalam bahasa inggris berarti kita), mereka dengan senyum penuh manipulatif menyusun pasal-pasal di senayan seolah-olah mereka sedang bekerja keras memperjuangkan kepentingan rakyat yang di manifestasikan dalam kepentingan pribadi. Pasal dan ayat dalam rancangan undang-undang bisa dilelang dengan harga yang bisa di kompromikan dengan dolar ($) atau bisa juga dengan Rupiah (Rp) dengan banyak ‘nol’ dibelakangnya, dan dengan sedikit kompromi “kursi empuk” di departemen sudah bisa ditukar dengan 2 tau 3 pasal.

Belum lagi hobi plesiran ke luar negri yang sudah banjir peminat, dengan alasan studi banding mereka para politikus kita membawa beberapa ‘karung rupiah’ yang seharusnya bisa digunakan untuk pemberdayaan masyarakat yang masih hidup dibawah garis kemiskinan dan akses terhadap pendidikan yang tidak merata dan smakin sulit dijangkau. Pada akhirnya undang-undang yang dihasilkan dari studi banding tersebut hanyalah pasal-pasal karet yang dengan mudah diperjualbelikan sesuai ‘pesanan’.

Sungguh, politikus kita memang poli-tikus yang menggelitik. Menggelitik ketika rakyat menarik ‘ekornya’ yang semakin panjang, dan ‘kumisnya’ yang semakin menunjukkan wibawa destruktif. Jangan salahkan rakyat jika mereka sudah kehilangan kepercayaan kepada para politikus (baca: wakil rakyat) yang katanya mewakili rakyat untuk menyampaikan aspirasinya kepada sang pembuat kebijakan. Toh, aspirasinya juga sudah tak bertaji tapi penuh kompromi, karna dalam politik kita, kepentingan umum harus mendahulukan kepentingan pribadi para elite politik.

Jadi, jangan heran apalagi nekat menerobos pagar keamanan senayan, karna nyawamu akan hilang sis-sia tanpa upacara dan doa penguburan, karna tikus-tikus di senayan sudah sangat pintar memutar balikan “batu kritikan” yang dilemparkan aktivis dan akademisi dengan janji politik yang menggetarkan ‘insting’ ekonomi rakyat atau dengan sepucuk amplop yang katanya sekedar untuk meringankan biaya penelitian Skripsi, Tesis, atau Disertasi.

Dus!, mudah-mudahan rakyat kita tidak percaya lagi dengan janji elite politik yang manipulatif, tetapi lebih menuntut penegakkan moral dan etika para elite politik yang lebih beradab dan peka terhadap persoalan masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun