Malam yang dilewati tanpa tidur yang cukup, dan memang bukan hal baru bagi kami apabila berkegiatan. Malam berlalu dengan diskusi, "ngalur-ngidul", dan semua aktivitas yang memaksa mata enggan terpejam. Jelang pagi adalah waktu ideal untuk tidur. Belum cukup tidur, pagi menjemput sesuai janji, dan kami memaksakan diri berjalan kaki ke tempat pemandian air hangat untuk mandi dan berendam.
Perjalan pulang seperti kisah tersulit yang pernah kami alami karena beberapa faktor tadi.
Masing-masing berjalan dengan kemampuannya.
Kami berdua berjalan bersama.
Sesekali beristirahat. Saya mendengar keluhannya tentang letih, lesu, lelah, dehidrasi, pusing karena kurang tidur, serta kehabisan tenaga. Semuanya menjadi bagian dari kisah menuju pulang.
Seperti inilah ketika kami memutuskan berjalan bersama-sama, masing-masing menjadi tempat berkeluh, tapi perjalanan harus tetap dilanjutkan.
Saya harus menjadi paling kuat dalam perjalanan ini. Tak ada keluh, sesekali menarik napas sembari memberikan harapan bahwa sebentar lagi kami akan sampai.
Perjalanan panjang yang sarat makna.
Mendapatkan tempat dalam hati kami dan memberi kesan bahwa akan seperti inilah jalan yang kami lewati menuju puncak.
Kami sedang palam perjalanan pulang. Ribuan kisah membentang menunggu untuk kami taklukkan.
"Kekasih, aku di belakangmu memberi dorongan, di depan menarikmu, dan tepat di sampingmu, untuk tetap berjalan. Tetap bergerak meskipun perlahan, jangan terlalu lama mengambil waktu istirahat, karena dengan terus bergerak kita akan sampai ke tujuan." Seperti itu kira-kira, tugas saya sebagai seorang kekasih serta merangkap sebagai motivator.
Terekam baik dalam memori kami.
Perjalanan yang hampir membuat kami putus asa, haus bahkan hampir dehidrasi, membuatnya memutuskan berhenti dan enggan melanjutkan perjalanan.