Mohon tunggu...
Eduard Nautu
Eduard Nautu Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

Menikmati hidup.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Fase Krisis Organisasi dan Rekayasa Ulang sebagai Respon

24 Februari 2023   01:01 Diperbarui: 8 Maret 2023   10:30 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Organisasi apapun itu baik profit, non-profit, pemerintahan, sekuler maupun keagamaan memiliki dimensi waktu yang sama, yakni: masa depan, masa sekarang dan masa lalu. 

Masa depan dibangun dengan harapan-harapan serta keyakinan; masa sekarang berisi realitas yang dihadapi dan dirasakan; dan masa lalu memiliki nilai empiris dan historis.

Organisasi juga berkembang beriringan dengan waktu dan menemukan pengalaman dalam proses perkembangannya. 

Syarat fundamental dalam membangun organisasi belajar adalah kemauan untuk berbagi sehingga organisasi menjadi tempat transfer pengetahuan (sharing informasi) secara efektif dan efisien. 

Konsep ini seiring dengan dampak terhadap kedirian organisasi dan tujuan kehadiran yang memampukan organisasi tetap eksis dan kuat dalam menghadapi turbulensi tantangan.

Hal penting dalam organisasi belajar juga berbicara terkait komunikasi atau dialog. Kita dimungkinkan untuk menerima sudut pandang orang lain sebagai pertimbangan sembari menegaskan bahwa dialog bukan untuk memenangkan argumen.

Demokrasi ideal yang kemudian menjadi visi kita adalah demokrasi berdasarkan kasih. Proses belajar yang diracuni hal-hal sentimental dan ingin menang sendiri adalah pandangan yang sempit dan bisa berakibat buruk bahkan kehancuran organisasi.

Berdasarkan uraian di atas serta beberapa pengamatan lainnya, kemudian mesti kita sadari bersama bahwa akan ada fase tertentu di mana organisasi akan mengalami krisis. Dengan demikian, krisis adalah sebuah kemutlakan.

Krisis dalam organisasi ditandai dengan beberapa gejala, terjadinya konflik yang berlarut-larut dan menajam, terkooptasinya oknum-oknum ke dalam kelompok-kelompok, target organisasi yang tidak tercapai, dan sebagainya.

Setelah dilakukan telaah mengenai teori-teori organisasi, berdasarkan perbandingan antara  usia organisasi dengan ukuran dan kompleksitasnya, sejumlah pakar mencatat adanya kesamaan  pola-pola tertentu dalam kehidupan organisasi. 

Melalui kajian tersebut para pakar merumuskan teori tentang fase atau tahapan pertumbuhan organisasi.

Larry Greiner, salah seorang pakar yang mengkaji tentang pertumbuhan organisasi, menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan organisasi bertambah seiring berjalannya waktu. 

Dalam teorinya yang dikenal dengan Greiner Growth Model, memudahkan kita untuk memahami bagaimana pola manajemen, struktur organisasi, dan jalur koordinasi dapat bekerja.

Bagaimana hal-hal tersebut dapat 'mandek' pada fase-fase tertentu dalam pertumbuhan suatu organisasi, dan lainnya.  Melalui penelitiannya Greiner menyimpulkan ada tiga hal penting mengenai pertumbuhan organisasi, yaitu:

a. Organisasi mengalami beberapa fase pertumbuhan tertentu;

b. Setiap fase pertumbuhan menciptakan krisisnya sendiri, sehingga setiap fase "cenderung" diakhiri dengan suatu krisis;

c. Jika krisis dapat diatasi dengan tepat, maka berakhirnya krisis merupakan awal dimulainya fase atau tahapan baru dalam pertumbuhan organisasi.

Adapun fase-fase pertumbuhan yang dimaksud Greiner adalah sebagai berikut:

1. Fase kreativitas, berakhir dengan krisis kepemimpinan;
2. Fase pengarahan, berakhir dengan krisis otonomi;
3. Fase pendelegasian, berakhir dengan krisis pengendalian;
4. Fase koordinasi, berakhir dengan red tape crisis;
5. Fase kolaborasi, berakhir dengan krisis internal;
6. Fase jejaring, berakhir dengan krisis identitas.

Jika krisis tidak mampu direspons dengan tepat maka niscaya organisasi akan mengalami kemunduran, atau kalaupun eksis tindakan organisasi tidak mampu memberi makna dan pengaruh signifikan.

Akhirnya, salah satu tawaran paling ideal ialah rekayasa ulang organisasi. Rekayasa akan berhasil jika mendapatkan dukungan semua pihak yang terlibat dalam organisasi.

Oleh karena itu, secara metodologis perlu dikembangkan cara-cara yang melibatkan seluruh komponen organisasi pada semua aras. Keterlibatan ini akan menjamin keberhasilan sebagai miliknya dan bukan milik satu atau sekelompok orang.

Jakarta, 24 Februari 2023

Eduard Nautu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun