Organisasi apapun itu baik profit, non-profit, pemerintahan, sekuler maupun keagamaan memiliki dimensi waktu yang sama, yakni: masa depan, masa sekarang dan masa lalu.Â
Masa depan dibangun dengan harapan-harapan serta keyakinan; masa sekarang berisi realitas yang dihadapi dan dirasakan; dan masa lalu memiliki nilai empiris dan historis.
Organisasi juga berkembang beriringan dengan waktu dan menemukan pengalaman dalam proses perkembangannya.Â
Syarat fundamental dalam membangun organisasi belajar adalah kemauan untuk berbagi sehingga organisasi menjadi tempat transfer pengetahuan (sharing informasi) secara efektif dan efisien.Â
Konsep ini seiring dengan dampak terhadap kedirian organisasi dan tujuan kehadiran yang memampukan organisasi tetap eksis dan kuat dalam menghadapi turbulensi tantangan.
Hal penting dalam organisasi belajar juga berbicara terkait komunikasi atau dialog. Kita dimungkinkan untuk menerima sudut pandang orang lain sebagai pertimbangan sembari menegaskan bahwa dialog bukan untuk memenangkan argumen.
Demokrasi ideal yang kemudian menjadi visi kita adalah demokrasi berdasarkan kasih. Proses belajar yang diracuni hal-hal sentimental dan ingin menang sendiri adalah pandangan yang sempit dan bisa berakibat buruk bahkan kehancuran organisasi.
Berdasarkan uraian di atas serta beberapa pengamatan lainnya, kemudian mesti kita sadari bersama bahwa akan ada fase tertentu di mana organisasi akan mengalami krisis. Dengan demikian, krisis adalah sebuah kemutlakan.
Krisis dalam organisasi ditandai dengan beberapa gejala, terjadinya konflik yang berlarut-larut dan menajam, terkooptasinya oknum-oknum ke dalam kelompok-kelompok, target organisasi yang tidak tercapai, dan sebagainya.
Setelah dilakukan telaah mengenai teori-teori organisasi, berdasarkan perbandingan antara  usia organisasi dengan ukuran dan kompleksitasnya, sejumlah pakar mencatat adanya kesamaan  pola-pola tertentu dalam kehidupan organisasi.Â