“Indonesia Belajar Mengajar biasa disingkat IBM adalah sebuah komunitas belajar di luar kampus, yang dibuat untuk membantu mahasiswa/pelajar dalam menambah ilmu dan mengembangkan keahlian tertentu. Komunitas ini bertujuan untuk menyalurkan dan saling berbagi ilmu antar mahasiswa/pelajar”.
Demikian deskripsi IBM yang dikutip dari websitenya www.ruangibm.org. IBM adalah salah satu komunitas di Bandung dari sekian banyak komunitas. Saya salah satu penggiat di dalamnya ikut berpartisipasi dan berkontribusi melalui peran sebagai pengurus dan pengajar. Banyak hal-hal positif yang saya dapatkan disini, sekaligus kesan terhadap komunitas ini.
Sebagai seorang mahasiswa, saya mengagumi semangat pendiri dan penggagas komunitas ini. Niat yang tulus tentunya akan mendapat apresiasi dari orang-orang di sekitarnya. Niat tersebut kini sudah diwujudkan. Dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, IBM merupakan cikal bakal gerakan Indonesia Cerdas. Banyak hal yang dapat saya ambil di dalamnya. Upaya mencerdaskan tersebut pada dasarnya mengenai 2 subjek, pengajar dan siswa, keduanya dalam proses menjadi cerdas. Pengajar berusaha untuk mengasah ilmunya, sedangkan siswa belajar ilmu yang belum diketahuinya.
Lalu apa yang membedakan IBM dengan kegiatan belajar di umum/formal yang diterima di lembaga pendidikan? Yang pertama adalah masalah biaya. IBM berbasis komunitas yang pastinya tidak berorientasi profit. Namun sedikitnya tentu ada iuran sekedarnya, sekedar menjaga berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Nah, apalagi dong perbedaannya. Perbedaan yang kedua adalah IBM mengemukakan 2 aspek pembelajaran, yakni intelektual dan ruhani kemudian didukung penguatan fisik/ jasmani. Kesemuanya diaplikasikan dalam program-program IBM yakni kelas belajar teori-praktek, motivasi islami, dan olahraga.
Sekarang, apa yang dimaksud cerdas? Apakah hanya sekedar bisa menghitung? Mengemukakan teori-teori? Atau sekedar pandai beradu argumen, dalil (teorema, rumus dsb)? Menurut KBBI, (1) cerdas adalah sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dsb); tajam pikiran, (2) sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat). Tetapi yang orang banyak lupakan dan seharusnya ditambahkan dalam pembelajaran, bahwa cerdas itu tidak hanya pandai dengan ilmu hitung-teori dsb. Tetapi ia juga menjadi pegangan hidup seseorang dalam menimbang sesuatu perkara. Yang ujung-ujungnya orang tersebut menjadi bijak, perhatian, lemah lembut, penyayang, berani dan memiliki sikap hidup yang baik tentunya.
Nah, kecerdasan seperti itu tidak akan mampu dicapai hanya dengan mengajar hal-hal yang merupakan ilmu keduniaan saja, tetapi juga melingkupi seluruh materi di alam baik itu lahirnya maupun hakikiyahnya, jasad dan ruh, praktek dan niat, zahir dan batin, jasmani-rohani, fisik-mental, kebugaran dan spiritual, maka untuk menggapainya dimasukan pula materi-materi pembelajaran ruhani, batin dan yang bersifat spriritual lainnya, sehingga sempurnalah upaya mencerdaskan anggota-anggotanya itu. Dari hal ini, maka tumbuhlah generasi-generasi yang memiliki motivasi tinggi dari dalam dirinya. Memiliki keberanian yang kokoh, niat yang luhur nan suci kemudian tumbuh dan mengarahkan dirinya ke tindakan-tindakan yang terbaik dan bermanfaat bagi diri dan orang-orang disekitarnya.
Wassalam, Salam IBM Juara!
Penulis adalah mahasiswa Univ. Kebangsaan yang juga menjadi anggota aktif IBM
Untuk info lebih lanjut bisa menghubungi Humas IBM .0856-9769-6396
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H