Mohon tunggu...
EdSahal Ma'ruf
EdSahal Ma'ruf Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Meninjau Transformasi Logo UIN Alauddin Makassar dalam Perspektif DKV

31 Mei 2016   18:18 Diperbarui: 31 Mei 2016   18:24 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Baru UIN Alauddin Makassar (Sumber: http://www.uin-alauddin.ac.id/lambang)

Oleh:Edy M. Sahal M. (1412333024)

Mahasiswa Prodi DKV Reguler ISI Yogyakarta

Bismillahirrahmanirrahim...

Perkembangan global yang bergerak linier menjadi tantangan tersendiri bagi PTAIN (perguruan tinggi agama Islam negeri) di indonesia. Globalisasi dan perkembangan tantangan zaman memaksa merubah konservatifitas menjadi satu hal yang progresif. Konservatifitas pendidikan agama islam memang tak lepas dari sejarah pendirian PTAI  sebagai pusat keilmuan perguruan tinggi Islam di Indonesia. Sifat konservatif ini terlihat pada metode pengajarannya yang “agama-sentris” dimana kurikulum hanya berkutat pada masalah keagamaan daripada metode integrasi-interkoneksi. Tatkala zaman berubah maka diperlukan suatu model baru dalam pendidikan islam di negeri ini. Upaya menuju progresifitas inilah yang mendorong IAIN Alauddin Makassar bertransformasi menjadi UIN Alauddin Makassar.

Perubahan IAIN menjadi UIN yang fundamental ini bisa dikatakan tidak hanya suatu reformasi melainkan transformasi yang progresif. Menurut Lawrence M. Miller, ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan transformasi yakni: perubahan lingkungan ekstern seperti ketentuan yang berlaku, teknologi, dan ekonomi; organisasi sebagai sebuah sistem yang besar; setiap subsistem harus paralel. Upaya perubahan-perubahan ini tentunya dibarengi dengan upaya rebrandinginstitusi secara keseluruhan dan salah satunya dengan transformasi logo. Menurut Prof. Drs. Yongky Safanayong,

 ada beberapa pertimbangan dalam meredesain sebuah logo yaitu: Meluncurkan sebuah organisasi baru, mergeratau akuisisi, diversifikasi, re-positioning,mengadakan perubahan corporate culture,pengembangan internasional. Istilah logo sendiri berasal dari logotypekarena pada awalnya logo hanya berisi elemen tulisan saja, logo sendiri menurut Design Institute of Australia adalah sebuah simbol atau gambar pengidentifikasi perusahaan tanpa kehadiran nama perusahaan. Penulisan nama perusahaan biasanya disebut logotype.

Bertepatan dengan milad ke-50, UIN Alauddin Makassar meluncurkan logo baru bertepatan di hari Rabu 11/11/2015 dan penggunaan resmi logo pada bulan Januari 2016. Logo baru ini merupakan hasil dari sayembara yang telah terseleksi 10 logo dan dipilih 1 logo yang mendapatkan penilaian terbaik hasil karya dari Atmoko Putra Pratama, mahasiswa pendidikan otomotif, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Logo baru ini menggantikan logo lama  yang memiliki bentuk yang familiar dengan institusi-institusi resmi lainnya, yaitu memiliki lima sudut.

Logo Lama UIN Alauddin Makassar (Sumber: http://thegreen-hijau.blogspot.co.id/2012/09/sejarah-dan-arti-lambang-universitas_7.html)
Logo Lama UIN Alauddin Makassar (Sumber: http://thegreen-hijau.blogspot.co.id/2012/09/sejarah-dan-arti-lambang-universitas_7.html)
Unsur lima sudut ini sebenarnya merupakan kewajiban pada suatu periode pemerintahan, dimana institusi resmi harus menggunakan unsur lima sudut ini. Maka jika kita lihat, banyak sekali logo-logo dari masa lalu yang memiliki bentuk monoton. Sudut segi lima sendiri merupakan bagian dari penggambaran suatu ideologi dalam hal ini adalah Pancasila. Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang keramat, dan ada kecenderungan untuk mengkultuskan angka 5, yang apabila kaitannya di cari-cari atau dikaitkan dengan kepercayaan atau agama, memang banyak hal-hal yang berkaitan dengan angka 5, yang paling dekat adalah jumlah jari pada tangan manusia normal adalah 5.

Perubahan logo UIN Alauddin secara kasat mata bisa dikatakan ekstrem, karena unsur-unsur dari logo lama terlihat ditinggalkan. Konsep modernitas yang diusung seolah mendistorsi bentuk aslinya. Konsep yang dimiliki logo baru sebenarnya sama dengan konsep logo lama seperti adanya ikon buku, kapal pinisi, juga warna hijau yang dipertahankan. Konsep dari logo baru ini menurut Atmoko Putra Pratama disesuaikan dengan visi dari UIN Alauddin sendiri yaitu sebagai pusat pencerahan dan transformasi IPTEKS berbasis peradaban Islam dan juga motto UIN Alauddin Makassar dikenal dengan istilah 3P; Pencerdasan, Pencerahan, dan Prestasi.

Ada beberapa poin disini berkaitan dengan konsep logo baru UIN Alauddin Makassar yaitu: (a.)Kubah dan Pintu Masjid, menggambarkan UIN Alauddin Makassar sebagai wadah penerapan dan pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berbasis pada ajaran Islam. Pintu Masjid menggambarkan UIN Alauddin Makassar sebagai pintu gerbang pembangunan manusia muslim yang berakhlak mulia dan berpegang teguh pada kebenaran Islam; (b.)Perahu Pinisi tampak dari hadapan menggambarkan keberadaan UIN Alauddin Makassar di Wilayah Sulawesi Selatan dan keuletan serta kekokohan dalam perjalanan mengemban misi untuk mencapai tujuan UIN Alauddin Makassar; 

(c.)Mata Pena menggambarkan UIN Alauddin Makassar sebagai pusat tranformasi dan pengembangan iptek yang berbasis pada prinsip dan universalitas Islam; (d.)Dua buku yang terintegrasi, yaitu buku berwarna hijau yang digambarkan sebagai al-Quran dan hadis serta buku berwarna putih yang digambarkan sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi, melambangkan misi integrasi keilmuan yang diemban UIN Alauddin Makassar sebagai Kampus Peradaban; dan (e.)Mozaik Islam, melambangkan Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara. Secara konsep memang tidak jauh dari logo lama kecuali tidak adanya kalimat “Allahu Akbar” seperti yang terdapat di logo lama.

Dalam sebuah logo, terdapat banyak tanda-tanda di dalamnya. Tanda yang digambarkan ini mengsignifikasikan bahwa ada sesuatu yang ingin disampaikan. Untuk membuat suatu objek diketahui orang lain adalah dengan memperlihatkan objek tersebut kepada subyek yang kemudian mempersepsikan objek tersebut dengan panca indera. Jika objek tersebut tidak bisa dibawa kepada subyek maka bisa disajikan melalui sebuah gambar dengan merepresentasikan objek lain yang mirip sedemikian rupa sehingga objek lain tersebut mampu hadir dan menyentuh indra-indra, objek lain ini disebut sebagai ikon (Jeanne Martinet: 1975).

Bentuk logo bulat dengan ujung yang meruncing merupakan ikon dari kubah masjid. Kubah sendiri bisa dikatakan sebagai simbol dari agama Islam. Dalam literatur sejarah sendiri, kubah sebenarnya bukan dari budaya Islam. Kubah merupakan bentuk arsitektural dari daerah mesopotamia kuno yang kemudian digunakan di dalam arsitektur barat yang populer adalah Romawi Timur (Bizantium). Seiring makin luasnya wilayah Islam, maka terjadi akulturasi di dalamnya. 

Berkaitan dengan hal ini Roland Barthes dalam teori semiotikanya (ia lebih menyebut semiologi) membagi signifikasi ke dalam dua tataran. Denotatif pada tataran pertama dan kedua adalah konotatif yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Pada kasus ini sebagai signifier adalah kata kubah dan signified adalah objeknya. Kedua hal tersebut digabungkan akan menjadi entitas kongkrit bilamana dikonotasikan (pada tataran kedua) dengan Islam maka telah menjadi mitos. Hal ini juga terjadi pada warna hijau yang menjadi mitos sekaligus menjadi indeks dan simbol yang melambangkan kesuburan, kesejukan, dan kesungguhan. Pada logo ini memiliki bentuk-bentuk runcing yang memiliki kesan kokoh, stabil, harapan, dan kesejahteraan.

Kesimpulan

Rebrandingyang merupakan penciptaan tampilan baru untuk produk yang sudah mapan dengan tujuan untuk mendiferensiasikan produk dari dari pesaingnya. Upaya rebranding tidak hanya dilakukan pada dunia korporasi saja, suatu institusi maupun lembaga juga melakukan rebrandingguna melakukan re-positioning dalam menjawab tantangan zaman. Upaya transormasi yang dilakukan oleh UIN Alauddin Makassar dilakukan tidak hanya institusi saja melainkan juga logo yang menggambarkan dari falsafah yang dimiliki.

Daftar Pustaka

  • Martinet, Jeanne. 2010, Semiologi Kajian Teori Tanda Saussuran Antara Semiologi Komunikasi dan Semiologi Signifikasi, Yogyakarta.
  • Rustan, Surianto. 2009, Mendesain Logo, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
  • Suwardikun, Didit Widiatmoko. 2000, Merubah Citra Melalui Perubahan Logo, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Webtografi

Catatan:

*Artikel ini ditulis pada tanggal 31 Mei 2016 guna memenuhi penilaian tugas UAS mata kuliah Tinjauan Desain, S1, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Jurusan Desain, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun