Nilai sakral inilah yang tidak dapat ditinggalkan atau ditukar dengan kepentingan materi. Orang-orang dalam kelompok seperti ini dipahami bukan sebagai aktor rasional melainkan sebagai aktor yang dikhususkan sebagaimana diungkap seorang peneliti dari Oxford University, Scott Attran. Â Aktor khusus yang mampu melakukan serangan bunuh diri sebagai aktualisasi dari jihad.
Menanamkan Cinta, Penawar Kebencian dan Radikalisme
Tak dapat dipungkiri bahwa program de-radikalisasi yang dicanangkan oleh beberapa negara yang masyarakatnya terinfeksi "terorisme" belum menggembirakan. Ini lantaran dalam benak atau pun sel otak yang pernah terlibat telah mencapai tahap aktor yang dikhususkan tersebut di atas. Â
Sebagaimana yang dilansir laman Newscientist juga, berdasarkan hasil proyek Resource dariInstitut  Max Planck, menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi kebencian dan radikalisme adalah menanamkan cinta kasih sejak usia dini yakni dengan pelatihan otak melalui mengembangkan kesadaran, mempraktekan welas asih kemudian mengambil perspektif untuk empati dan melihat situasi dari sudut pandang orang lain.
Dan pelatihan tersebut masuk dalam kurikulum sekolah sejak dini mampu membangun generasi masyarakat yang lebih kooperatif dan kohesif yang lebih tahan terhadap ekstremisme atau terorisme.
Kegiatan positif seperti mengenalkan budaya daerah, adat Indonesia sebagaimana pentas seni yang saya ikuti bersama anak yang diadakan oleh sekolah TK Strada merupakan alat untuk bermasyarakat bagi anak kita juga orang tua, untuk saling mengenal, saling menghargai perbedaan dan menghormati dalam bermasyarakat.
Persembahan Cinta Untuk Negeri
Boleh dikatakan, ada sekilas pandangan termasuk saya untuk menghidupkan kembali akar kepribadian bangsa, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang berakar penuh pada welas asih dan tepa selira yakni melalui Penataran P-4(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), sebagaimana dulu pernah dilakukan pada zaman tahun 80 hingga 90-an.Â
Saat ini saya cukup bersyukur sebab sekolah secara sadar mengenalkan dan menanamkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa melalui kegiatan positif yang melibatkan panca indera dan gerak motorik anak melalui kegiatan menyanyi, menari dan berpakaian adat dari berbagai suku dan daerah.Â
Contoh terdekat yang saya alami adalah, pelaksanaan pentas seni yang bertajuk" Persembahan Cinta untuk Negeri" yang diselenggarakan oleh anak-anak dibantu oleh guru dan orang tua dari Taman Kanak-Kanak (TK) Strada Indriyasana Pejaten pada hari Minggu lalu, 13 Mei 2018 yang lalu di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.