Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menyongsong Kepunahan Dollar AS akibat Gempuran "Distributed Ledger Technology"

4 April 2018   16:11 Diperbarui: 5 April 2018   07:24 3671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi operasional DLT(www.jpmorgan.com)

Dominasi mata uang Dollar AS begitu signifikan menguasai perekonomian dunia bahkan sekutunya dan Uni Eropa, apalagi Indonesia. 

Dollar AS adalah mata uang cadangan global no.1 dan saking berkuasanya Amerika Serikat pernah memberikan sanksi dan penalti  fee kepada Bank Internasional Prancis, BNP Paribas sebesar 8.9 Milyar Dollar AS dengan tuduhan pelanggaran UU Amerika Serikat terkait transaksi menggunakan dollar AS sebanyak 100 Milyar Dollar AS untuk tuduhan pencucian uang, sebagaimana dilansir Wall Street Journal (30/05/2014).  

Distribusi Mata Uang Cadangan Global (www.wikipedia.org)
Distribusi Mata Uang Cadangan Global (www.wikipedia.org)
Belakangan ini marak isu untuk melengserkan dominasinya sebagai mata uang cadangan global, tidak lagi menjadi agenda tersembunyi namun secara terang-terangan IMF (International Monetary Fund) sejak tahun lalu meyakini bahwa sudah saatnya dunia beralih kepada mata uang digital melalui keterangan pers Christian Lagarde, Managing Director IMF  kepada CNBC. 

Mata uang cadangan global baru atau dikenal dengan "new world money" mengusung teknologi DLT (Distributed Ledger Technology) yang akrab dengan block-chain yang digandrungi oleh banyak institusi perbankan "zaman now" yang tergabung dalam ekosistem FinTech (Financial Technology).

Ilustrasi Distributed Ledger Technology (www.jpmorgan.com)
Ilustrasi Distributed Ledger Technology (www.jpmorgan.com)
Kok banyak bahasa teknis luar negerinya yach ini? Hingga saat ini memang belum ada adaptasi bahasa yang cocok dengan bahasa Indonesia untuk bahasa teknologi digital ini hehehe... sepertinya. Pasti yang baca ini mudeng, alias susah nyambung? Sama seperti saya awalnya hihihi...

Bahasa awamnya kurang lebih begini: Ini jawaban mengapa rupiah selalu berpatokan dengan dollar AS. Ini jawaban mengapa BBM kita seperti premuim, pertalite dan lain-lain meski diproduksi di Indonesia namun jualannnya dalam dollar AS meski tunduk pada aturan UU AS tentang penggunaan mata uang dollar AS termasuk bayar fee dan kena penalti bila nggak lapor dan menunggak setoran. 

Sebegitu dahsyatnya AS mencengkram perekonomian dunia dengan kekuasaan mata uang dollar AS-nya bahkan mereka bisa cetak uang dollar AS semaunya tanpa perlu izin dan cadangan emas, devisa dan tetek bengek lainnya.

Perekonomian AS dengan dollarnya masih dalam resesi dan boleh jadi menuju kebangkrutan akibat semaunya tadi dan ini pasti ke depan akan menyeret semua negara mitra bisnisnya termasuk Indonesia yang ditarik masuk jurang resesi dan depresi ekonomi. Para pemikir dan ahli teknologi khususnya generasi millenial punya solusi yakni menciptakan mata uang cadangan baru untuk dunia. 

Muncullah mata uang digital yang tidak dapat diatur dan dikontrol oleh manusia, semuanya diatur oleh bahasa mesin dan dicetak atau ditambang oleh mesin sesuai kebutuhan pasar, hukum permintaan dan penawaran. 

Itulah makanya sifat mata uang digital seperti Bitcoin, Ethereum, dan lainnya adalah sangat volatil atau menguap, kadang naik dan kadang bisa turun. Namun kelebihannya adalah mata uang digital ke depannya mungkin satu-satunya penyelamat hidup di era kebangkrutan /terjun bebas atau inflasi 1000%. 

Ini kisah sebuah negara meskipun kaya akan sumber daya alam dan konon negara yang paling makmur di Amerika Selatan, bernama Venezuela, bahkan warganya harus petak-umpet menambang bitcoin, ethereum dkk supaya dapat bertahan hidup meski ancamannya ditangkap polisi intelejen dan dipenjara. Mereka membeli kebutuhan hidup dengan mata uang digital yang mereka tambang secara online dan mampu menghidupi keluarganya hingga saat ini di tengah kebangkrutan negaranya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun