Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Inilah Biang Kerok Daya Beli Menurun

22 November 2017   14:04 Diperbarui: 22 November 2017   15:44 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Biang Kerok Daya Beli Menurun (sumber: https://pimg.chirpstory.com)

Mentari pagi baru saja menyinari halaman rumah seorang ibu rumah tangga yang memiliki seorang anak balita lelaki bernama Jaka. Sebut saja namanya, Ibu Jaka. Rumah petakannya terletak di bilangan Jakarta Selatan.

Ibu Jaka membawa segondol plastik merah besar, nampak cukup berat kelihatannya. Dia baru saja berbelanja sayur dan bahan lauk-pauk di warung sayur dekat pengkolan tak jauh dari rumahnya. Sekali dalam tiga hari, dia berbelanja ke warung sayur pengkolan milik sebut saja namanya Ibu Karta.

Dengan membawa gondolan kantung plastik besar, Ibu Jaka tergesa-gesa memasuki halaman rumah kemudian berteriak kepada suaminya yang sedang membersihkan lantai rumah.

"Pak, tolong ambilkan uang 50 ribu dari dompet saya dekat meja, tadi uang belanjaannya kurang. Padahal baru kemarin bawa uang 100 ribu cukup buat belanja sayur. Bawang merah naik, cabai naik, bawang putih naik, telur naik, sayur menyusut ikatannya."

Pak Jaka segera menghampiri dompet istrinya di atas meja kemudian menarik selembar 50 ribu dan bergegas mengambil kantong plastik merah besar belanjaan Ibu Jaka sambil memberikan uang tersebut. Dengan tangkasnya Ibu Jaka segera mempercepat langkah kakinya balik ke warung sayur pengkolan Ibu Karta  dan kembali ke rumah dalam hitungan 5 menit.

Pak Jaka sedang asyik membongkar isi plastik merah belanjaan dan menyusun sayur mayur dan bahan lauk-pauk ke baskom kecil dan kulkas di dapur ketika Ibu Jaka melongok ke dapur kemudian menghela nafas sebentar dan beringsut ke ruang tamu menyalakan televisi untuk bersantai sejenak.

Pak Jaka sudah selesai menyusun sayur mayur dan bahan lauk segera menemani isterinya bersantai depan televisi.

Tayangan televisi berita yang mereka tonton sedang membahas penyebab menurunnya daya beli menurut analisa pakar ekonomi. Menurut para pakar ekonomi ada berbagai macam versi, ada yang bilang karena meningkatnya konsumen bisnis online yang berpindah dari belanja ke toko atau supermarket atau mall, ada lagi yang bilang karena berpindahnya kebutuhan konsumsi berpindah ke kebutuhan wisata.

"Pendapatan kita bulan ini memang meningkat namun bersaing ketat dengan kenaikan harga bahan makanan seperti sayur, cabai, bawang, telur, beras, ikan, daging ayam. Bagaimana bisa menabung untuk kebutuhan seperti membeli baju baru si Jaka, investasi emas atau nabung buat DP beli rumah kalau harga bahan pangan terus menanjak setiap minggu?, celetuk Ibu Jaka."

Pak Jaka menenangkan," Memang kuncinya di harga bahan pangan yang stabil kalau mau masyarakat sejahtera dan tinggi konsumsinya atau daya belinya. Orang daya beli atau konsumsi tinggi untuk beli baju baru, peralatan rumah tangga baru, dan lain-lain kalau ada sisa buat pengeluaran setelah bahan pangan terpenuhi. Lah ini tiap minggu terkejut lonjakan harga, gimana mau belanja ke toko atau mal apalagi belanja online dan jalan-jalan atau berwisata... uangnya sudah tersedot menutupi uang belanja sayur dan pangan".

Maksud hati mau borong baju dan gadget, apa daya harga bahan pangan dan sembako melonjak dalam semalam. Boleh jadi inilah biang kerok penyebab daya beli menurun di Indonesia yang belakangan ini diribut-ributkan di berbagai media.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun