Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Pelarangan Pesepeda Motor Bukan Diskriminasi tapi Melanggar Konstitusi

24 Agustus 2017   20:32 Diperbarui: 25 Agustus 2017   13:39 4318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marka Pelarangan Pesepeda Motor Masuk Jalan Protokol Jakarta (www.kompas.com)

Bagi saya sendiri saat jam aktivitas berangkat dan pulang kantor, dari halte Jati Padang hingga halte GOR Sumantri Rasuna Said dengan perhentian di tiap halte menghabiskan waktu perjalanan hampir 2 jam atau 120 menit dalam himpitan sesak penumpang belum lagi ditambah sabotase jalur akibat proyek pembangunan jalan.

Dibandingkan dengan menggunakan sepeda motor yang hanya memakan waktu 45 menit sudah ditambah macet penyempitan jalan sekitar rata-rata 15 menit yang membuat keringat mengucur, total mati gaya di jalan selama 60 menit. Jelas perbandingan penghematan waktunya jauh sekali satu banding dua. 

Keekonomiannya: naik transjakarta ongkos pulang pergi, 7.000 rupiah plus ongkos ojek ke halte Jati Padang ke rumah pulang jarak total 6 kilometer pulang pergi, 16.000 rupiah sehingga total perhari 24.000 pakai transportasi umum, sedangkan naik sepeda motor besutan Yamahadari rumah di kawasan Jati Padang ke GOR Sumantri Rasuna Said sejauh 24 kilometer pulang pergi, menghabiskan konsumsi bensin pertamax yang satu liternya 8250 rupiah mampu menempuh jarak 50 kilometer, kalkulasi praktis hanya keluar ongkos sekitar 165 rupiah per kilometernya atau 4.125 rupiah per harinya, ongkos parkir gedung ditanggung kantor.

Kalau memilih transportasi kereta listrik harus kombinasi dengan sepeda motor, dari rumah ekonomis naik sepeda motor ke stasiun pasar minggu pulang pergi 8 kilometer menghabiskan 1.320 rupiah ditambah parkir stasiun 8.000 seharian plus ongkos kereta 5000 pulang pergi Pasar Minggu - Stasiun Tebet tambah ongkos mikrolet dari stasiun ke persimpangan underpass kasablanka 6000 pulang pergi dan gratis jalan kaki 2 kilometer pulang pergi sehingga total 20.320 rupiah

Mau pilih kena 24.000 rupiah dengan pilihan pertama naik bus atau 4.125 rupiah naik sepeda motor pribadi atau 20.300 rupiah naik kereta listrik , pilihan bebas. Tentunya perhitungan ini untuk warga Jakarta seperti saya yang masih dalam area Jakarta Selatan. Kalau lebih jauh jaraknya bisa sama atau bahkan lebih mahal, tentunya waktunya bertambah besar. Bila memang pelarangan tetap dipaksakan berlaku maka tentunya saya lebih memilih naik kereta listrik dengan waktu tempuh lebih cepat, sekitar 15-20 menit paling lama dari pasar minggu ke tebet.

Secara kasat mata, pemberlakuan pelarangan sepeda motor di Jalan MH Thamrin dan nomor ganjil genap bagi mobil memang lebih kentara pengurangan kemacetan sepeda motor di ruas Thamrin sedangkan bagi ruas mobil ganjil dan genap kemacetan tidak kentara berkurang. Saya sendiri kerap melakukan aktivitas kerja dengan menumpang taksi konvensional pada kawasan pelarangan, tetap terasa mandek ditambah lagi penyempitan jalan akibat proyek infrastruktur. 

Tentunya ditengah hiruk pikuk pembangunan jalan dan keruwetan kemacetan lalu lintas kota Jakarta, sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat dan terlebih besarnya memberikan ketenangan dan rasa keadilan serta persamaan di hadapan hukum.

---

Salam Konstitusi,
Jakarta, 24 Agustus 2017
edrol70

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun