Sebagai contoh, kabarnya bila ada perbaikan atau pembangunan jalan aspal di suatu wilayah kota Jayapura katakanlah sepanjang satu kilometer. Awalnya masyarakat menyambut gembira dan tidak ada pungutan liar sama sekali. Tiba pengaspalan jalan selesai dan akan dibuka untuk beroperasi maka dengan sekejap pemangku adat setempat memblokade jalan dan minta dana hak penggunaan tanah adat mereka sebagai jalan, jumlahnya untuk menghidupi puluhan kepala keluarga bisa mencapai ratusan juta bahkan mungkin sama dengan biaya pembangunan jalan tersebut.Â
Maka tak heran, dari sekitar ratusan rencana pembangunan infrastruktur di Jayapura, hanya puluhan yang mau diambil dalam lelang oleh kontraktor setempat karena masih dalam kekuasaan mereka, selebihnya bila diambil akan kena biaya siluman uang belakangan tadi.
Boleh dikatakan seperti yang dilontarkan salah seorang masyarakat Jayapura yang saya temui, inilah Jayapura Pace...! Di Jayapura, uang begitu deras mengalir seolah-olah tidak ada artinya atau susah untuk mengendap.Â
Saya tersontak kaget karena mirip dengan: Ini Medan Bung...!!! atau SUMUT: Semua Urusan Membutuhkan Uang Tunai..!!!
Beda-beda tipis.
Salam hangat,
Jakarta, 28 Juni 2017
edrol70Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H