Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Gunung Sampah Perkotaan: Krisis atau Peluang?

16 Mei 2017   19:08 Diperbarui: 17 Mei 2017   09:22 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Pengelolahan Sampah Ala Swedia (sumber:beritacenter.com)

Suatu hari salah seorang Presiden Amerika Serikat ke-35mengungkapkan bahwa dalam budaya Tionghoa makna kata "KRISIS" ada duakarakter "WEI" dan " JI "yaitu satu karakter menyatakan"Bahaya- Wei Xian" sedangkan satu karakter lagimenyatakan"Peluang/Kesempatan- Ji Hui". Betapa dalamnya makna itubagi budaya Tionghoa sehingga sepanjang sejarah manusia, ada yang kalah karenabahaya dan ada yang menang karena peluang. Sedangkan makna krisis dalam kamusorang Indonesia hanya bermakna melulu negatif yakni keadaan bahaya/genting ,suram, kemelut. Sehingga mau tak mau, konsep berpikir bangsa Indonesiamengambil makna krisis sebagai sesuatu yang suram dan bahaya, tanpa solusi.

Salahsatu krisis terbesar di masyarakat perkotaan adalah sampah yang menggunung,kemudian disambung dengan krisis air bersih lanjut kemudian krisis energilistrik. Sebut saja maraknya komplain sampah di perumahan yang menumpuk dijalanan, tidak terangkut truk sampah dan blokade warga sekitar tempatpembuangan akhir telah menjadi pemandangan biasa di kota metropolitan sepertiJakarta, Bandung, Medan, Makassar, Surabaya dan sebagainya. 

Solusipengelolahan sampah sudah banyak contoh suksesnya di negara lain seperti Swedia. Negara Swedia sukses mengelola sampahnya menjadi ramah lingkungan dan menghasilkan energi listrik bahkan saat ini mereka kekurangan sampah sehinggaharus mengimpor sampah dari negara tetangga agar pabrik pengelolahan sampah terus berjalan. Bukan hanya itu, mereka sedang mengembangkan teknologi yang meniadakan truk sampah pengangkut dengan sistem penyedot sampah otomatis dan penyimpanan sampah di di bawah tanah sehingga menghemat lahan dan tidak bau.

Pemandangan Kota Gothenburg, kota industri pengelohaan sampah di Swedia (sumber foto:pixabay)
Pemandangan Kota Gothenburg, kota industri pengelohaan sampah di Swedia (sumber foto:pixabay)
Proses Pengelolahan Sampah Ala Swedia (sumber:beritacenter.com)
Proses Pengelolahan Sampah Ala Swedia (sumber:beritacenter.com)
Tak dapat dipungkiri bahwa dibutuhkan investasi besar menghadirkan pabrik pengelolahan sampah berteknologi tinggi yang juga satu paket dengan pembangkit listrik tenaga sampah. Kapasitas 1000 ton sampah per hari bisa menghasilkan listrik 10 MW. Teknologi ini sudah diadaptasi oleh 40 negara di dunia dengan adanya 1200 operasional Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

Ini perlu solusi percontohan segera di Indonesia sebelum "avalanche" gunung sampah menjadi penyakit kronis menahun dan melumpuhkan aktivitas ekonomi dan berdampak memburuknya kesehatan masyarakat dan pencemaran lingkungan akut. Sosialisasi teknologi tepat guna pengelolahan sampah ala Swedia dan ala BPPT juga sudah marak. Di Indonesia, pengembangan PLTSa sebenarnya juga bukan hal yang baru. Tahun 1980-an, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan Studi Kelayakan PLTSa untuk DKI Jakarta. Teknologi thermal pun telah dipilih untuk Intermediate Treatment Facility (ITF) di Sunter, dan proses lelang investasi pun telah dimulai. Demikian pula dengan Bandung. Berbekal kepahitan paska darurat sampah di kota tersebut, dilakukanlah proses lelang PLTSa untuk lokasi Gedebage. Namun proyek-proyek investasi ini tidak berlanjut hingga saat ini, karena berbagai kesulitan yang ditemui, alhasil berbuah kegagalan.

Sudah sepatutnya para pemangku kepentingan seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah dan organisasi masyarakat serta para pengusaha swasta mendorong perubahan kota penghasil "gunung sampah" menjadi penghasil "energi listrik". Melihat gunung sampah sebagai Peluang untuk Maju bukan Krisis yang Berbahaya. Jawaban warasnya jelas sampah perkotaan adalah krisis yang menghasilkan peluang nyata.

Salam Peluang,

Jakarta, 16 Mei 2017

edrol70

referensi:

1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 ,

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun