Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengagas E-Commerce di Bumi Megaminapolitan Morotai

24 Februari 2017   20:55 Diperbarui: 25 Februari 2017   06:00 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reruntuhan Cold Storage di Pelabuhan Kepulauan Morotai (sumber: tempo.co)

Jaringan komunikasi di perbatasan, utamanya di pulau terluar Indonesia masih terkendala.  Tak terkecuali daerah Kepulauan Morotai, Maluku Utara. Daerah kepulauan yang berbatasan langsung Filipina dan menghadap Samudera Pasifik. Untungnya, kepedulian Telkom Indonesia  untuk menunjang jaringan komunikasi dan membantu meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat kepulauan maka ditempatkan BTS Makro di Daruba Morotai yang diberi nama BTS Bare-Bare yang menyediakan akses data hingga 128 kbps melalui jaringan telkomsel dengan jangkauan hingga 2,5 kilometer dari lokasi BTS berada hingga lokasi perairan Morotai. Otomatis, ketersediaan jaringan komunikasi dan layanan data ini mampu menjadi penggerak perekonomian kerakyatan terutama bagi masyarakat perairan kepulauan Morotai yang penghidupannya sebagai nelayan ikan karang, pembudidaya ikan karang dan petani rumput laut.

Potensi perikanan dan kelautan yang ada di kepulauan Morotai sangat besar namun pemanfaatannya secara skala industri belum maksimal menurut penuturan seorang penyuluh perikanan bantu Morotai . Potensi ikan karang seperti Kakap Merah, Kerapu  Sunu, Kerapu Macan dan Kerapu Tikus memiliki nilai ekonomis tinggi namun dipergunakan untuk konsumsi kebutuhan lokal dan olahan ikan asin untuk pasar lokal. Nelayan masih enggan menjual ikan kepada pengusaha karena sistem penjualannya dengan kilogram. Nelayan Morotai masih menganut penjualan ikan sistem gandeng/ikat yakni satu gandeng terdapat 5-6 ikan. Pengusaha  tidak mau mengambil resiko menanamkan modal bila belum ada jaminan harga satu gandeng ikan sama dengan sekian kilogram apabila dikonversi.

Ikan Cakalang Hasil Tangkapan Di Perairan Kepulauan Morotai Dijual Di Tabelo (sumber foto: Antara/ Fanny Octavianus)
Ikan Cakalang Hasil Tangkapan Di Perairan Kepulauan Morotai Dijual Di Tabelo (sumber foto: Antara/ Fanny Octavianus)
Merupakan kenyataan bahwa nelayan kita masih hidup di bawah garis kemiskinan. Nelayan Morotai masih merupakan nelayan tradisional yang  menggunakan teknologi sederhana ramah lingkungan untuk menangkap ikan seperti pukat dan jaring, serta bagang atau pancing. Mereka tak mampu bersaing dengan nelayan dari masyarakat luar pulau seperti dari Bitung- Sulawesi Utara dan provinsi lainnya yang mengunakan alat tangkap cantrang, menghasilkan tangkapan yang bila diakumulasikan bisa mencapai hingga 400 ton per hari sedangkan nelayan Morotai hanya maksimal 60 ton atau kurang lebih 15 % saja. Belum lagi kini Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) yang awalnya menyiapkan “cold storage” bagi ikan hasil tangkapan nelayan hanya tinggal reruntuhan saja sehingga hasil tangkapannya lebih banyak dikonsumsi sendiri atau dibawa ke Tabelo dengan untung yang lumayan besar ketimbang  ke pasar Daruba yang untungnya sedikit.

Reruntuhan Cold Storage di Pelabuhan Kepulauan Morotai (sumber: tempo.co)
Reruntuhan Cold Storage di Pelabuhan Kepulauan Morotai (sumber: tempo.co)
Kendala minimnya investor dan kendala tata niaga serta fasilitas yang kurang memadai berakibat pada produk ikan nelayan berlimpah tidak menguntungkan nelayan serta tidak mudah diakses oleh perbankan untuk pembiayaan peralatan maupun lainnya. Kalau boleh dikatakan, Nelayan Morotai masih hidup dalam kemiskinan.

Mengagas E-Commerce Komunitas Nelayan Morotai

Solusi yang praktis guna menggerakkan perekonomian rakyat yang berbasis perikanan ini tak hanya gembar-gembor sekadar menjadi Megaminapolitan di atas kertas belaka tanpa ada perubahan nyata, tapi yang mungkin sudah terbukti mengatasi blokade birokrasi dan ketersediaan fasilitas canggih atau akses perbankan yakni dengan e-commerce.

Menciptakan ekonomi digital baik itu berbasis web maupun aplikasi Android. Banyak kasus kesulitan blokade birokrasi dan penjualan barang atau jasa menjadi terpecahkan dewasa ini.

Seperti promo produk langsung via web yang diluncurkan desa terpencil di lereng Gunung Slamet yakni www.melung.desa.id. Iklan di website meningkat penjualan produk pertanian desa hingga 30 persen bahkan menarik banyak pengusaha untuk datang ke desa tersebut. Dengan ketersediaan jaringan internet, mereka mampu memberdayakan internet tidak hanya pencari informasi tetapi juga bernilai ekonomis dengan berbagi informasi untuk menggerakkan ekonomi desa. Keterpencilan kepulauan Morotai tak jauh beda dengan desa Melung, dan fasilitas komunikasi internet sudah setara. Memang perlu sedikit usaha dari komunitas nelayan untuk mewujudkannya. Semua usaha tersebut terbayar lunas ketika promosi dan transaksi meningkat tajam. Dari peningkatan pendapatan tersebut akan terbuka kemungkinan terciptanya kreasi digital lainnya seperti layaknya aplikasi Go-Jek.

Sumber daya alam dan fasilitas komunikasi sudah tersedia, seiring tingginya nilai jual ikan yang segar dari tangan nelayan serta ramah lingkungan selalu akan ada investor atau pengusaha besar nantinya yang akan meningkatkan kesejahteraan bahkan memfasilitasi teknologi penyimpanan (cold storage) dan lain sebagainya. Inilah yang menghadirkan sejatinya Morotai sebagai Megaminapolitan Indonesia yang terdepan dan nyata, tidak hanya sebagai konsep belaka lagi. Perikanan yang bernilai ekonomi tinggi dan keindahan pariwisata mampu mendorong kemajuan dan kesejahteraan masyarakat perairan Kepulauan Morotai.

Satelit Telkom 3S Mengorbit Jelajah Angkasa (sumber: wikipedia, web laman Thales Alenia Space)
Satelit Telkom 3S Mengorbit Jelajah Angkasa (sumber: wikipedia, web laman Thales Alenia Space)
Dengan kehadiran satelit baru Telkom 3S yang telah berhasil meluncur pada 15 Februari 2017 yang lalu yang dikhususkan untuk melayani siaran televisi kualitas tinggi (High Definition) dan layanan komunikasi internet sehingga daerah terpencil dan terluar menjadi yang terdepan dalam membangkitkan Indonesia sebagai negara maritim yang berdigdaya sebagaimana nawacita Presiden Joko Widodo: Poros Maritim Dunia.

Masa depan Morotai Indonesia yang maju hadir dengan kreasi digital karya anak bangsa semakin menguat dengan dukungan jelajah angkasa satelit Telkom 3S dan pemberdayaan komunitas nelayan dan juga keindahan alamnya semakin tenar di mancanegara.

Jakarta, 24 Februari 2017

Salam Maju

Edrol 70

sumber referensi:

1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 , 9 , 10 , 11, 12

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun