Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Sebaran Energi Melon Kok Sebelah Mata ?

1 Desember 2016   18:19 Diperbarui: 1 Desember 2016   18:55 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbeda sekali saat kali pertama tabung melon diluncurkan, sil karetnya berwarna hitam kemudian menjadi merah cerah, kenyal,  alurnya tegas dan bentuknya simetris. Tabung melon cerah awalnya mudah ditemukan di pasaran namun seiring berjalannya waktu warnanya turut pudar penuh noda karat meski tabungnya saya tukar ke agen elpiji ataupun di SPBU, alhasil setali tiga uang sehingga kadang saya harus mencuci tangan karena kerap terpapar korosi saat bersentuhan dengan tabung saat melepas atau memasang regulator.

Gambaran gejala distribusi / penyebaran tidak merata seperti di atas boleh jadi juga gambaran distribusi si tabung melon dari agen ke pengecer hingga ke konsumen rumah tangga atau usaha kecil menengah.

Distribusi Sebelah Mata

Pak Imam, salah seorang tetangga rumah saya daerah Jakarta Selatan juga membuka warung dagangan sembako sekaligus menjual galon air dan gas elpiji 3 kilogram adalah langganan tempat saya beli galon air dan gas 3 kilo kerap menuturkan bahwa sejak peraturan pemeerintah perihal pembatasan pembelian gas 3 kilogram dari tingkat keagenan memperlambat perputaran uang kasnya. Stok tabung gas kosong di warungnya mencapai tiga lusin sedangkan dari agen jatahnya hanya paling banyak dua lusin. Alhasil, satu lusin tabung kosong kerap mengendap berkarat dan harus rotasi. Belum lagi jadwal pengiriman dari agen tak menentu, dalam sebulan yang tadinya bisa empat kali transaksi menjadi hanya dua kali transaksi bahkan pernah hanya sekali transaksi.

Akibatnya kami pun kerap mendapati stok gas elpijinya kosong dan saya pulang membawa kembali tabung melon kosong. Kami di rumah hanya memiliki dua tabung 3 kilogram yang berdasarkan pemakaian akan ludes setiap dua minggu sekali. Artinya dalam sebulan dapur kami mampu membakar enam kilo gas elpiji. Makanya kalau satu tabung sudah kosong harus segera ditukar dengan yang berisi agar dapur tetap ngebul. Bila warung langganan kami habis persediaan gas 3 kilogram, mau tak mau saya bersafari ke warung dan toko penjual gas dalam radius satu hingga dua kilometer dari rumah. 

Umumnya dalam radius setengah kilometer, bila langganan saya kosong maka agen atau minimarket atau toko penjual gas 3 kilogram lainnya juga sama-sama habis atau kosong bahkan yang sekelas perusahaan terdaftar seperti SPBU yang juga menjual gas elpiji 3 kilogram juga anehnya kosong melompong atau habis stok. Setelah keliling dalam radius satu – dua kilometer dari rumah, saya melihat warung gerobak besar berukuran satu setengah meter kali tiga meter di pinggir jalanan berdekatan dengan dua minimarket ternama, melekatkan selebaran ukuran HVS A4 di pintu gerobaknya bertuliskan “ Ada Jual Aqua Galon dan Gas 3 Kg” kemudian mendatangi warung tersebut.

Senangnya akhirnya menukar tabung gas saya yang bernoda karat dengan tabung berisi gas 3 kilogram yang masih mulus dan kinclong warnanya. Seperti ada ungkapan: “carilah maka kamu akan mendapat.”

Begitu saya tanya berapa stok tabung gasnya, dengan jumawa sang pemilik berujar, “ Masih ada satu lusin tuh kalo mas mau.”  Saya cukup terheran-heran bagaimana warung kecil ini mengalahkan pesaing raksasanya. Akhirnya warung ini jadi langganan kedua saya kalau stok di tetangga saya kosong.

Dari penggalan kisah saya ini dapat saya pahami adalah penyebaran atau distribusi yang tidak terarah atau merata dan kualitas tabung yang berbeda-beda antar penjual besar, penjual eceran, minimarket dan agen merupakan tanda tanya bagi saya selaku konsumen. Seolah-olah distribusi energi berwujud gas melon 3 kilogram ini hanya dipandang sebelah mata saja lantaran tagline ditabungnya berbunyi ”hanya untuk masyarakat miskin”

Tanda tanya saya kepada Pertamina yang berani mendeklarasikan diri sebagai penyedia energi  selama 24 Jam hingga ke pelosok negeri.

Tanda tanya saya ini yang mewakili konsumen kecil, spesifiknya skala rumah tangga tentunya sudah masuk ke dalam meja pelaku transformasi di Pertamina yang memiliki komitmen 6 C (Clean, Confident, Competitive, Consumer Focused, Commercial, Capable)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun